Chapter 15

172 25 4
                                    

Tajamnya rumput menusuk kulitnya. Sinar matahari terasa terik menembus kelopak matanya yang terpejam. Kumbang koksi berjalan merambat dari ujung jemarinya dengan kakinya yang mungil. Kumbang itu terus berjalan lalu saat dia merasa lelah kemudian terbang dan hinggap di atas hidung (y/n).

Kelopak mata (y/n) terbuka. Dia memandang langit biru cerah yang tidak punya ujung. Tidak ada awan hanya burung pipit yang terbang bergerombol ingin pergi ke salah satu ladang gandum yang ada didalam tembok rose.

(y/n) bangkit dengan terkejut. Seharusnya dia sudah selamat dan berada didalam tembok rose. Tembok kokoh setinggi lima puluh meter itu seperti benteng yang susah untuk ditembus. Bahan bangunannya misterius, terlalu kuat jika hanya memakai tanah liat, namun juga terlalu mustahil jika semuanya terbuat dari batu utuh tanpa disambung.

Rapat dan tidak bisa tertembus. Kecuali oleh titan.

(y/n) langsung mengambil parangnya saat telinganya mendengar suara. Dia menatap waspada pada semak-semak yang ada didekatnya. Semak itu sedikit bergoyang, lalu bergemerisik. (y/n) sudah berancang-ancang siap untuk menyerang jika seekor titan muncul dari sana. kedua kakinya berdiri tanpa bergetar sedikitpun. Pandangannya lurus ke depan dan genggaman parangnya kian detik semakin kuat.

Mungkin, titan abnormal,bisiknya.

Pergerakan dari semak menghilang dan (y/n) masih tidak tenang. kemudian dia mengambil batu kerikil dari sakunya siap-siap untuk memakai ketapel. Karet ketapelnya merenggang dengan sempurnya, membidik tepat pada target dibalik semak. Jika, kena kepala titan lukanya bisa membuatnya melolong kesakitan dan (y/n) bisa menebas langsung kepalanya.

Sepucuk rambut pirang menyembul keluar. Kerikil terlontar dengan kuatnya dan meleset menghantam batang kayu mahoni muda hingga batangnya terkoyak. Tupai melompat turun dari pohon dengan buru-buru. Sementara (y/n) melihat titan itu berbalik badan.

"Hampir saja aku mati." Titan itu bersuara.

Tidak ada tidak yang menghela nafas lega kecuali setelah mereka hendak memakan mangsanya hidup-hidup. tidak ada pula titan yang memakai baju. Rambut pirang pucat itu memingatkannya pada seseorang.

Rowan.

Bibir (y/n) terbuka tanpa bisa bersuara. Bukankah Rowan sudah mati? Dia masih ingat saat tubuh pemuda itu hanya tersisa setengah setelah titan memakannya. Namun, sekarang yang (y/n) lihat Rowan hdup dengan tubuh utuh dan sehat. Lebih berisi dibandingkan terakhir kali (y/n) bertemu dengannya bersama pasukan pengintai.

Ketapel terlepas dari tangannya. (y/n) merasakan kepalanya mulai berdenyut hebat. Dia menunduk lesu.

ini terjadi jika seandainya aku tidak meninggalkan rowan sendirian di depan tembok rose.

Rowan berjalan mendekati (y/n) dan membantunya berdiri, memapahnya sampai ke rumah kabin yang telah direnovasi dan terlihat lebih hidup. letak sumur masih sama. Isi kabin ini juga masih sama.

(y/n) menunduk melihat gelas berisi air pemberian Rowan.

"minumlah. Kau pasti kepanasan karena tidur dibawah matahari langsung."

Kemudian (y/n) mendongak.

Rowan memberikan senyumannya. Dia lanjut berbicara,

"melihatmu tidur sepulas itu. aku jadi tidak tega untuk membangunkanmu. Sudah lama sejak pasukan pengintai datang membawamu kemari. Aku menjadi tenang karena tahu kau masih hidup dan mau tinggal bersamaku disini."

Sekilas pipinya memerah. Dia tertawa canggung.

"a-aku hanya melaksanakan yang bibi ackerman minta. Tidak ada maksud lain. Maksudku, aku betulan senang kita bisa bersama lagi. tanpa perintah bibi ackerman aku juga, hmm. Kau tahu.."

Haleine (AOT X READER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang