🪶
Sudah tahu bagaimana caranya menghargai karya ini? Jika kalian suka lalu membacanya, tinggalkan jejak di sini karena ada banyak hal yang saya relakan sehingga naskah ini dapat kalian baca dengan percuma.
Silent readers adalah sosok paling egois di dunia literasi. Karena mereka hanya mau menerima tanpa memberi. Ini bukan perihal keikhlasan, melainkan caramu menghargai karya orang lain.
Naskah ini bukan hanya sekadar suara berisik dari kepalaku, tapi juga ide yang kukembangkan dengan bersusah payah.
Rate mature dan beberapa harsh words. Jika bacaan seperti ini bukan selera bacaanmu, maka jangan mampir kemari. Bijaklah dalam memilih bacaan!
🥀🥀🥀
FOUR
.
.
.
.
.Ciuman keduanya terlepas dan menimbulkan bunyi. Jungkook merangkul Aera layaknya merangkul anak kecil karena Aera memeluk leher pria itu dengan posisi yang sama seperti tadi.
Jungkook melangkah ragu sebab dia merasa tak sanggup melihat Aera dimutilasi lalu organ tubuhnya diambil.
"Kau ingin mengatakan apa pada Jungwon?" tanya Jungkook sembari terus mengayunkan langkah demi langkah mengikuti Jimin dan yang lain.
"Aku tak boleh memberitahu pada siapapun," sahut Aera.
Langkah Jungkook terhenti dan Aera pun turun perlahan dari gendongan kepala sipir tersebut. Ia membelakangi Jungkook dan melihat beberapa tahanan yang sudah meninggal di depan matanya dan hanya dirinya yang masih hidup di ruangan itu.
Mereka yang sudah meninggal ditumpuk begitu saja di lantai seperti seonggok daging tak berharga.
"Tinggalkan dia di sini. Ayo berpesta. Ada banyak gadis cantik," ajak Jimin pada Jungkook, tetapi pria itu tak bergeming sama sekali.
Aera berbalik lalu berhadapan dengan Jungkook. Dilihatnya Jimin telah berjalan pergi menyisakan mereka berdua.
"Kau tak tahu di mana ruangan Jungwon? Mungkin, mereka akan membunuhku di sini. Jadi, sebelum aku mati, aku harus--" kalimat Aera menggantung ketika Jungkook meraih tangannya.
Jungkook memegang erat kedua tangan Aera. Dia terus memandangi gadis itu begitu lekat.
"Satu-satunya ruangan yang memiliki pintu berwarna hitam," ujar Jungkook. "Aera ... Dengar. Setelah ini mungkin mereka akan mengincarku juga. Jadi, dengarkan kata-kataku."
Aera mengangguk. Dia merasakan tangan Jungkook begitu dingin dan berkeringat ketika menggenggam tangannya.
"Setelah kau selesai dengan urusanmu, bisakah kau memberi tanda padaku?" tanya Jungkook. Ia memejamkan kedua matanya membayangkan hal buruk yang mungkin terjadi pada Aera.
"Bagaimana caranya?"
Jungkook kembali membuka mata, "Buat kekacauan, tapi di saat yang sama kau harus mengalihkan perhatian mereka darimu. Saat itu, kita keluar dari sini diam-diam lalu keluar dari Mariana Island berdua."
"Apa? Kita berdua? Dari Mariana Island?"
Jungkook menganggukkan kepala dengan begitu yakin. "Aku tahu jalan keluar dari sini tanpa ketahuan. Aku juga memiliki koneksi yang bisa dipercaya. Yang paling penting, kita berdua keluar dulu dari sini. Saat nanti sirine berbunyi, berlarilah ke mulut lubang yang kita lewati tadi. Usahakan jangan ada yang melihatmu atau menyadari keberadaanmu. Mengerti?"

KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRUE VILLAIN
Romance🔞 21+++ HARD MATURE Bijaklah dalam memilih bacaan, bagi yang belum cukup umur dilarang mampir.