Happy New Year

542 55 30
                                    

Sudah tahu bagaimana caranya menghargai karya ini? Jika kalian suka lalu membacanya, tinggalkan jejak di sini karena ada banyak hal yang saya relakan sehingga naskah ini dapat kalian baca dengan percuma.

Silent readers adalah sosok paling egois di dunia literasi. Karena mereka hanya mau menerima tanpa memberi. Ini bukan perihal keikhlasan, melainkan caramu menghargai karya orang lain.

Naskah ini bukan hanya sekadar suara berisik dari kepalaku, tapi juga ide yang kukembangkan dengan bersusah payah.

Rate mature dan beberapa harsh words. Jika bacaan seperti ini bukan selera bacaanmu, maka jangan mampir kemari. Bijaklah dalam memilih bacaan!

🥀🥀🥀
TWELVE
.
.
.
.
.

Sepasang kekasih itu baru saja keluar dari kamar Taehyung dengan tergesa. Aera berjalan dengan cepat menghampiri Nara yang tengah memasukkan beberapa peluru ke dalam senjata api.

"Mereka sudah ada di depan?" tanya Aera. Napasnya terengah padahal dia hanya berlari sekitar sepuluh meter saja.

Hal itu membuat Taehyung mengerlingkan mata pada Jungkook sambil tersenyum simpul. "Buru-buru, ya?" ledeknya.

Jungkook tak menjawab pertanyaan Taehyung yang ia anggap konyol. Di dalam kamar tadi, dia dan Aera memang sedang bercinta cukup panas. Dia harus mengejar klimaks dengan segera karena Aera terus meminta untuk berhenti oleh sebab suara bel apartemen terus berbunyi.

Hal itu membuat Jungkook kesal setengah mati. Walau sudah mengeluarkannya dalam jumlah banyak, tetapi rasanya kurang maksimal karena harus dilakukan dengan buru-buru padahal mereka sudah lama tak melakukannya. Jungkook menarik lengan Aera dan memberi isyarat pada wanita itu untuk bersembunyi.

"Jungkook ...." Aera berpegangan pada kedua lengan Jungkook.

"Ara, kita sudah sepakat tadi." Jungkook memperingatkan.

Aera terlihat tak rela. Jungkook menyuruhnya bersembunyi di dalam lemari pakaian Taehyung sambil menunggu Dongseok menjemput lalu membawanya ke Busan, sementara Jungkook akan menghadapi Moon Ji Kyung tanpa dirinya.

"Tolong jangan mati," cicit Aera. Dia meraih tubuh besar Jungkook lalu memeluknya.

"Jangan mati." Mata Aera memerah karena dia hendak menangis. Dia sungguh takut jika Jungkook berhadapan dengan mafia kelas atas di sana nanti, entah bahaya macam apa yang akan dihadapinya.

Dari larangan keras Jungkook terhadapnya untuk tidak ikut bersama pria itu saja Aera sudah dapat menebak jika bahaya yang Jungkook hadapi kali ini tak main-main.

"Aku berjanji akan kembali padamu saat pergantian tahun nanti malam," ucap Jungkook dengan penuh keyakinan.

"Sungguh? Kau berjanji?"

Jungkook menganggukkan kepala begitu yakin. Dia melepaskan pelukan mereka berdua lalu memegangi kedua sisi wajah Aera.

"Bersembunyilah di tempat yang kukatakan tadi. Aku sudah mengatakan pada Dongseok Hyeong untuk menjemputmu. Dia sedang dalam perjalanan menuju kemari. Kau mengerti?" ucap Jungkook sambil menatap lekat sepasang bola mata yang tengah berair tersebut.

Beberapa tetes air mata Aera turun begitu saja dari kelopak matanya membuat Jungkook segera menghapus menggunakan kedua ibu jari. Dia mencium dahi Aera sekilas lalu menyuruhnya segera bersembunyi.

"Jungkook ... Tapi aku--"

Jungkook mencium bibir Aera, melumatnya beberapa kali lalu melepaskannya. "I love you," ucapnya sembari mengelus pipi Aera.

THE TRUE VILLAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang