24. I'll Be The Perfect One

2.1K 252 94
                                    

Brett Young — In Case You Didn't Know

Chapter 24

"Udah mendingan, Natt?" Deva berbaik hati mengulurkan tangannya pada Natta yang bergerak cukup lambat dari pada teman-temannya yang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah mendingan, Natt?" Deva berbaik hati mengulurkan tangannya pada Natta yang bergerak cukup lambat dari pada teman-temannya yang lain. Natta tersenyum kecil dengan gestur penerimaan yang tidak biasa membuat tautan hadir di dahi pemuda dominan pemilik hati putih itu. Ada apa teman cantiknya ini yang mendadak segar ceria padahal malam kemarin sempat tumbang di tengah acara penting.

"Never better," sahut Natta meraih tangan Deva sebagai tumpuan untuk menaiki undakan tangga menuju ke restoran yang sudah disiapkan panitia. Pagi ini, anggota organisasi BEM memiliki agenda makan pagi bersama yang cukup fancy diikuti dengan games kecil sebagai penutup sebelum pukul dua belas siang nanti check out dari penginapan dan kembali ke Jakarta.

Mengapa waktu begitu cepat berlalu? Baru saja Natta mulai menikmati hari-harinya menjadi budak sosial sejati yang memiliki hubungan pertemanan.

Natta mulai mengedarkan pandangannya meneliti suasana restoran yang sebagian besar diisi oleh senior-senior maupun teman-temannya dengan perasaan yang sendu. Agaknya Natta sedikit menyesal karena pernah berpikir bahwa ia tidak akan pernah cocok bergabung ke organisasi manapun akibat sifat individualis, idealis dan juga rasa cemas berlebihan terhadap keramaian. Namun BEM memberinya setitik harapan di tengah gelapnya prasangka Natta pada lingkungan bahwa tidak semua keramaian membuatnya ketakutan. Justru ia banyak belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik, kreatif, disiplin hingga mengasah jiwa kakunya agar mampu bersikap lebih receh dan ramah pada orang-orang yang menawarkan pertemanan padanya.

"Natt, sini!" Suara Dion terdengar di meja pojok sambil melambai padanya. Natta mengalihkan matanya pada Deva yang matanya turut berpendar mencari-cari hilal sirkelnya dan bersiap menarik Natta.

Lalu di dekat meja panitia ada Erwin yang juga memanggil Natta untuk bergabung ke mejanya dan sarapan bersama kakak-kakak senior itu. Natta melirik ke Deva sekali lagi dengan pandangan kurang enak, sebab ia mulai bimbang menentukan untuk bergabung ke meja mana.

"Lo mau nyarap bareng gue, Dion atau abang lo, Natt?" Deva menanyakan kenyamanan Natta. Jika kesan pertama Deva terhadap Natta adalah pemuda angkuh, sombong dan segala kesan tidak baik namun nyatanya Natta hanya salah satu umat yang tanpa sadar bertingkah gemas, cerdas dan pantang menyerah sehingga membuat Deva tidak ragu membawa Natta masuk dan bergabung ke lingkaran sobat ambyarnya.

Belum tamat pikiran Natta dalam memutuskan, Giri hadir dan sudah berdiri gagah di dekatnya dengan mata nyalang pada Deva yang membuat pemuda itu merinding ketakutan seakan bertemu raja hutan. Natta spontan selangkah menjauh dari Deva. Meskipun panik, Natta berusaha tetap tenang terkendali agar Giri tidak berpikir aneh-aneh bahwa ia melakukan perselingkuhan.

Sebentar, agaknya Natta meringis selama dua detik setelah menyadari bahwa ada status baru yang kini mengikatnya bersama salah satu pemuda urakan idaman banyak umat.

AVOIDED CLICHE - MILEAPO [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang