Chapter 15 : Fallin'🍁

6 2 0
                                    

Luna tersadar dari pingsannya, pandangannya gelap sampai seseorang membuka penutup matanya. Ada seorang perempuan dan beberapa laki-laki berpakaian serba hitam.

"Kalian siapa?!"

Perempuan itu mencekal wajah Luna, "kamu bisa menanyakannya pada kekasihmu, kalau kamu sempat."

Kekasih?!, hanya satu nama yang terlintas di benak Luna, Devan. Sebenarnya apa saja yang selama ini sudah Devan lakukan?!!

"Kamu salah menangkap orang," Jujur Luna, "Dia tidak akan datang karena aku bukan kekasihnya."

"Kita lihat saja nanti, kalau dalam dua puluh menit dia tidak datang, " perempuan itu menunjuk ke arah kolam yang ada di luar sana, melihat kondisi bangun yang sudah terbengkalai, berbanding terbalik dengan air kolam yang terlihat bersih, mereka pasti baru menyiapkannya, "aku akan membuatmu mati tenggelam di kolam itu dan membuang jasadmu ke sungai."

Kaki luna jadi lemas mendengar hal itu, "kenapa?, kamu takut?," perempuan itu dengan sengaja menjatuhkan kursi Luna ke lantai, "aku masih berbaik hati dengan tidak menjual organ-organ mu ke pasar gelap."

"Vivian!" Semua orang menoleh ke asal suara, "lama tidak berjumpa, apa kamu merindukanku?"

Vivian menatap penuh dendam pada Devan, "tunggu apa lagi cepat hajar dia!"

Disana ada sekitar dua puluh orang laki-laki berjas hitam yang Devan yakini sebagai anggota dari geng Black Bear.

Vivian melihat Luna dengan jijik, "kamu bilang kamu bukan siapa-siapanya, huh, penipu!"

Dua puluh lawan satu tentu bukan hal yang menguntungkan bagi Devan, yang bisa Devan lakukan hanyalah menghindar sembari terus mendekati  Luna. Jaka datang membawa harapan baru, ia membantu Devan walaupun hasilnya masih sama saja. Jika ada Devan dan Jaka di sana, lalu kemana perginya Anthony?

Luna merasakan ada sesuatu yang tajam menggores Kulitnya. Ia melihat ada beberapa pecahan kaca yang berserakan, tak pikir panjang Luna menggosokkan tali yang mengikat tangannya pada pecahan kaca yang berserakan sebari menahan sakit karena goresan dari pecahan kaca yang lain akibat gerakannya.

Ada bayangan hitam yang menyelinap di belakang Vivian, itu Tirta. Dengan cepat tirta mencekal leher Vivian ketika tak ada seorang pun yang menyadari kehadirannya, "Berhenti atau ku patahkan lehernya!!"

Semua orang menoleh, terutama Devan yang tersenyum mengejek. Tak disangkanya kalau Tirta juga memiliki sisi seperti ini di dalam dirinya. Ikatan tali Luna berhasil lepas, Devan segera mendekati luna ketika menyadari gadis itu memiliki banyak luka goresan di lengannya.

"Kamu baik-baik saja?"

"Ya," Luna tak menyangka Devan perduli dengan kondisinya, "ini hanya luka kecil."

Tapi Devan tidak meremehkan luka Luna, masih ada serpihan kaca kecil yang tertinggal di sana. Mereka perlu membawa Luna ke rumah sakit.

"Dibandingkan memikirkan untuk membawa pacarmu itu kerumah sakit, sebaiknya pikirkan cara untuk keluar dari tempat ini dengan selamat."

Di tengah kesunyian terdengar suara korek api, dengan api yang masih menyala, korek itu di jatuhkan tempat pada genangan bensin yang sudah mereka siapkan. Api dengan cepat menjalar ke seluruh bangunan, semua orang di sana lari berhamburan menyelamatkan diri.

Devan, Jaka dan Tirta berhasil keluar dari sana, namun mereka baru sadar kalau gadis yang di bawa Tirta bukan lah Luna, melainkan Vivian.

"Bodoh!, siapa yang kamu bawa?!" Maki Devan pada Tirta, bagai mana bisa Tirta tak mengenali adiknya sendiri. Sementara Vivian malah seperti terpesona pada Tirta yang telah menyelamatkannya.

Pemuda itu langsung berlari ke dalam kobaran api. Jaka meminta agar Tirta mempercayakan Luna pada Devan, mereka harus menunggu Anthony yang sudah memasang jebakan untuk menangkap para anggota Black Bear yang kabur juga kedatangan polisi yang sudah Tirta hubungi. Penculikan tetaplah penculikan dan ini adalah tidak kriminal.

Sementara itu...

"Tolong!" Teriak Luna panik, Luna saat berlari tadi ia tak sengaja menginjak pecahan kaca, sekarang kobaran api semakin besar, Luna hanya bisa pasrah sembari meminta pertolongan.

Devan datang tepat ketika sebuah kayu hampir jatuh menimpa Luna, ia menepis kayu yang terbakar itu tanpa memperdulikan lengan jaketnya yang menjadi korban, Luna menatap tak percaya kalau yang sedang mencoba menyelamatkannya adalah orang yang kemarin bertekat untuk menghancurkan dirinya, "kenapa kamu yang datang?"

"Kita bicara jika sudah sampai di luar," melihat kaki Luna yang terluka, Devan dengan sigap menggendong Kuna ala Bridal Style, Devan terlihat gagah dengan Luna di gendongannya, mereka bersama-sama menerobos kobaran api untuk keluar.

Luna telah jatuh. Jatuh ke dalam pesona seorang Devan Indrayana, tanpa devan sadari Gadis itu terus memperhatikan dirinya, setiap tarikan napas yang Devan ambil, semuanya seperti magnet yang menyeret Luna untuk jatuh hati pada Devan.

🍁🍁🍁

Mereka sekarang berada di apartemen Anthony. Devan tak memperdulikan yang lain, ia hanya fokus untuk membatu Luna, pemuda itu bahkan sampai mengantikan sprei untuk tempat tidur Luna, tentu itu bukanlah pemandangan yang biasa di lihat oleh kedua sahabatnya, sampai-sampai Anthony bertanya-tanya sebenarnya siapakah tuan rumah di sini?

Jaka dan Tirta masih berada di kantor polisi untuk memberikan keterangan, sedangkan Devan dan Anthony mengatakan Luna ke rumah sakit sebelum kemari, Devan melarang Luna untuk pulang ke kost sementara waktu, karena merasa kost Luna sudah tidak aman lagi, dia bahkan meminta izin pada Anthony agar luna diperbolehkan tinggal di Apartemen sahabatnya itu, lagi pula Anthony tak pernah pulang ke Apartemennya karena dia lebih memilih tinggal di Dorm kampus.

Tentu Anthony tidak mengijinkannya secara cuma-cuma, Devan berjanji akan mentraktirnya selama sebulan penuh, jadi Anthony tak perlu memikirkan Uang jajannya berkurang. Karena tak mau jadi obat nyamuk Anthony pamit pergi meninggalkan Devan berdua dengan Luna.

"Kamu menginginkan sesuatu?"

Luna menggeleng, ia tak membutuhkan apapun selain istirahat, "Tidak, terima kasih."

~•To Be Continue•~

Symphony Of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang