Sudah tahu bagaimana caranya menghargai karya ini? Jika kalian suka lalu membacanya, tinggalkan jejak di sini karena ada banyak hal yang saya relakan sehingga naskah ini dapat kalian baca dengan percuma.
Silent readers adalah sosok paling egois di dunia literasi. Karena mereka hanya mau menerima tanpa memberi. Ini bukan perihal keikhlasan, melainkan caramu menghargai karya orang lain.
Naskah ini bukan hanya sekadar suara berisik dari kepalaku, tapi juga ide yang kukembangkan dengan bersusah payah.
Rate mature dan beberapa harsh words. Jika bacaan seperti ini bukan selera bacaanmu, maka jangan mampir kemari. Bijaklah dalam memilih bacaan!
🥀🥀🥀
SEVEN
.
.
.
.
.Pagi ini ada yang sedikit berbeda dari suasana pagi hari yang sudah-sudah. Biasanya setiap pagi jika di rumah Jungkook sudah bangun dan membuat sarapan untuk dirinya sendiri. Tapi sekarang dia belum beranjak dari tempat tidur, masih asik bergulung di dalam selimut hangatnya bersama Aera.
Benar. Mereka kembali bercinta di pagi hari. Seakan diperbudakan oleh napsu, keduanya akan kembali bercinta setiap ada kesempatan. Sungguh gila. Jungkook melepaskan ciumannya pada bibir Aera yang sudah membengkak sebab terus ia cium. Pandangannya turun ke bawah, pada buah dada Aera yang sedang ia remas.
Lalu pada milik mereka yang menyatu dengan indah. Aera sedang duduk di ranjang, punggungnya bersandar pada susunan bantal dan selimut lalu gadis itu memegangi kedua paha dalamnya hingga kakinya terbuka lebar. Posisinya persis seperti wanita yang hendak melahirkan secara normal.
Sementara Jungkook, ia berdiri di lantai. Kedua tangannya memegangi pinggang Aera. Ia tengah memaju mundurkan pinggulnya. Selama beberapa hari tinggal di rumah Jungkook, Aera tak pernah memakai dalaman. Bukan karena belum dibeli, melainkan pria panas itu tak mengijinkan Aera memakainya. Aera hanya memakai kaos Jungkook selama di sana, tanpa dalaman.
Itu semua Jungkook lakukan sebab ia memiliki fantasi jika suatu saat dia ingin melihat kekasihnya berkeliaran dalam rumahnya dalam keadaan seperti itu. Sehingga kapanpun dia menginginkan gadis itu, Jungkook tak harus bersusah payah menurunkan lalu merobek celana dalam sang puan.
"Pelan sedikit, Sayang ...," pinta Aera.
"Ini sudah pelan," jawab Jungkook. Sebelah tangannya mengelus klitoris Aera, sebelahnya lagi menggerayangi tubuh seksi di bawah kuasa tubuhnya itu.
"Sudah, cukup. Kakiku sakit." Aera mengeluh.
Jungkook memegangi kedua paha Aera lalu menekannya. Setelah itu, dia memacu dengan amat cepat laju pinggulnya itu.
"Bajingan ...," ucap Aera perlahan. Wajahnya meringis merasakan tusukan luar biasa nikmat pada inti tubuhnya. Kedua tangannya meremas sprei pada masing-masing sisi tubuhnya.
Jungkook menyeringai mendengar Aera terus mengumpat. Meski mulutnya meminta Jungkook untuk berhenti, tetapi respon tubuhnya sama sekali tak melawan saat Jungkook mengasarinya.
Aera tak habis pikir, padahal semalam mereka sudah bercinta dengan berbagai macam gaya. Tapi pagi ini Jungkook kembali menerkamnya seakan tenaga pria itu tak pernah habis. Yang Aera tak tahu, Jungkook sebenarnya merasa nyeri pada pinggangnya. Dia pun kelelahan.
Tenaga pria itu hampir habis terkuras sebab mengeluarkan cairan terus menerus beberapa hari ini. Dia tumpahkan di dalam, pada mulut, dada bahkan di wajah gadis cantik itu. Jungkook terus memasuki Aera kembali dalam rentang jarak yang singkat. Itu semua karena dia merasa takut kehilangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRUE VILLAIN
Romantik🔞 21+++ HARD MATURE Bijaklah dalam memilih bacaan, bagi yang belum cukup umur dilarang mampir.