Jantungnya berdebar-debar saat melihat pada permukaan cermin yang menampilkan tubuhnya yang berbalut seragam pasukan pengintai. Kaya menghela nafas. Jemari tangannya menjadi dingin karena gugup.
Enam tahun yang lalu desanya diserang oleh titan. Kaya hanya bisa meringkuk di pojok ruang tengah rumahnya melihat tubuh ibunya yang dimakan oleh seekor titan kerdil. Kunyahan demi kunyahan. Suara tulang remuk terdengar dari mulut titan yang mendecap-decap.
Kaya diselamatkan oleh Sasha yang saat itu sedang pergi berburu. Hanya bermodalkan senjata panah, Sasha berhasil membuat titan itu buta dan segera berlari membawa Kaya ketempat aman.
Sekarang dia tinggal dirumah keluarga Braus, keluarga Sasha yang dengan murah hati mau mengasuhnya. Nyonya Braus memanggilnya untuk segera turun karena kereta kuda yang akan membawanya ke markas pasukan pengitai sudah menunggunya di depan rumah.
Kaya meraih tas slempang besarnya yang berisi beberapa pakaian ganti dan pakaian tidur. Selama menjadi pasukan pengintai dia akan tinggal di asrama. Dia akan merindukan suasana hangat di rumah kecil keluarga Braus yang telah merawatnya.
Nyonya Braus memeluknya, mengulang nasehat yang sama ketika Kaya masih menjadi kadet. Sekarang dia telah lulus dengan nilai yang memuaskan. Pintu markas pasukan pengintai sudah menunggunya. Cita-cita luhurnya muncul untuk mengamankan manusia dari titan muncul ketika dia diselamatkan oleh Sasha. Dia ingin menjadi berani dan kuat seperti Sasha.
Tuan Braus ikut memeluknya. Dia meraih tangan Kaya dan memberikan lima koin emas sebagai bekal dirinya selama menjadi prajurit pasukan pengintai.
"jika uangmu habis, kirimkan surat pada kami. Aku akan membalas cepat suratmu dan mengirim uang lagi." kata tuan Braus dengan senyum hangat di wajahnya.
Kaya mengangguk.
"baik, ayah."
Tuan dan Nyonya Braus tersenyum. Mereka melambaikan tangan pada kaya yang sudah naik ke kereta kuda. Kusir meraih cemeti, memukul pelan punggung kudanya untuk segera bergerak. Kaya menengok ke luar jendela, melambaikan tangan pada keluarga angkatnya.
*
*
*
"kamarmu ada dipintintu nomor 25 lantai dua." Kata petugas secretariat yang mengurusi kunci pintu kamar asrama. "
Dia wanita yang ramah. Dengan rambut coklat bergelombang yang digerai sebahu panjangnya. Lipstiknya merah merona. Tipe wanita yang bisa menarik siapa saja untuk mendekat. Riasannya agak mencolok dengan semua wanita yang ada dipasukan pengintai yang rata-rata hanya berias tipis dengan model rambut pendek atau diikat.
Pergantian pengurus baru dimulai besar-besaran dimarkas pasukan pengintai setelah kekalahan mereka melawan Beast Titan. Sekarang seluruh kegiatan pasukan pengintai diawasi langsung oleh kerajaan.
Kaya mengangguk menerima kunci kamarnya. Dia berjalan menaiki tangga lantai dua dengan kepala tolah-toleh mencari pintu kamarnya. Langkah kakinya berhenti didepan pintu nomor 25. Kamar di ujung lorong yang masih sepi. Apa dia terlalu awal datang?
Setelah pertempuran di distrik shiganshina, nyonya Braus mengatakan bahwa anak perempuannya dipindah tugaskan untuk menjaga istana kerajaan bersama dengan teman-temannya yang berhasil hidup dari pertarungan mematikan itu. Sayang sekali, padahal Kaya ingin Sasha menjadi seniornya selama menjadi prajurit pasukan pengintai.
Saat dia memasukan kuncinya. Daun pintu kamarnya sudah terbuka dari dalam. Kaya terkejut melihat seorang perempuan yang tingginya hampir sama dengannya. Namun perempuan itu sedikit lebih tinggi. Perempuan itu berdiri didaun pintu. Mereka berdua terdiam bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haleine (AOT X READER)
FanfictionSetelah (y/n) keluar dari penjara, Hanji mengangkatnya sebagai kadet pasukan pengintai. Dia dipilih tanpa ujian seleksi yang membuatnya mendapatkan intimidasi dari teman-teman sejawatnya. Karena terus-menerus diejek, (y/n) hilang kendali dengan em...