Jean berkumpul dengan orang eldia lainnya didekat truck untuk menerima senjata baru itu. dahinya berkerut melihat model senjata yang tidak asing diingatannya. Bentuknya mirip dengan rudal tapi cara memakainya dengan melepar dan menamcapkannya ke musuh. Kemudian menarik tali pelatuknya untuk membuatnya bisa meledak.
"bukankah ini tombak petir buatan hanji-san?"
Levi ikut mengamati senjata baru itu. memang benar ini tombak petir. Hanji mungkin saja dipaksa oleh marley untuk membuatnya. Setelah mereka melihat kekuatan ledakan tombak petir yang bisa menghancurkan kulit keras armor titan. marley memerintahkan orang eldia untuk memakai tombak petir ini untuk menyerang tank. Karena jumlahnya terbatas jadi hanya beberapa orang saja yang memakainya yang sayangnya selain jean dan levi. Mereka belum mengerti cara kerja tombak petir.
Mereka (orang eldia) kemudian berbaris dijalanan setapak menuju ke Tanah Tak Bertuan untuk memulai perang lagi. jantung jean berdentum-dentum. Dia masih takut tapi tidak setakut kemarin. Titan dan manusia sama saja. Tujuannya sekarang dia hanya ingin hidup. dia ingin hidup sampai perang ini selesai dan mendapatkan hadiah dari marley.
Jean bersiap di atas parit dengan senapan dan tombak petir dipinggungnya. Dia dengan orang eldia lainnya sedang menunggu sirine sebagai tanda perang dimulai. Tanah berlumpur basah menghitam dari banyaknya darah yang mengotorinya. Jean menggeleng, menepis bau amis memulalkan disekitar.
Sirine berbunyi. Jean menjerit, memanjar, dan berlari secepat mungkin. Kabut masih rendah tapi dia masih bisa melihat tubuh musuh didepannya. Matanya memincing, menarik pelatuk. Tembakkan bersahutan. Teriakan, rintihan, tangisan ketakutan memenuhi udara pengap dan lembab di Tanah Tak Bertuan. jean melempar granat tangan ke dalam parit musuh dan bersembunyi. Granat itu meledak mengancurkan parit dan tubuh musuh didalamnya. Tanah terlontar tinggi menjatuhi kepala jean. Jean langsung maju bersama orang eldia lainnya. dia melompat ke dalam parit.
Parit musuh lebih kering dibandingkan miliknya. Beberapa dibuat terowongan buntu seperti ruangan. Jean melihat meja yang masih penuh dengan sisa roti-roti dan daging asap. Dia masuk ke dalam ruangan itu tanpa menyampirkan senapannya ke belakang. dua tangannya langsung bergerak memasukkan makanan ke dalam mulutnya sebanyak mungkin. Lidahnya berdecap-decap mengunyah cepat bersama dengan orang eldia lainnya. mereka semua kelaparan sekaligus ketakutan.
Meskipun, persediaan yang dibawakan marley satu truk penuh. orang eldia hanya dibagikan sedikit sekali. Sup encer dan sepotong roti setiap harinya. Salah seorang tersedak. Dia menemukkan botol wine didekat kaki meja dan meminumnya. Kemudian tertawa-tawa karena akhirnya perut mereka bisa penuh. Baru saja jean menelan makanannya. Suara derap berat menggetarkan tanah di atasnya. semua orang dimeja makan itu saling tatap. Tidak ada yang berani mengengok keluar. Suara teriakan kembali terdengar dan hilang begitu saja ketika tank melindas tubuhnya.
Jean merasakan lututnya kembali tak berdaya. Dia menengok orang-orang disekitarnya. Mereka menggeleng, menunggu tank itu pergi dulu baru mereka akan keluar. Semua menahan nafas. Tank tidak akan muat masuk ke dalam parit. Sehingga, pilihan yang paling aman adalah tetap bersembunyi didalam terowongan.
Suara mesin berat itu semaki terdengar jelas. Berderit-dert menggilas tubuh orang eldia sampai rata dengan tanah. Tank itu sudah ada didekat mereka. Satu hal yang tidak terpikirkan oleh mereka adalah ukuran parit musuh juga lebih besar dibandingkan parit maley. Ujung pipa meriam tank terlihat dari samping pintu. jean menggenggam tombak petirnya. Jika dia merasa takut terus menerus hari ini dia akan mati. Tank itu bergerak perlahan-lahan. Mata jean terpejam, dia berdoa untuk ibunya yang masih dipulau paradise. Semoga diberikan umur panjang.
Jean nekat berlari keluar dari terowongan. Dia berhadapan langsung dengan tank yang dibawa kaki besi ratanya telah melindas seorang eldia hingga separuh tubuhnya remuk terbenam dalam tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haleine (AOT X READER)
FanfictionSetelah (y/n) keluar dari penjara, Hanji mengangkatnya sebagai kadet pasukan pengintai. Dia dipilih tanpa ujian seleksi yang membuatnya mendapatkan intimidasi dari teman-teman sejawatnya. Karena terus-menerus diejek, (y/n) hilang kendali dengan em...
