Sudah tahu bagaimana caranya menghargai karya ini? Jika kalian suka lalu membacanya, tinggalkan jejak di sini karena ada banyak hal yang saya relakan sehingga naskah ini dapat kalian baca dengan percuma.
Silent readers adalah sosok paling egois di dunia literasi. Karena mereka hanya mau menerima tanpa memberi. Ini bukan perihal keikhlasan, melainkan caramu menghargai karya orang lain.
Naskah ini bukan hanya sekadar suara berisik dari kepalaku, tapi juga ide yang kukembangkan dengan bersusah payah.
Rate mature dan beberapa harsh words. Jika bacaan seperti ini bukan selera bacaanmu, maka jangan mampir kemari. Bijaklah dalam memilih bacaan!
🥀🥀🥀
TEN
.
.
.
.
.Aera menoleh ke belakang saat Nara melepaskan tembakan beberapa kali pada mobil polisi yang tengah mengejar mereka. Dan yang membuat keduanya semakin panik, bus yang mereka tumpangi tiba-tiba berhenti padahal halte bus masih jauh. Itu karena supir bus mengikuti instruksi polisi untuk menghentikan kendaraan yang sedang ia kemudi.
"Sialan!" teriak Nara.
Keduanya melompat ke bawah lalu berlari kencang tak tentu arah. Terdengar bunyi klakson di mana-mana karena dua mata-mata BIN tersebut berlari menyeberang jalan membuat jalur lalu lintas menjadi kacau.
Aera menoleh pada Nara tetapi mereka terus mengayunkan langkah kaki dengan secepat yang mereka bisa.
"Nara, kau mengerti maksudku, kan?" sesaat setelah Aera berbicara, gadis gila itu melompat ke tengah jalan tepat ketika sebuah truk melintas.
Aera terlihat sedang berusaha masuk ke dalam truk lewat jendela kaca truk yang memang sedang terbuka.
"Ya Tuhan, aku mencintai-Mu. Tapi tolong jangan temui aku dulu," gumam Nara sembari melakukan hal yang sama dengan Aera tadi, yakni melompat pada sebuah truk lalu berusaha untuk masuk ke dalam.
Bedanya, mereka menaiki truk di ruas jalan yang berbeda. Truk yang dinaiki oleh Aera sempat berbelok ke kanan dan ke kiri sebab supirnya tengah bergulat dengan gadis cantik yang ternyata sangat berbahaya itu.
Aera duduk di kursi samping kemudi. Dia menerjang supir truk hingga pria paruh baya itu keluar dari truk lewat pintu mobil yang telah terbuka. Aera segera mengambil alih kemudi dan menutup pintu truk.
Mobil besar itu sempat menabrak pembatas jalan karena kehilangan kendali beberapa saat, tetapi setelah Aera mengambil alih truk itu kembali berada di jalurnya. Dia menyeringai saat melihat beberapa mobil polisi sedang mengikutinya.
"Bedebah sialan," gumam Aera.
Aera menabrak mobil polisi yang berada di depannya. Dia menoleh ke samping dan melihat Nara sedang melakukan hal yang sama.
"Kita lompat ke sungai di sana!" teriak Aera pada Nara yang sedang berada tak jauh darinya.
"Melompat lagi? Apa dia sudah gila?" ucap Nara dengan suara pelan.
Jantung Nara sedang berdetak tak normal karena ini baru pertama kali ia melakukan hal segila itu dalam hidup dengan menjadi buronan polisi lalu dikejar seperti sekarang.
"Apa Jungwon Sajangnim belum menghapus kami dari daftar buronan? Dia menjanjikan kebebasan padaku dan Aera jika informasi itu telah mereka dapatkan." Nara terus bergumam sendiri sembari menyetir truk mengikuti belakang truk yang Aera kendarai di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRUE VILLAIN
Romance🔞 21+++ HARD MATURE Bijaklah dalam memilih bacaan, bagi yang belum cukup umur dilarang mampir.