Chapter 18

26 10 0
                                    

(y/n) sudah berdiri menunggu didepan pintu ketika zeke membukanya. Dia mengangkat tangannya meminta zeke melepaskan talinya. Zeke menengok ke belakang (y/n). tepatnya pada meja yang sekarang sudah kosong. Dia lalu tersenyum.

"aku tahu, suatu saat kau akan bergabung dengan marley. ikatan ini memang tidak bagus. Duduklah akan aku bantu melepaskannya."

Pisau lipat keluar dari saku mantel yang zeke. Ujung tajamnya mengiris mepas serat demi serat tali tambang. ikatan tali meninggalkan bekas memerah melingkar dipergelangan tangan (y/n).

"sakit?"

(y/n) menggeleng dan menarik tangannya cepat sebelum zeke mengelusnya. Hembusan nafas zeke terasa dingin menerpa kulit betisnya. Zeke berdiri menjulang tinggi seperti raksasa yang menakutkan. (y/n) menunduk semakin dalam. baginya pria didepannya ini lebih menakutkan dibanding titan.

"ganti bajumu dan kita akan turun ke bawah bersama."

(y/n) tidak menjawab.

"aku akan berbalik badan."

Tetap hening.

"baiklah, aku menunggu diluar."

" keluar dan kunci pintunya."

Akhirnya (y/n) bersuara. (y/n) tidak akan bergerak sebelum melihat zeke keluar dari pintu dan telinganya mendengar suara klik dari kunci. Setelah mendengarnya. (y/n) langsung melepaskan baju lusuhnya. Bekas luka tusukan gunting diperutnya dari ibunya ketika (y/n) masih kecil sudah menghilang tanpa pekas. (y/n) mencoba mencubit perutnya dan rasa sakitnya hanya rasa sakit karena cubitan biasa bukan luka yang bertahun-tahun didiarkan membusuk. Ini aneh. Sama anehnya ketika dia sering bermimpi bisa berubah menjadi titan. Mimpi itu berulang kali dia alami dan dia tidak tahu artinya.

Seragam marley terdiri dari setelan kemeja putih dan celana hitam panjang dengan mantel coklat muda. Berbeda sekali dengan seragam pasukan pengintai yang memakai rompi. Rambut hitamnya sudah mulai tumbuh panjang menutupi telinga.

Zeke mengetuk pintu.

"sudah selesai?"

"ya."

Pintu terbuka dari luar. "itu cocok untukmu."

Telapak tangan besarnya terasa berat mendarat dipundak (y/n). (y/n) selalu menunduk ketika mereka berjalan keluar dari kamar menuju lorong panjang dan akhirnya keluar dari gedung. Angin dingin musim gugur menerpa wajahnya. Rambutnya bergerak-gerak mengikuti hembusan angin. (y/n) bisa melepas rematan tangannya ketika zeke akhirnya mengangkat tangannya dari pundaknya.

(y/n) memandang ke depan melihat hamparan rumput sisa musim panas yang mulai mati. Ini adalah tempat berlatih menembak.

"ini senapanmu. Apa kau pernah belajar menembak?"

(y/n) menggeleng. Dia kemudian mengamati senapan ak-47 dengan tambahan pisau bayonet diujungnya.

"bagus, ini pengalaman berharga. Kau tidak boleh membolos dilatihan ini. majulah dan berkenalan dengan teman-teman barumu."

(y/n) lagi-lagi terdiam. Dia telah gagal mendapatkan teman diwaktu menjadi kadet dipasukan pengintai. Sekarang mungkin akan sama. Jadi, dia agak ragu-ragu.

"ayo, aku temani."

Ada empat orang disana. Dua perempuan dan dua laki-laki. Zofia, perempuan berambut pirang dengan poni lurus. Udo, laki-laki berambut hitam dengan kacamata bertepi tebal. Gabi, perempuan berambut coklat gelap dengan mata bulat yang menatapnya sinis. (y/n) mengenalnya, karena dia yang sering menggedor-gedor pintu kamarnya. dan, falco, laki-laki berambut pirang cepak yang agak takut ketika menatap (y/n) langsung. Mereka berempat sudah membawa senapan masing-masing.

Haleine (AOT X READER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang