Back to Gingga POV
"Aku mencintai kamu Gingga. Sejak dulu. Sejak aku pertama kali lihat kamu di kampus." ucap Bima kemarin.
Sejak dulu? Kenapa tidak sejak dulu dia mengungkapkannya? Kenapa saat aku memgharapkannya, dia justru membuatku patah hati?
"Aku dan Astrid nggak ada hubungan apa-apa. Yang dulu kamu lihat salah paham. Aku memang belum menjelaskan semua ke kamu karena aku harus ikut mamaku pindah ke Makassar."
Aku menundukkan wajahku berusaha menyembunyikan rasa sesak di hatiku. Kenapa harus sekarang Bima? Kenapa disaat aku mulai melupakanmu dan aku mulai menyukai Dave, kamu datang?
"Kamu mau nggak jadi yang spesial di hati aku? Aku mencintai kamu Ratu Gingga."
"Aku..aku.."
"Katakan apa yang kamu rasakan saat ini."
"Kalau kamu mengatakan ini enam tahun yang lalu, aku akan langsung menerimanya Bim. Maaf aku nggak bisa menerima kamu." sangat terasa genggaman tangan Bima mulai mengendur.
"Apa kamu menyukai laki-laki lain?" tanya Bima penasaran. Aku hanya bisa mengangguk.
Kenapa rumit sekali percintaanku? Semua ini salahku kah? Ah tidak ada yang patut di salahkan. Sekali lagi, semuanya tidak ada yang salah. Karena cinta menghampiri mereka yang masih mempunyai hati.
"Sudah berapa kali saya bilang, kalau kamu sakit lebih baik kamu pulang." gertak Dave. Aku berdiri dan sialnya kepalaku terasa berat kemudian gelap.
**
Aroma minyak kayu putih memenuhi indera penciumanku. Rasanya sangat tidak enak. Yang aku rasakan sekarang adalah tenggorokan kering dan kepala yang masih terasa berat. Aku mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya di mataku.
Ini bukan kamarku dan bukan juga rumah sakit. Ini seperti.. aku langsung bangun dan menyadari kalau ini di ruangan Dave. Benar saja, di sofa seberang dia menatapku dengan khawatir. Aku memeriksa pakaianku dan syukurlah masih lengkap.
"Kamu pingsan tepat di depan saya dan saya yang menggotong kamu kesini. Jangan berpikir kalau saya ngapa-ngapain kamu ya." kata Dave sewot.
Dih.. di apa-apain aku juga mau kok boss. Loh?!
"Kalian sedang apa berduaan disini?" suara itu..suara oma. Benar saja, di depan pintu berdiri oma dengan senyum yang mengembang. Aku langsung berdiri dan pamit untuk kembali bekerja.
"Gingga, kamu nggak boleh pergi. Tetap disini karena oma akan memberikan pengumuman penting buat kalian berdua." Alisku saling bertautan. Perasaanku tidak enak.
"Pengumuman penting apa oma?" tanyaku penasaran.
"Perkebunan strawberry oma di Bogor sedang mengalami kerusakan, oma minta tolong kamu untuk memantau kebun oma disana. Bisa kan?" tanya oma.
"Kenapa mesti Dave oma? Kan bisa suruh pak Hendra buat kesana." protes Dave.
"Pak Hendra sudah terlalu tua, Dave. Lagian oma nggak cuma minta bantuan kamu tapi oma minta bantuan juga ke Gingga. Kamu mau kan sayang?"
"Aku?" gumamku sambil menunjuk ujung hidungku. Kenapa harus aku juga yang dilibatkan?
"Oma mau kalian berangkat berdua hari Rabu pagi. Masalah di kantor biar oma yang urus. Setuju?"
"Tapi oma-" oma menginterupsi perkataan Dave.
**
"Cieelah honeymoon nih ceritanya." ledek Sinar saat aku ceritakan misi oma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segitiga Sama Sisi
Romantizm"Aku suka sama bossku sendiri itu wajar kan? Dia ganteng, charming, bijaksana tapi ya gitu dia nggak suka sama cewek" -Ratu Gingga- "Aku bukannya gay, tapi aku nggak segampang itu jatuh cinta" -Dave Maharaja- "Aku bukannya playboy, aku hanya lagi m...