Chapter 19

37 11 2
                                    

(y/n) masuk ke ruang kesehatan dengan tangan yang bersimbah darah. dari wajah tenangnya seolah dia tidak merasakan sakit. Pintu berderit. (y/n) membuka pintu lebih lebar. temaram sinar matahari masuk dari belakangnya menyiari ruangan setengah gelap dengan lilin yang menyala tinggal setengah.

"siapa?" tanya orang didalam.

"tanganku terluka."

Langkah kaki terseret terdengar dari sudut ruangan.

"(y/n)!"

(y/n) mendongak melihat hanji dengan mata terbelalak. seluruh wajah wanita itu babak belur. Hanji menangkap ekspresi (y/n) dan tertawa.

"tidak perlu khawatir. Aku disini juga pasien. Aku bisa mengobati lenganmu. Sini duduklah. Aku akan memeriksanya. Hm, lukamu sudah sembuh. Buat apa kau kemarin?"

(y/n) memalingkan muka.

Kacamata retak hanji berkilat oleh cahaya lilin. Dia menyuruh (y/n) untuk membuka bajunya. Untuk melihat luka diperut (y/n) yang dulu pernah dia jahit.

(y/n) menggeleng tidak mau dan mundur sejauh mungkin.

"kau tidak perlu setakut itu, (y/n). ada apa?"

(y/n) tidak mau menjawab dan pergi dengan buru-buru. Pintu tertutup. Meninggalkan suara dentuman keras diruang kesehatan yang sepi. Hanji duduk sambil berpikir. (y/n) bukan sepenakut ini. jika dia berubah dengan sangat cepat. ada sesuatu yang terjadi. Hanji berdiri. Dia baru tersadar karena luka diwajahnya membuatnya berpikir lambat.

"bagaimana (y/n) bisa ada disini? jika dia tertangkap seharusnya dia ada di kamp."

***

Buah rowan terlihat lebih merah di awal musim gugur. (y/n) membolos latihan untuk mencari buah rowan, buah liar kesukaannya. Dia menelusuri semak-semak dalam hutan samping kamp marley. Warna merah terang mengalihkan pandangannya. Semak rowan berbuah lebat sampai rantingnya banyak yang melengkung ke bawah. Belum ada burung yang memakannya. Sehingga buahnya masih banyak satu tangkai utuh bergerombol.

"apa yang kau lakukan disini?"

Falco muncul dari balik pohon. Dia diam-diam mengikuti (y/n) karena penasaran dengan kalimatnya kemarin.

"makan buah rowan. Mau? Buah ini baik untuk pencernaan."

Falco melihat telapak tangan (y/n) yang penuh dengan buah rowan. Ragu-ragu namun falco tetap mengambilnya sedikit. Lalu mencicipinya.

"manis."

(y/n) tersenyum. "mau lagi?"

Falco menolaknya dengan menggelengkan kepala. Dia masih menaruh curiga pada (y/n). perempuan asing itu dari pulau paradise. Pulau yang berisi monster haus akan darah. mungkin saja, (y/n) juga seperti itu.

"aku turut berduka tentang kakakmu."kata (y/n).

Falco menahan nafas. Buah rowan tak sengaja dia remas.

"darimana kau tahu?"

"zeke." Suara (y/n) hampir tidak terdengar ketika menyebut nama itu. matanya langsung memandang kosong. Seolah dia sedang melamun.

Falco memberanikan diri untuk mendekati (y/n). (y/n) berjongkok diam didepan semak-semak rowan dengan memakan buahnya satu-persatu. senapan untuk latihan masih tersampir di punggungnya.

"terima kasih." ucap falco. "lu-lukamu kemarin gimana?"

"sudah sembuh total."

Luka yang melingkar di pergelangan tangan (y/n) masih memerah seperti tadi pagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Haleine (AOT X READER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang