44* Tunggangkan

61 11 0
                                    

"Mas dari kemarin gak bilang apapun sama Saya? Apa saya disini jadi beban kalian? Padahal, kan. Mas sendiri yang bilang mau tanggung jawab?!"

"Bukan berarti saya lepas gitu aja, kamu masih dalam pengawasan saya. Ini udah jadi keputusan saya sama istri, sampai kami menemukan keluarga kamu." jawab Jeyhop menghembuskan nafas.

Fania sedikit berdecak, entah mengapa semakin hari sikapnya kian melunjak hingga Sinbi yang selalu bersamanya saja dari pagi sampai malam mulai jengah hingga ia adukan hal tersebut kepada suaminya.

Mereka memutuskan untuk menepatkan Fania di kontrokan yang berada di komplek ini, hanya beberapa blok dari rumah mereka. Selain karena Sinbi yang setengah sensian, ia juga mulai mempertimbangkan omongan tetangga yang selalu membicarakan mereka perihal seorang wanita terlihat asing di pandangan orang-orang.

Sinbi tidak ingin para tetangga memikirkan yang buruk tentangnya dan sang suami, walau ia serta Jeyhop menyebut Fania sebagai saudara mereka pun tetap saja omongan tetangga selalu berkata penuh racun.

"Mas, tapi saya gak mau." tanpa tahu diri, Fania memegang lengan Jeyhop sambil menatapnya memelas.

Hal itu membuat Sinbi jadi geram, ia hampiri dan melepaskan genggaman itu kasar menyembunyikan Jeyhop di belakang tubuh.

"Kamu harus mau, Fania! Suami saya udah bilang, dia gak akan lepas tanggung jawabnya!" cecar Sinbi dengan nada tertahan.

"Tapi, mbak-- saya gak yakin."

"Gak yakin gimana?" tanya Sinbi tak mengerti.

Fania diam, sepertinya wanita itu terlihat ragu dan gugup. Jeyhop maju ke depan, menghalangi istrinya yang sedah menatap. "Kamu gak perlu mikirin soal biaya kontrakan, karena disini saya yang bertanggung jawab."

Fania menoleh dengan pandangan dingin, "Itu memang sudah kewajiban Mas Jey. Saya gak mau ketika saya udah menepati, Mas jadi lupa sama saya."

"Kamu bukan istrinya, suami saya bertanggung jawab dengan hal lain dalam diri kamu. Jangan berpikir lain," ketus Sinbi agak gimana.

"Mbak gak pernah ngerasain kehilangan anak tanpa sengaja, saya masih bertahan selama ini karena janin itu."

Kalimat Fania berhasil membuat Sinbi jadi diam, rasanya sangat sensitif sekali apalagi dirinya sedang mengandung memasuki dua bulan saat ini. Masalah silih berdatangan tak ia harapkan, bukan karena tidak terima Sinbi cukup lelah sekarang ini.

Fania membenahi barang-barangnya, baru seminggu ia berada disana namun kedua pemilik rumah memilih dirinya bertempatan di tempat lain dan tidak luput dengan tanggung jawab Jeyhop.

"Saya minta permintaan sebelum pindah, saya mau Mas Jey jengukin saya sebulan dua kali. Dan, kasih saya uang lebih."

Sinbi geram, "Kamu memeras suami saya? Permintaan macam apa itu?!"

"Maaf mbak-- bukannya, saya berhak kaya gitu? Selagi Mas Jey dalam masa tanggung jawabnya?"

Berdalih beralasan tanggung jawab, memanfaatkan kesempatan. Dari awal Sinbi memang tidak yakin, jika saat di rumah sakit ia merasa iba namun sekarang rasanya tidak lagi.

Ting!
Eriska bilang, rumah kalian nempatin wanita lain?
Siapa dia?
Temen atau saudara lain?
Mama, gak pernah tahu ada saudara lain.
Terus, buat apa kalian menampung wanita itu?

Sinbi menatap bingung kepada layar ponsel, Ibunya memberi pesan seperti itu membuatnya harus memberi jawaban seperti apa? Masalah ini adalah masalah mereka, orang tua atau orang lainpun tidak perlu tahu dan ikut campur.

Complex Family So Cute (BangChin)🏡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang