Chapter 10 : Crocked🍁

19 9 2
                                    

Devan berjalan gontai di koridor gedung UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), Devan menuju ke tempat yang biasa ia digunakan untuk mengisolasi diri. Tempat dimana tak ada seorang pun yang mengganggunya.

🍁🍁🍁

Luna berulang kali menelepon Tirta sampai kehabisan baterai. Kini ia hanya bisa pasrah, Luna harap ada satpam yang akan berkeliling atau setidaknya besok pagi terjadi keajaiban dan pintu ruangan ini terbuka dengan sendirinya.

Suara gagang pintu menyita perhatiannya, senyumnya sirna ketika mendapati siapa yang datang ke sana. Devan. Pemuda itu juga tak kalah terkejut dengan Luna yang berada di sana.

"Jangan tutup pintunya!" Teriak Luna reflek. Devan tak menggubrisnya, pintu kembali tertutup.

Devan menelisik dari atas sampai bawah, membuat Luna risih karena di tatap seperti mangsa. Aura wajah Devan menggelap, ini benar-benar sebuah penghinaan!

Luna memprotes, "kenapa tidak mendengarkan aku!, Pintu itu rusak, jika kamu menutupnya nanti hanya bisa terbuka dari luar."

"Aku tahu."

Bagaimana Luna bisa lupa, Devan pasti jauh lebih mengenal tempat ini dibandingkan dirinya, "kamu sengaja!?"

"Kenapa?" Devan melihat bahu strap dress luna yang rusak, tersenyum mengejek, "apa orang itu meninggalkanmu begitu saja setelah bersenang-senang?"

Luna tak percaya dengan apa yang didengarnya, tubuhnya kaku ketika menyadari ada aroma alkohol yang tercium dari Devan dan lagi luna tak terima di pandang rendah seperti itu.

"Aku pikir kamu adalah adik yang baik, yang akan menuruti kakaknya, apa yang kamu lakukan disini sampai mengabaikan kakakmu?, Atau jangan-jangan kakakmu yang menyu-"

Plak!

Devan gelap mata, ia menarik dan mendorong Luna ke sofa, "Kamu pikir kamu siapa hingga berani memperlakukanku seperti ini?!!" Devan marah ia mengekang Luna di bawahnya. Luna ketakutan, ia mencoba melawan tapi tenaganya tidak sebanding dengan Devan.

"Lepaskan!!"

Devan enggan mengalah, perlawanan Luna hanya membuat Devan semakin marah, ia menyobek gaun yang luna kenakan sampai mengekspose bagian atas tubuhnya membuat Luna kelabakan menutupi tubuh setengah telanjangnya.

"Aku hanya ingin mengalahkan kamu dalam taruhanmu sendiri, apa ada yang salah?" Devan menjadikan Luna pelampiasan atas kekesalannya, "bukankah kamu sendiri yang bilang kalau aku berhasil menyeret kamu ke atas ranjang maka kamu akan kalah taruhan?, Ini memang bukan ranjang tapi setidaknya lumayan nyaman untuk kita bersenang-senang."

Senang-senang yang di maksud Devan  disimpulkan Luna sebagai hal yang tidak baik.

Devan menciumi leher Luna, tidak lembut namun juga tidak kasar, hanya tak berperasaan, tangan kecil itu mendorong bahu Devan menjauh sementara yang lainnya menutupi buah dadanya agar tidak di lihat oleh Devan, "Hentikan!"

Devan merasa puas ketika meninggalkan sebuah tanda kepemilikan di sana, dia seperti kehilangan kewarasannya bahkan Devan tidak bergeming saat Luna tak sengaja melukai pipi Devan dengan kukunya.

"Apa kamu pikir menghancurkan kamu saja cukup!" Ancam Devan," aku pasti akan membuat hidup Tirta menjadi neraka, beraninya kamu menjadikan aku sebagai taruhan!"

Luna merasa sekujur tubuhnya membeku. Luna telah bermain dengan api dan sekarang api itu datang untuk membakarnya. Ia tak mau melibatkan Tirta, bunda pasti akan sedih jika sesuatu terjadi pada Tirta.

"Jika aku menuruti kemauanmu, apa kamu akan melepaskan kak Tirta?"

Devan melepaskan kemejanya, membuat dirinya jadi setengah telanjang, ia tersenyum mengejek, "jika kamu mau menerima kekalahan mu, tentu saja."

Devan membelai lembut pipi Luna sebelum kembali melancarkan aksinya. Luna tak merespon, hanya diam, tatapan matanya mulai kosong. Membiarkan Devan melakukannya sesuka hati, ia kembali memberikan banyak kissmark di leher Luna, seolah ingin memberikan penghinaan pada gadis itu Saat berkaca besok pagi, kecupan-kecupan itu perlahan turun. Luna tak lagi melawan bahkan ketika Devan menyingkirkan tangan yang menutupi buah dadanya.

Aksi Devan terhenti saat dia menyadari tubuh Luna yang gemetar ketakutan. Isakan yang tadinya samar mulai terdengar jelas, Luna berusaha keras untuk tidak mengeluarkan suara tangisannya, Luna memejamkan matanya erat. Bersiap dengan kemungkinan terburuk yang akan menimpanya.

Devan merasa dirinya sudah melampaui batas.

Luna tak merasakan sentuhan Devan lagi. Apakah Devan sudah pergi?.
Mata Luna terbuka, tubuh atasnya di tutupi oleh kemeja milik Devan, pemuda itu menyandarkan dirinya di ujung Sofa.

Devan menoleh, melihat raut wajah Luna yang menatapnya seolah tak percaya dengan apa yang telah Devan perbuat, "apa kamu benar-benar berharap aku menyelesaikannya?"

"Jika itu yang kamu mau aku tak keberatan melanjutkannya," Devan mendekati Luna membuat Gadis itu berdiri menjauh. Luna menggunakan kemejanya untuk menutupi tubuhnya. Devan hanya diam memperhatikan punggung Luna,  sesuatu terjadi,  gaun Luna yang rusak itu melorot, Deva. Sempat tercengang sesaat sebelum membuang muka. Wajah Luna semerah tomat, ini benar-benar memalukan. Ia mengais gaun itu dan menggunakannya sebagai bawahan lalu menjadikan sobekan Gaunnya sebagai ikat pinggang.

"I-itu masih terlihat," ujar Devan masih membuang muka.

Luna melihat bayangan dirinya di kaca lemari tua, ada sesuatu yang menyembul di balik kemeja putihnya, walau samar itu tercetak dengan jelas.

Devan berdiri berjalan ke arah Luna, namun bukan Luna yang menjadi tujuannya, ia menggeser sebuah rak buku yang di baliknya ternyata ada ruangan yang lumayan luas. Anehnya di ruangan seluas itu hanya ada satu tempat tidur Double bed saja, tak ada perabotan lain, "kamu mau apa?!"

Devan melihat ketakutan di wajah Luna, "istirahatlah di dalam, jika kamu terus berada di sini aku tidak akan bisa menahan diri," bukannya segera masuk Luna malah memperhatikan tubuh bagian tengah Devan, mendapati tatapan tajam dari Devan membuat Luna menunduk malu merutuki perbuatannya, "aku ini laki-laki normal."

"Kamu bisa menguncinya dari dalam," Luna tak mau menyianyiakan kesempatan itu, ia akan aman di dalam sana. Di hati kecilnya bertanya-tanya apakah Devan memang seperti ini atau ada sesuatu di balik sikap pemuda itu. Pintu ruangan yang hanya bisa di buka dari luar dan ruangan rahasia yang hanya bisa di kunci dari dalam. Lalu kenapa ada ruangan seperti ini di gedung UKM kampus?





~•To Be Continue•~

Symphony Of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang