Back To Mariana Island (ENDING)

574 30 9
                                    

Sudah tahu bagaimana caranya menghargai karya ini? Jika kalian suka lalu membacanya, tinggalkan jejak di sini karena ada banyak hal yang saya relakan sehingga naskah ini dapat kalian baca dengan percuma.

Silent readers adalah sosok paling egois di dunia literasi. Karena mereka hanya mau menerima tanpa memberi. Ini bukan perihal keikhlasan, melainkan caramu menghargai karya orang lain.

Naskah ini bukan hanya sekadar suara berisik dari kepalaku, tapi juga ide yang kukembangkan dengan bersusah payah.

Rate mature dan beberapa harsh words. Jika bacaan seperti ini bukan selera bacaanmu, maka jangan mampir kemari. Bijaklah dalam memilih bacaan!

🥀🥀🥀
TWENTY TWO
.
.
.
.
.

Aera tengah memandangi Jungkook yang sedang menggendong bayi mereka sembari menepuk halus punggung manusia mungil tersebut. Bayi laki-laki yang Jungkook beri nama Jeon Jungki itu baru saja minum susu dari Ibunya dan Ayahnya sedang berusaha membuatnya bersendawa untuk membantu mengeluarkan udara yang ditelannya ketika menyusu.

Jika Jungki tidak bersendawa, perutnya bisa terisi oleh banyak udara dalam waktu lama sehingga membuatnya rewel karena perutnya kembung lalu muntah. Ketika bayi mirip Ayahnya itu bersendawa, kedua orang tuanya menarik napas lega. Mereka berpandangan lalu tersenyum lepas.

"Dia sudah bersendawa?" tanya Aera sambil berjalan mendekati dua laki-laki beda usia yang sedang berada di dekat jendela kaca kamar ruang rawat tersebut.

"Sudah," jawab Jungkook. "Tetaplah di situ, Ara," ucapnya ketika melihat Aera beranjak lalu berjalan ke arahnya.

"Aku baik-baik saja. Lagipula aku bosan berbaring terus," celetuk Aera. Tangannya terulur untuk mengelus pipi Jungki yang terasa halus dan lembut.

Ketika mulut Jungki seperti sedang menghisap air susu, Aera tersenyum gemas melihatnya. Sedangkan Jungkook, dia malah gemas pada Istrinya, bukan pada bayinya.

Pria itu mendaratkan ciuman pada dahi Aera membuat wanita itu mengangkat pandangan. Ketika mereka bertemu pandang, keduanya saling melempar senyuman.

"Sudah merasa lebih baik?" tanya Jungkook memastikan kondisi Aera. Tangannya mengusap pinggang sang puan.

Aera mengangguk. "Aku ingin pulang. Tapi, kita pulang ke mana? Kalau ke apartemenmu, apakah itu aman? Ke Busan, kurasa mereka juga tengah mengintai rumah itu."

"Ke rumah Ayahmu?" usul Jungkook.

Aera memandang Jungkook tanpa berkedip beberapa saat. "Bolehkah?"

"Aku memang tidak akan memaafkan Ayahmu. Tapi, kalau kau berada di sana akan lebih aman sementara aku menyingkirkan mereka semua," jawab Jungkook.

Melihat Aera sedang memikirkan sesuatu, Jungkook dapat menebak apa yang dipikirkan oleh Ibu dari anaknya tersebut.

"Maksudku Jung Yoonji dan Dongseok."

"Jungkook, tapi Dongseok bukannya sangat berjasa dalam hidupmu? Dan Yoonji--"

"Yoonji menyukaimu. Dia ingin membunuhku lalu mengambilmu dariku. Sementara Dongseok, dia bersembunyi di balik kematian Ayah dan Ibuku padahal dia yang menyebabkan dendam itu ada. Dia memperalatku," tukas Jungkook menyela pembicaraan Aera.

THE TRUE VILLAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang