"aku akan bertanggung jawab," ucapan pede dari Devan itu berhasil membuat ketiga pemuda yang ada di sana membatu untuk sesaat.
Kalimat tersebut membuat Tirta jadi makin salah paham, "aku rasa aku mulai tertarik dengan adikmu."
"Kamu pikir aku akan membiarkannya?," Ujar Tirta meremehkan, "aku tidak akan pernah membiarkan kamu merusak masa depan adikku!!"
"Lalu menurutmu apa yang sudah aku dan adikmu perbuat?"
Jaka tahu kalau Devan sangat senang memancing emosi orang lain tapi haruskah ini di teruskan, ia merasa situasinya kali ini sangat tidak pas, Anthony menyenggol lengan Jaka, membisikan sebuah kalimat, "telenovela terbaru, calon kakak ipar yang tidak merestui hubunganku dengan adiknya."
"Diam," Jaka meminta Anthoni untuk diam.
Devan dan Tirta saling fokus satu sama lain, "Luna baru lulus SMA tahun lalu, bulan depan dia akan mendaftar kuliah di kampus terdekat dari rumah kami, kamu sama sekali tidak ada di dalam List masa depannya!"
"Bukankah semua yang kamu lihat tadi adalah pertanda kalau rencana masa depan itu akan berubah?" Tirta kembali mengepalkan tangannya, "Luna akan menjadi kekasihku dan dia akan menjadi milikku."
Tirta tak suka pada kalimat Devan, dia menyatakan sebuah kepemilikan, apakah tidak ada kalimat yang lebih baik dari itu sekalipun bukan kalimat cinta.
"Luna tidak mencintaimu!"
Devan tersenyum, "kalau begitu akan aku buat di mencintaiku!"
Bruk!
Ada suara buku jatuh dari dalam ruangan. Devan sengaja mengatakannya dengan kencang agar Luna mendengarnya, ia melihat ada cela terbuka dari pintu rahasia itu, "jika urusanmu sudah selesai kamu bisa pergi sekarang, saat ini aku sedang sibuk," Devan tersenyum licik, "sibuk memikirkan calon nama untuk anakku!"
Anthony dan Jaka dengan sigap menghentikan Tirta yang akan kembali menerjang Devan, melihat ada kesempatan Devan segera masuk ke dalam ruangan rahasia dan menguncinya dari dalam, ia bisa mendengar saat kedua sahabatnya itu berusaha untuk menenangkan Tirta.
"Dia hanya menggoda mu saja," ujar Anthony sambil memegangi salah satu lengan Tirta, "adikmu akan baik-baik saja di dalam, tenang lah aku mengenal Devan, dia tidak akan melewati batas."
"Kamu masih bisa bilang seperti itu?!"
"Tidak kah kamu tadi melihatnya, jika memang semalam Devan memaksa adikmu apakah dia akan bersembunyi di belakang Devan seperti meminta perlindungan?" Mendengar itu seperti sebuah tamparan bagi Tirta, "bisa jadi mereka melakukannya karena suka sama suka."
"Jika yang di dalam sana adalah adikku aku pun juga tidak akan tinggal diam," Ujar Jaka dengan santainya yang membuat Anthony melotot, sebenarnya Jaka ada di pihak siapa?
🍁🍁🍁
Farah mendampingi profesor Gunawan yang sedang melihat lihat area Fakultas hukum, selain ada asisten dan beberapa bodyguard profesor Gunawan disana ada juga Queenza, putri semata wayangnya.
"Kamu yakin mau mengambil prodi hukum?"
Queenza terlihat senang, "fasilitas di kampus ini juga lengkap, di tambah lagi..." Wajah gadis itu bersemu, Queenza sudah tahu kalau ia dan Devan akan di jodohkan, ialah orang yang paling bersemangat dengan perjodohan itu.
"Hanya saja aku merasa tidak yakin kalau putraku adalah orang yang tepat untuk putri anda," Farah merendah, Devan bahkan tak muncul, padahal semalam dia sudah memintanya untuk ikut menemani profesor Gunawan dan Queenza.
"Tapi Queenza ku terlihat sangat menyukainya," Farah tak suka dengan kalimat profesor Gunawan, itu terkesan seperti putranya adalah mainan baru untuk Queenza. Ini semua demi investasi dari profesor Gunawan, Farah harus menahan diri, toh jika Queenza mampu bertahan dengan sikap Devan tak ada ruginya juga bagi Farah.
Di lapangan ada kerumunan yang menarik perhatian Queenza, gadis itu terlalu bersemangat untuk melewatkan kejadian itu, Farah dan profesor Gunawan hanya mengikuti Queenza dari belakang, membiarkan gadis itu bersenang senang.
Devan menggandeng Luna di tengah kerumunan, Queenza senang bisa melihat calon suaminya.
"Aku Devan Indrayana, hari ini akan memberikan sebuah pengumuman penting untuk kalian semua," Langkah Queenza terhenti ketika ia melihat Devan merangkul bahu Luna, "seperti biasa aku menerima tantangan kalian untuk menaklukan the most wanted girl di kampus ini, tapi kali ini perempuan di sampingku ini telah berhasil menaklukkan aku dan di hadapan kalian semua aku ingin mengakui kekalahanku, untuk yang pertama kalinya."
Devan berlutut di hadapan Luna, "Luna Zaheera, aku mau. . . kamu menjadi kekasihku?"
Senyuman di wajah Queenza hilang, profesor Gunawan marah menyaksikan kejadian itu, ia pergi begitu saja tanpa memperdulikan Farah. Di pojok lapangan Anthony dan Jaka masih memegangi Tirta yang terus memberontak ingin menghajar Devan.
Devan menunggu jawaban dari Luna. Iner dalam diri Luna bertanya-tanya, apakah orang di hadapannya ini adalah orang yang sama, orang yang telah menjadikannya bahan taruhan, orang yang mencuri ciuman pertamanya, orang yang mempermalukannya di pesta topeng dan orang yang semalam hampir saja menodainya. Apa orang ini punya kepribadian ganda atau bagaimana, kenapa dia yang semalam mengatakan membenci Luna paginya malah mengatakan ingin menjadikan Luna sebagai kekasihnya. Permainan apa lagi yang Devan mainkan?!.
Luna pergi begitu saja, ia tak memperdulikan orang-orang yang menatap hina dirinya karna melihat lehernya yang penuh dengan kissmark atau orang yang menatapnya dengan penuh iri karena Luna dipilih oleh Devan. Luna hanya ingin pulang ke kost nya, ia ingin sendiri dulu, Luna bahkan tak bernai untuk menatap muka Tirta. Ia malu dan merasa bersalah pada Tirta dan juga bunda.
~•To Be Continue•~
![](https://img.wattpad.com/cover/350957238-288-k211985.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Symphony Of Fate
RomanceSemua orang mengira apa yang ada pada hidup Devan adalah sebuah kesempurnaan, namun mereka salah, Devan tak lebih dari seorang pembuat onar di kampusnya, karena kekuasaan mamanya lah, tidak ada yang berani mengusik Devan, tapi satu hal yang mereka t...