Feeling Unworthy of Your Purple

490 56 23
                                    

Sudah tahu bagaimana caranya menghargai karya ini? Jika kalian suka lalu membacanya, tinggalkan jejak di sini karena ada banyak hal yang saya relakan sehingga naskah ini dapat kalian baca dengan percuma.

Silent readers adalah sosok paling egois di dunia literasi. Karena mereka hanya mau menerima tanpa memberi. Ini bukan perihal keikhlasan, melainkan caramu menghargai karya orang lain.

Naskah ini bukan hanya sekadar suara berisik dari kepalaku, tapi juga ide yang kukembangkan dengan bersusah payah.

Rate mature dan beberapa harsh words. Jika bacaan seperti ini bukan selera bacaanmu, maka jangan mampir kemari. Bijaklah dalam memilih bacaan!

🥀🥀🥀
THIRTEEN
.
.
.
.
.

Berada di sisi Jungkook adalah hal yang paling menenangkan bagi Aera, selain dengan Ayahnya. Perhatian Jungkook padanya membuat Aera jadi bergantung pada pria itu.

Aera bukan anak manja, tetapi dia memang selalu dilayani ketika di rumah. Dan saat dia berkencan, dia mengencaninya pria yang memperhatikan dirinya dari ujung rambut hingga ke ujung kuku.

Hal itu membuat Aera merasa bahwa dia semakin tak taju diri. Dia menyadari bahwa seharusnya dia menyerahkan nyawa pada Jungkook, bukan cinta.

Semakin Jungkook memperlihatkan betapa pria itu mencintainya, semakin Aera merasa tak pantas. Seperti sekarang, air matanya meleleh di kedua sisi wajahnya ketika mengingat latar belakang mereka berdua.

Aera merangkul leher Jungkook lebih erat supaya Jungkook tak menyadari jika dirinya sedang menangis. Jarinya mencengkeram punggung Jungkook ketika hentakan itu bertambah cepat.

Jungkook pikir suara desahan Aera begitu lirih karena wanita itu sedang merintih, padahal Aera sedang menangis sungguhan. Karena kesalahpahamannya, Jungkook memelankan laju pinggangnya.

Jungkook tak mau membuat Aera kesakitan. Karena Aera segera menghapus air matanya saat Jungkook menjauhkan jarak mereka berdua, Jungkook tak tahu jika tadi mata indah yang ia kagumi itu telah mengeluarkan air.

"Apa aku terlalu kasar?" Jungkook masih bergerak, tetapi begitu pelan.

Aera menggeleng. Dia bertumpu menggunakan kedua tangan ke belakang tubuhnya. Jungkook sedang berdiri sedangkan Aera duduk di pinggir meja sambil mengangkangi sang adam. Mereka tak mengenakan sehelai benangpun.

"Sayang ...," panggil Jungkook.

Aera yang semula menunduk membuatnya mengangkat pandangan lalu mereka bertemu tatap mata.

"Bisa kuselesaikan? Kita harus segera keluar dari sini dan menuju suatu tempat." Jungkook berujar.

Anggukan kepala Aera memberi isyarat bahwa dia setuju. Jungkook menunduk lalu menghisap dada Aera. Tangannya menahan pinggang kekasihnya itu supaya tak bergeser. Meski dia memang bergerak cepat, tetapi tekanannya tak sekuat biasanya.

Hal itu membuat Aera semakin kehilangan akal sehat. Dia menengadah ke atas sambil meremas rambut Jungkook merasakan sensasi luar biasa yang Jungkook berikan padanya. Dia diserang di bawah, di dada dan di bibir.

Ketika isapan itu berpindah pada bibir Aera, tangan Jungkook memijat dada Aera yang terasa lebih besar dari sebelumnya oleh sebab kehamilan wanita itu berpengaruh pada perubahan fisiknya. Jungkook terus mengacak di bawah sana membuat Aera berteriak nikmat beberapa kali.

Wanita cantik jelita bak dewi Yunani tersebut telah benar-benar dihancurkan oleh Jungkook. Yang membuat Jungkook puas adalah ketika Aera terus mendesahkan namanya dengan ekspresi wajah sangat menikmati.

THE TRUE VILLAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang