Bagian Keenam

6.6K 378 8
                                    

"Kamu mau janji satu sama oma?"

"Apa itu oma?"

Oma Dien menggenggam kedua tanganku sambil menangis.

"Kalau kamu sayang sama Dave, buat dia bahagia sayang. Oma nggak mau lihat dia terus-terusan seperti zombie. Hidup tapi jiwanya mati."

"Tapi..dia nggak semudah itu untuk mencintai seorang cewek, oma." ptotesku. Oma Dien mengusap pipiku dengan lembut.

"Buat dia jatuh cinta sama kamu apapun itu caranya."

Yeay..ini yang aku tunggu! Restu dari orang terdekat bos Dave. Akan aku buktikan kepada oma Dien kalau Dave bisa aku buat bertekuk lutut dihadapanku.

"Kenapa senyam senyum sendiri?" tanya Dave tiba-tiba. Aku lupa kalau ada dia di sebelahku sedang mengemudi.

"Nggak ada apa-apa. Mau tau saja deh bos ini."

"Siapa yang mau tau urusanmu? Saya cuma kasian sama kamu masih muda tapi otaknya sudah sedikit geser." kata Dave sarkatis.

Calm down Gingga, ini tidak seberapa dari permulaan.

"Besok kamu datang lebih awal ke Balai Expo."

"Loh emangnya kenapa bos?"

"Kamu kan sekretaris saya, besok kamu harus temani saya mengurusi acara besok. Paham?"

Aku hanya mengangguk paham.

♥♥♥♥♥

Aku dikerjain kah sama Dave? Aku sengaja berangkat siang dan delapan jam lebih awal dari acara inti sedangkan dia entah kemana sekarang.

Aku hanya duduk di sudut ruang ballroom yang masih di dekorasi oleh pihak EO. Di atas panggung, mataku menangkap dua sosok cowok ganteng sedang berbincang-bincang.

Salah satu dari mereka melambaikan tangan padaku. Siapa lagi kalau bukan Bima. Oh aku hampir lupa, dia kan pemilik EO ini jadi mau tidak mau dia harus ada. Pura-pura saja aku tidak melihat ke arahnya.

"Hay cantik, ngapain disini?" suara Bima mengejutkanku. Tangan jahil miliknya dengan seenak udel-nya merangkul pundakku. Tentu saja menolak, nanti Dave menganggapku cewek gampangan.

"Hmm..bos Dave, apa yang harus saya kerjakan?" tanyaku sembari menjauh dari Bima.

"Nggak ada. Semua sudah selesai. Kamu bisa pulang sekarang dan persiapkan penampilanmu nanti malam."

Astaga naga.com!! Menyebalkannya bos gantengku. Semalam menyuruhku datang kesini lebih awal dan sekarang aku justru disuruh pulang lagi. Dikira aku kesini tidak pakai ongkos? Sabar Gingga, anggap saja kamu lagi belajar jadi istri solehah. Dengan setengah kesal, aku pergi meninggalkan Balai Expo

Dua jam sebelum acara dimulai. Aku masih duduk manis di depan tv bersama mama dan papa. Sudah aku bilang, aku tidak suka acara formal macam itu sekalipun acara kantor.

Sinar dan Indri pun sudah menyerah untuk memaksa ku pergi ke acara tersebut. Biar tahu rasa Dave karena sudah berani mempermainkan ku tadi siang.

"Gingga ada tamu tuh. Bukain pintunya." pinta papa. Ya aku sih dengar ada suara ketukan pintu di luar. Aku melangkah menuju pintu dengan sedikit malas.

"Selamat malam, benar ini rumah Ratu Gingga?" tanya seorang pemuda bertubuh gemuk yang aku curigai sebagak kurir karena bawa motor dengan logo sebuah perusahaan ekpedisi.

"Iya benar. Ada apa ya?" tanyaku bingung.

"Ada paket untuk mbak Ratu. Silakan diterima lalu tanda tangan disini." pemuda itu menyodorkan kertas dan pulpen ke arahku.

Segitiga Sama SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang