Aku berlari kecil di sekitar komplek rumah. Sepertinya sudah lama aku nggak menikmati udara pagi seperti ini. Biasanya kalau hari libur, aku hanya menghabiskan waktu dengan tidur sepuasnya.
Mama dan papa pun sudah lebih dulu meninggalkan aku. Jangan tanya kemana adikku Satria. Dia masih sibuk bermimpi sambil memeluk guling bau ilernya. Aku geli sendiri saat membangunkannya tadi, dia memeluk erat guling dekilnya sambil menciumi.
Mimpi apa dia. Tentu saja pasti mimpiin lagi mesra-mesraan sama Caca, anak pak RT. Beberapa orang tetanggaku menyapa saat bertemu denganku.
"Kak Gingga!" panggil sebuah suara cempreng milik Caca. Panjang umur sekali anak itu. Dia terengah-engah mengejarku. "Kak..Satria..mana..kok..nggak..ikut..lari..?" tanyanya terbata-bata.
"Masih tidur dia. Tumben kamu jogging juga pagi ini?" selidikku. Gadis berkawat gigi itu hanya mesem-mesem nggak jelas.
"Kamu kenapa? Kebelet pipis?" tanyaku lagi. Habisnya kakinya dilipat-lipat begitu kayak lagi nahan pipis.
"Ih kakak mah, aku bukan lagi nahan pipis. Aku malu tau" dahiku berkerut. Malu? Emangnya dia telanjang apa?
Caca aneh deh, selain kedua kakinya menyilang-nyilang nggak jelas gitu, dia kedip-kedip manja ke arahku.Ampun dah kenapa Satria mau sama ini cewek? Kurasa Satria sudah terkontaminasi deh. "Kak, aku duluan ya" katanya membuyarkan lamunanku.
"Mau kemana? Mau ke taman komplek ya?"
"Nggak. Aku mau bangunin Satria. Abisnya aku kangen sama unyu-unyu. Dadah kak Gingga" belum sempat berlalu, aku berhasil menarik ujung kaosnya. Dia pun mundur lagi.
Sepertinya aku harus banyak bersabar menghadapi gadis ini. Cukup Satria yang membuat emosiku naik turun. Jangan gadis ini juga. "Kamu nggak boleh bangunin Satria. Dia itu lagi sendirian di rumah. Ntar yang ada tetangga ngomongin kalian" kataku sambil berkacak pinggang.
Wajahnya datar mendengar perkataanku tadi. Aku harap dia mengerti. "Kan enak kak berduaan doang" cicitnya.
Gubrak..
Ini pak Jejen ngasih makan apa sih ke anaknya. Selain lemot, pikirannya mesum pula. Tanpa membuang waktu dan tenaga, aku menarik tangannya agar mengikuti aku menuju taman komplek. Disana pasti sudah banyak orang-orang berolahraga.
◆◆
Dave POV
Apa Gingga semakin menjauhiku setelah kejadian semalam? Bodoh sekali sih Alina bisa datang ke rumah oma juga disaat ada Gingga disana.
Lebih parahnya lagi saat dia melihatku terus saja digentayangi oleh Alina. Kenapa Alina masih saja nggak paham kalau aku sudah nggak bisa bersamanya lagi.
"Dengarkan aku Alina, aku nggak bisa kalo kembali lagi sama kamu. Kepergian mu waktu itu sangat melukai aku. Sekarang aku sudah mulai menata hatiku kembali" kataku pada Alina. Wajah putihnya berubah menjadi kemerahan karena aku rasa dia menahan tangisnya.
Dia menahan tanganku. "Maafkan aku, Dave. Aku menyesal dulu ninggalin kamu. Aku menyesal, Dave. Berikan aku satu kesempatan lagi" rintih Alina. Kali ini sambil menangis.
Aku bukan orang bodoh yang bisa begitu saja menerima perlakuan orang yang sudah menghancurkan sebagian hidupku. Aku bagaikan zombie seperti yang dibilang oma dan Gingga.
Posisi Alina sudah tergantikan dengan Gingga. Gadis itu. Penawar rasa sakitku. Dia lah yang aku rasa bisa mengembalikan masa-masa indahku.
"Apa kau sudah dapat seseorang yang bisa menggantikan aku di hatimu?" tanya Alina.
"Iya. Puas kamu?" nada bicaraku naik satu oktaf. Anggap saja aku sedang menggertaknya. "Selama beberapa hari ini aku mendekatimu bukan karena aku ingin kita kayak dulu lagi. Tapi aku ingin memastikan kalo aku benar-benar menyukai gadis itu"
"Siapa dia, Dave? Apa aku mengenalnya?" tanpa aku duga, Alina memeluk tubuhku dari belakang.
"Kau nanti akan tau sendiri. Sekarang pergilah. Aku sedang banyak kerjaan" Alina menurut. Dia menyambar tasnya di atas meja lalu beralih ke pintu. "Apa gadis itu sekretarismu sendiri? Gingga kah orangnya?" tanyanya sesaat sebelum dia benar-benar keluar dari ruanganku.
Sebisa mungkin aku memasang wajah tenang. Bahkan kedua tanganku saja aku masukkan ke dalam saku celanaku. "Baiklah, kalo kamu diam aku simpulkan bahwa kamu menyukai sekretarismu sendiri. Gingga" kali ini Alina hilang di balik pintu.
Suasana di ruang makan semalam berputar lagi di pikiranku. Saat Alina terus saja bergelayut manja di lenganku. Sampai-sampai orang tuaku saja memandang dengan perasaan iba. Meskipun dia pura-pura nggak ambil pusing, tapi aku sangat mengerti kalo Gingga-ku merasa..cemburu. Ya kurang lebih seperti itu yang aku simpulkan.
Bahkan dia menolak untuk aku antar pulang dengan alasan lebih baik aku mengantar Alina pulang. Dia lebih memilih pulang bersama Bima. Padahal kan aku yang membawanya kemari, tapi kenapa bocah itu yang mengantarkannya pulang.
"Dave, kamu udah bangun sayang?" tanya mama yang tiba-tiba sudah ada di kamarku. Sejak kapan mama datang?
Mungkin saat aku melamun tadi."Pagi-pagi kok udah ngelamun saja sih? Mikirin apa? Gingga?" lanjut mama lagi. Aku mengusap wajahku gusar. Lalu mama memelukku dari samping dan tubuhku menegang. Sudah lama sekali aku nggak merasakan kehangatan mama.
"Maafkan mama, Dave. Maaf kalo mama kurang perhatian sama kamu selama ini. Tapi percaya lah mama nggak pernah sedikitpun melupakan kamu, nak. Bahkan mama menyuruh seseorang untuk mengikuti kegiatanmu selama ini. Mulai dari kinerja kamu di Maharaja Group bahkan sampai..masalah percintaan kamu"
Mama tahu itu semua? Berarti nggak seluruhnya mama melupakan aku?
"Lalu apa yang mama tahu tentang masalah percintaanku?" selidikku.
Mama menghela nafas panjang. Segaria senyum mama tampilkan di hadapanku."Kamu ada affair dengan sekretarismu sendiri yang bernama Gingga. Lebih parahnya lagi, kamu terlibat cinta segitiga dengan sepupu mu sendiri yaitu Bima. Benarkah tebakan mama?"
Tubuhku mendadak menjadi kaku. Bagaimana mama segitu detailnya. Padahal mama jarang sekali menanyakan kabarku, apalagi menanyakan soal cinta. Nggak seperti oma yang terlalu terobsesi supaya aku menikah cepat-cepat.
Gingga..Gingga..kenapa efekmu sangat membuatku seperti ini?
-----
Happy reading and vomment please!!
Makasih buat yang nunggu kelanjutannya. *ketjup basah dari Dave*
Lophe,
221092♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Segitiga Sama Sisi
Romance"Aku suka sama bossku sendiri itu wajar kan? Dia ganteng, charming, bijaksana tapi ya gitu dia nggak suka sama cewek" -Ratu Gingga- "Aku bukannya gay, tapi aku nggak segampang itu jatuh cinta" -Dave Maharaja- "Aku bukannya playboy, aku hanya lagi m...