Satu minggu sejak invasi marley ke pulau paradise. Levi mulai merasakan tubuhnya sudah tidak sekuat dulu. Waktu berlalu dengan lambat dan menyiksa. Levi menatap tembok besi tinggi yang menjadi pembatas antara wilayah orang eldia dan orang marley. Kehidupan dibagian orang eldia sengaja dibuat menderita oleh marley. Mereka dijadikan pekerja paksa dari pagi buta sampai malam dengan hanya jeda sekali saat makan siang. Makan siang hanya diberikan setengah roti sourdough kering yang harus direndam dalam air dulu untuk bisa dimakan.
Karena pekerjaannya dan kekurangan makan. Hampir semua orang eldia dari pulau paradise menderita kelaparan. Tubuh mereka menjadi kurus kadang ada yang tidak beruntung mendapatkan makanan. Tubuhnya hanya menyisakan tulang dan kulit. Tak lama lagi, kata orang-orang disekitarnya. Pria malang itu berjalan semopyongan dan jatuh ke selokan. Prajurit marley yang berjaga kebetulan melewatinya, mereka belihat air kotor itu beriak dan mulai menembakinya sampai titik merah muncul dari dalam air.
Levi mengusap peluh diwajahnya. Dia membawa batu bata untuk membangun markas baru prajurit marley. Tangga kayu dibuat seadanya. tidak ada keamanan pekerja. Marley hanya meminta untuk orang eldia cepat membangunnya. Panas terik matahari seakan menyengat masuk menembus pakaiannya. Levi merasa kehausan. Pandangannya mulai terlihat buram. Dia meletakkan batu bata disamping jean yang sedang membawa ember berisi plester.
"terima kasih, kapten."
Levi hanya mengangguk. Dia turun daru tangga dengan pelan-pelan dan kembali membawa batu bata ditangannya. Tak terhitung berapa kali levi mondar-mandir membawa batu bata. Prajurit marley dengan senajata lengkap selalu mengawasi mereka bekerja. Tidak ada ruang untuk levi bisa kabur.
Jam tiga sore waktunya istirahat siang. Pekerja paksa boleh duduk sepuluh menit dan minum air dari kran langsung. Jean melihat levi yang langsung berjalan menuju kran air langsung menyusulnya. Mereka selalu bersama sejak turun dari balon udara. Para perempuan dipisahkan untuk merawat ternak dan menjahit pakaian. Rumornya hanji ditangkap karena mencoba untuk memberontak. Dia ditahan diluar area orang eldia. Kemungkinan didalam markas maley.
***
Hanji dianggap sebagai orang penting bagi marley karena pengetahuannya tentang senjata sangat dibutuhkan dalam perang. Informasi tentang pasukan pengintai yang menggunakan senjata tombak petir yang sekali serangannya bisa merusak lapisan keras armor titan. Senjata itu kelak akan dimanfaatkan oleh marley untuk melawan tank yang dipakai oleh musuh. Sudah ribuan prajurit marley yang mati terlindas tank.
Senjata bergerak itu tidak bisa tumbang dengan tembakan senapan. Meskipun sudah menggunakan senapan mesin yang bisa melontarkan banyak peluru sekaligus. Lapisan bajanya tetap tidak tertembus. Hanji sempat mengelak bahwa penemuan tombak petir ditemukan oleh Erwin smith yang sekarang sudah gugur oleh serangan beast titan di shiganshina. Dengan, lantangnya bertholt membantah. Dia menyanggahnya dengan mengatakan dipasukan pengintai komandan Erwin tidak pernah berkecimpung dalam urusan persenjataan. Ada disivi lain yang memang khusus meneliti titan dan membuat senjata sebagai cara paling efisien untuk membunuhnya.
Hanji mendelik. Dia berdiri menendang meja dan semua barang di atasnya berceceran diaman-mana. Semua yang membawa pistol mengarahkan langsung dikelapa hanji. Hanji membalas tatapan waspada mereka dengan senyum ramah.
"tembak saja." Kepalanya bergerak dan menempelkan jidatnya pada pistol yang dipegang oleh bertholt. "AYO TEMBAK!"
Bertholt bergidik. Dia melihat kegilaan dimata hanji sama persis saat dirinya masih menyamar menjadi kadet dipasukan pengintai.
"annie masih aku simpan dipulau paradise. Jika kau mau bekerja sama denganku. Aku akan mempertemukanmu dengannya."
"apa saja yang telah kau lakukan, pada annie?" bertholt bertanya dengan suara gemetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haleine (AOT X READER)
FanfictionSetelah (y/n) keluar dari penjara, Hanji mengangkatnya sebagai kadet pasukan pengintai. Dia dipilih tanpa ujian seleksi yang membuatnya mendapatkan intimidasi dari teman-teman sejawatnya. Karena terus-menerus diejek, (y/n) hilang kendali dengan em...