Bagian Ketigapuluhtujuh -epilog-

11.3K 333 24
                                    

Sally Anindita, gadis berwajah manis ini memang dikenal sebagai orang yang pantang menyerah. Termasuk oleh Dandri--mantan bosnya--sendiri.

Dandri yakin kalau Sally adalah gadis yang cocok untuk Bima. Dia merencanakan akan menjodohkan mereka.

Kehidupan Sally amat keras. Semenjak ayahnya pergi begitu saja meninggalkan banyak hutang, Sally harus bekerja kesana kemari demi menutupi hutang-hutang sang papa. Beruntung dia bertemu Dandri dan menjadikannya sekretaris di perusahaan tambangnya yang berada di Kalimantan.

Sally hanya tinggal bersama sang ibu yang mulai sakit-sakitan. Dan itulah alasannya untuk kembali dari Kalimantan.

♥♥♥♥♥

Bisa kita ketemu sebentar?

Pesan dari Bima mampir di handphoneku. Dahiku berkerut saat membaca isi pesan dari Bima. Tumben sekali cowok itu mau membuat jarinya bergerak mengetik pesan untukku ini.

Belum sempat aku balas, pesan lain masuk lagi ke handphoneku. Lagi-lagi dari Bima. Nggak sabaran sekali dia.
Baiklah aku ketik balasan untuknya.

Oke, kita ketemuan di resto dkt kantor Dave

Sengaja aku memintanya bertemu disana karena sekaligus aku ingin menemui suamiku tercinta. Rasanya nggak berlebihan kan aku mengatakan itu padanya? Semenjak aku hamil, hormon manjaku memang sedikit meningkat.

Sedikit-sedikit aku harus mendengar suara Dave dari telpon. Untung saja dia nggak keberatan menuruti permintaanku tersebut. Tapi belakangan karena usia kandunganku sudah memasuki usia delapan bulan, jadi aku sudah nggak manja seperti beberapa bulan yang lalu.

Dengan menumpang taksi, aku menuju kantor Dave. Dia sudah nggak di Maharaja Group lagi melainkan di salah satu perusahaan Maharaja yang lain.
Alasannya pada saat itu adalah dia ingin menghindar dari Alina.

By the way, soal Alina yang aku ketahui dari bu Tia sekarang dia sedang berada di Singapura. Aku harap dia akan mendapatkan yang lebih baik dari Dave.

"Maaf bu, kita sudah sampai" tegur sang supir taksi.

"Ah iya pak. Duh maaf keasyikan ngelamun nih" kataku sambil mengeluarkan dompet dari dalam tasku dan mengeluarkan dua lembar seratus ribuan. "Ambil saja kembaliannya, pak. Terima kasih"

"Sama-sama. Hati-hati ya bu"

Aku melangkah memasuk gedung perkantoran Dave dan langsung disambut ramah oleh security. Tepat di lobby, sang resepsionis cantik menegurku ramah. "Pagi bu Gingga" sapa Cindy sambil tersenyum ke arahku.

"Pagi juga, Cin. Bapak ada kan?" tanyaku.

"Ada kok, bu. Hmm mau saya antar ke ruang pak Dave?"

"Ah nggak usah terima kasih. Kamu lanjut saja kerjanya. Kalau gitu saya pamit ya"

Beberapa karyawan yang nggak sengaja berpapasan denganku pun tersenyum lalu menundukkan wajah. Hey, apa aku terlihat buruk hari ini? Kenapa mereka memperlakukan aku seolah-olah aku orang aneh. Nggak berani menatapku sampai setengah detik.

Ting.

Pintu lift terbuka dan aku menuju lantai 8. Di dalam lift aku nggak sendirian ada dua orang karyawan yang juga ikut bersamaku menuju lantai 8.
"Pagi bu Gingga, apa kabarnya?" tanya seorang wanita berkawat gigi padaku.

"Baik kok. Kerja di bagian apa?"

"Saya admin bagian quality, bu. Ngomong-ngomong lagi hamil berapa bulan, bu?"

Aku tersenyum sambil mengelus perut buncitku. "Sudah masuk delapan bulan nih"

"Wah berarti tinggal nunggu waktu ya, bu. Tapi kok masih saja menyempatkan diri ke kantor, bu?" tanya wanita itu lagi.

Segitiga Sama SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang