(y/n) merasa dirinya berlari namun bukan kakinya yang bergerak. Seluruh tubuhnya seperti diselimuti oleh daging tebal dan panas. Dia tidak tahu kemana kakinya akan membawanya. Hutan semakin lebat dan petir menyambar-nyambar dengan suara memekakkan telinga. bobot tubuhnya bertambah namun juga terasa ringan. Air hujan mengguyurnya tanpa membuatnya basah. Dia kehabisan nafas.
Tangannya menyibak pepohonan seperti semak-semak. Petir bergemuruh bersahutan dengan burung-burung yang rebut rumahnya ambruk. (y/n) menunduk melindungi kepala saat sebuah petir.
***
Air sudah menggenangi parit setinggi lutut orang dewasa. Hujan ataupun tidak. Perang terus berlanjut. Orang eldia sudah kelelahan dengan tubuh kuyup. Kabut tebal hampir menutupi seluruh wilayah tanah tak bertuan. mereka terpaksa merendamkan kaki didalam air dingin bulan November. Mayat-mayat tergenang lama perlahan mulai membusuk. Kulitnya putih membengkak dengan bau yang mengerikan.
Jean duduk melamun. Dia memikirkan apa yang sebenarnya ingin dia lakukan dalam hidupnya. pikirannya tersumbat. Diperparah dengan suhu yang semakin dingin. Tak sedikit orang eldia satu parit dengannya kena hipotermia. Salah seorang pria berjalan dengan loyo, tersenyum-senyum. Dia bergumam kata-kata tidak jelas. Lalu, melepas satu persatu pakaiannya dengan menjeritkan kepanasan. Dia sudah diambang batas akibat hipotermia.
Jean menarik kakinya menjauh dari tubuh pria telanjang itu. dia bergidik melihat senyuman lega yang terpampang diwajahnya.
"dia mati?" jean bertanya.
"ya." Seseorang menjawabnya.
Pria itu sudah tidak bergerak lagi.
Adu tembak sudah jarang dilakukan dengan pihak musuh. Musuh sepertinya juga mengalami hal buruk karena hujan lebat dan kabut. Tanah tak bertuan menjadi hening dalam waktu yang lama.
Jean berpindah dengan kepala menunduk menuju parit yang lebih dangkal. Dia sudah merasakan ujung kakinya kaku luar biasa. Dia berjalan dengan meniup-niup telapak tangannya. kakinya melangkah mendekati kapten levi yang duduk dibawah jembatan kayu. Raut wajahnya terlihat kesal. Sepuntung rokok setengah basah menempel dibibirnya. Dia berdecih. korek apinya tidak mau menyala.
" saya bantu, kapten."
Jean mengeluarkan korek api dari sakunya. Api meliuk sebentar tertiup angin. Namun, tetap bisa menyala dengan jean mengghalanginya dengan telapak tangan. Sumbu rokok menyala. Levi langsung menghirupnya dalam-dalam.
"tidak buruk." Puji levi.
"terima kasih, kapten."
Mereka duduk berhadapan, berteduh dibawah jembatan reyot yang jika ada orang menjinjaknya akan langsung ambruk. Air hujan menetes-metes di atas helm yang mereka pakai, bergemericik mengisi parit hingga penuh.
Jean menyalakn korek apinya. Berharap denga api sekecil itu bisa menghangatkan seluruh tubuhnya. Suhu dingin membuat jempolnya susah digerakkan. Sampai akhirnya api kecil itu padam dengan sendirinya karena kehabisan kerosen.
Bibir jean mulai bergetar. Tubuhnya mulai menggigil. Seperti orang eldia lainnya. banyak yang kedinginan didalam parit. Dengan kaki yang tidak sepenuhnya ditempat kering membuat orang eldia yang terkena hipotermia semakin banyak.
"ambil. Ini perintah. "
Jean mengeluarkan tangan dari saku mantel lembabnya. Jemarinya pucat pasi. Dia gemetaran menerima sisa rokok dari levi. Rasa pahit tembakau bercampur sedikt manis dilidahnya. Jean tersedak dan mencoba lagi untuk menghirupnya pelan-pelan. rokok itu tidak langsung membuat tubuhnya hangat. melainkan, bisa membuat jean merasa sedikit lebih tenang.
Hujan terus turun sampai sirine tanda perang usai berbunyi.
***
Perjalanan pulang menuju kamp terasa lebih berat. Orang eldia banyak yang jatuh ditengah perjalanan. Mereka mengeluhkann tidak bisa merasakan pergerakan dikaki. Lalu, tim medis datang dengan membawa lebih banyak truk dan tandu. Setelah sepatu mereka dibuka, jemari kaki mereka sudah menghitam dan lepas dengan sendirinya karena radang dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haleine (AOT X READER)
FanfictionSetelah (y/n) keluar dari penjara, Hanji mengangkatnya sebagai kadet pasukan pengintai. Dia dipilih tanpa ujian seleksi yang membuatnya mendapatkan intimidasi dari teman-teman sejawatnya. Karena terus-menerus diejek, (y/n) hilang kendali dengan em...
