5 Maret 1934
Istana Negara, JakartaIstana Negara baru saja selesai di bangun di tanah seluas 45 hektar yang membuat istana ini cukup besar bagi Herman.
Herman yang jomblo dan tidak memiliki pasangan menghabiskan waktu senggangnya dengan menulis buku yang berjudul "Perjuangan dan Cinta".
Buku ini menjelaskan tentang cinta dirinya dengan seorang gadis Belanda bernama Heile.
Namun naas Heile meninggal sebelum menikah dengan Herman dan membuat Herman sangat sedih bertahun-tahun.
Tentu saja cerita yang di atas itu karangan dan tidak asli, Herman tidak pernah bertemu dengan gadis yang bernama Heile.
Hanya saja saat tertidur dia merasa bahwa dia terbangun di era yang salah, di mimpinya Herman terbangun pada tanggal 7-Januari-1940 dan memulai pemberontakan pada tanggal 1-Juli-1940.
Tetapi dia hanya tertarik dengan gadis bernama Heile itu sehingga dia mengabadikannya di buku karangannya.
Saat sedang santai menulis buku dan menikmati teh di pinggiran danau, Herman melihat Djuanda selaku menteri perdagangan berlari dengan tergesa-gesa membawa gulungan kertas.
Di belakangnya tentara ABRI yang mengawal juga berlari untuk melindungi Herman dari ancaman bahaya.
Bukan berarti Djuanda berbahaya hanya saja ini protokol keras yang di keluarkan oleh militer bahwa keselamatan Herman di atas segalanya.
"Pak presiden! Kita punya masalah!"teriak Djuanda dari kejauhan berlari dengan tergesa-gesa.
Segera dia sampai dan mengatur napasnya sebelum melapor kepada Herman mengenai masalah yang dia temukan.
"Pak presiden kita punya masalah!"ucapnya kepada Herman membuat dirinya penasaran.
Herman menaruh bukunya di meja dan dengan serius berkata "Masalah apa yang membuat kamu berlarian kemari?"
Djuanda segera melebarkan kertas yang dia bawa yang merupakan peta negara Indonesia dan sekitarnya.
"Tuan presiden wilayah kepulangan kami terpisah-pisah oleh lautan yang membuat celah di antara lautan yang memisahkan pulau-pulau kami, akibatnya banyak kapal-kapal asing yang menggunakan ini untuk menerobos masuk ke wilayah laut kami dengan alasan itu adalah perairan internasional!"jawab Djuanda panjang lebar memberitahukan Herman.
Herman terkejut tetapi kemudian dia menyadari bahwa tahun ini belum pada Deklarasi Djuanda dan UNCLOS.
Dia melirik Djuanda dan ingin mengetesnya untuk mengusulkan masalah ini, tentu dia sudah tahu hanya saja dia ingin mengetes kepada orang yang seharunya menyelesaikan masalah ini di masa depan.
"Bagaimana usulan mu untuk membuat wilayah laut kami bersatu?"tanya Herman berniat mengetes Djuanda.
"Tuan presiden, saya pikir kami harus mendeklarasikan bahwa wilayah laut yang memisahkan pulau-pulau Indonesia masih merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dari Indonesia, kami juga harus memerintahkan angkatan laut kami untuk bertindak tegas terhadap kapal-kapal yang masuk melalui celah itu."jelas Djuanda membuat Herman senang.
Tidak salah lagi bahwa "Emas akan selalu bersinar di manapun dia berada" hal ini telah ditunjukkan oleh Tan Malaka, Hatta dan sekarang Djuanda.
"Baiklah kami akan mendeklarasikan masalah ini ke dunia Internasional, Djuanda anda yang bertanggung jawab mengenai masalah ini"ujar Herman sontak membuat Djuanda kaget.
"Tidak,tidak, tuan presiden harus anda yang mendeklarasikan ini. Saya hanya mengusulkan bukan berarti harus saya."tolak Djuanda merasa tidak enak kepada Herman.
Herman adalah sosok yang dia hormati, walaupun Herman muda tetapi dia telah membuat negara ini merasakan keajaiban satu persatu. Dia merasa Herman ini bukan sosok yang biasa.
"Tidak, anda yang mengusulkan bahwa kami perlu mendeklarasikan masalah ini. Saya tidak ingin mencuri hasil kerja keras orang, biarkan anda memiliki wajah di dunia internasional dan tercatat di buku sejarah Indonesia!"tegas Herman kepada Djuanda sekali lagi membuat dirinya tidak tenang.
"Jika kamu ingin wilayah laut Indonesia bersatu maka kamu lah yang harus mendeklarasikannya, jika tidak biarkan wilayah laut kami disusupi kapal asing"ucap Herman pergi meninggalkan Djuanda yang termenung.
Djuanda mengerti bahwa Herman melakukan ini adalah untuk menumbuhkan rasa kepercayaan diri bagi dirinya dan menteri yang lain.
Sosok Herman telah menjadi bayang-bayang bagi para menteri yang ada di Indonesia. Mereka merasa bahwa banyak tugas mereka yang diselesaikan dengan mudah oleh Herman.
Hasilnya mereka merasa seperti tidak berguna sekali dan malu di hadapan Herman. Walaupun begitu bukan berarti mereka benci kepada Herman, mereka hanya malu bahwa Herman harus turun tangan untuk setiap masalah yang mereka lalui.
Sekali saja mereka ingin menyelesaikan masalah yang besar sendirian dan Herman telah membukakan jalan ini kepada mereka melalui Djuanda.
"Pak presiden, terimakasih"ucap Djuanda pelan kemudian pergi meninggalkan istana negara untuk mempersiapkan deklarasinya.
6 Maret 1934
Radio Republik Indonesia, JakartaRRI adalah perusahaan surat kabar dan radio terbesar di Indonesia. Ini adalah yang terbesar di Asia Tenggara dan dapat disejajarkan dengan Guardian dan BBC.
Di depan gedung ini sudah berkumpul para wartawan baik dari Indonesia maupun luar negeri.
Mereka di undang untuk mendengarkan deklarasi yang akan dibacakan Djuanda.
"Tuan-tuan dan nyonya-nyonya seluruh dunia, saya Djuanda menteri perdagangan Indonesia atas nama Presiden Herman mendeklarasikan bahwa:
Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai corak tersendiri
Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan
Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah belah keutuhan wilayah Indonesia."
Setelah itu Djuanda dan jajaran terkait meninggalkan RRI. Deklarasi ini membuat dunia mengalami guncangan.
Dengan ini maka Indonesia mengklaim haknya di wilayah laut yang masuk kedalam perairan internasional. Hal ini membuat dunia mengalami debat dan diskusi yang panjang.
Amerika Serikat, Jepang dan Inggris mendukung deklarasi ini. Perancis, Soviet dan Cina menolak deklarasi ini.
Tentu bagi mereka yang menolak karena merugikan negara mereka seperti Cina yang membuat wilayah lautnya berkurang akibat Jepang juga mendeklarasikan hal serupa.
Akhirnya pada tanggal 2 April 1934 para perwakilan negara yang mendukung deklarasi Djuanda datang ke Jakarta untuk menandatangani perjanjian bahwa mereka semua setuju dan menerima deklarasi yang dikeluarkan Indonesia.
Hal ini juga memberi keuntungan bagi negara yang ikut tanda tangan untuk menikmati deklarasi yang serupa. Seperti Inggris yang mendapatkan wilayah laut yang lumayan melalui deklarasi ini.
Perjanjian ini ditandatangani oleh Djuanda dan beberapa negara lainnya, sehingga Indonesia menerima 2,5x wilayah yang membuat Indonesia semakin kuat dan bersatu.
Hal ini juga di dukung oleh angkatan laut Indonesia yang baru saja menerima pesanan kapal yang yang mereka pesan dari Amerika membuat kekuatan laut Indonesia meningkat pesat.
Banyak kapal dagang dan sebagainya yang ditahan oleh Indonesia, kapal yang ditahan adalah mereka yang tidak ikut menandatangi perjanjian Djuanda di Jakarta.
Segera hal ini menarik protes dari negara-negara yang tidak ikut menandatangani perjanjian itu.
Tetapi Indonesia tetap pada pendiriannya dan tidak goyah terutama saat Belanda menggunakan hal ini untuk memfitnah Indonesia.
Bahkan Herman memberikan pernyataan yang membuat dunia merinding "Tahan dan tenggelamkan!".
Hal ini membuat banyak negara segera bernegosiasi dengan Indonesia karena banyak kapal dagang yang mengangkut komoditas berharga yang bernilai puluhan juta dolar.
Herman telah menunjukkan bahwa keberanian adalah kunci dari keberhasilan dan efektif melawan fitnah dan tuduhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indonesia 1932
Ficción históricaSebuah pemberontakan pecah pada tahun 1932 di Hindia Belanda, gerakan ini bertujuan untuk meruntuhkan pengaruh Belanda di Hindia Belanda untuk menuju kemerdekaan negara yang baru. Herman pemimpin pemberontakan Hindia Timur Belanda membuat Belanda p...