Hangat.
Itulah yang (y/n) rasakan saat ini. Tubuhnya terasa ringan. Ada sesuatu yang aneh karena dia merasa sedang berjalan namun kedua kakinya tidak menapak tanah.
Perlahan, (y/n) membuka matanya. Seseorang menggendongnya.
"Sudah bangun? "
"Hm. "
Jean menghela nafas panjang.
"Setiap hal yang kau lakukan selalu saja membuatmu berakhir dengan mimisan. Pernahkah sekali, kau tahu akan batas kemampuan tubuhmu? "
"Aku baru saja bertemu dengan ibuku. "
"Kau itu ceroboh minta ampu----APA? "
Jean menoleh.
"Dia sudah punya anak lagi. Anak laki-laki. Sekitar umur 2-3 tahun."
Jean memandang lurus ke depan. Dia merasa bersalah karena langsung mengomel. Ini baru hari pertama dia libur di musim panas. Ibunya memintanya untuk membeli beberapa bahan makanan di pasar. Jean tidak sengaja menemukan (y/n) yang tergeletak ditanah dengan orang-orang yang mengerubunginya.
"Maaf. "
"Tidak apa-apa. "
"Lalu, hmm, bagaimana perasaanmu sekarang? "
(Y/n) tidak langsung menjawab. Dia menunduk sayu. Perasaannya campur aduk. Dia juga tidak tahu antara senang atau kecewa karena melihat ibunya yang sudah punya keluarga baru lagi.
"Entahlah. " jemarinya meremas baju Jean. "Sejak aku lahir ibu tidak menyukaiku. Aku sering mimisan karena dulu kepalaku dipukuli olehnya. Aku...tidak apa-apa. Semua baik-baik saja."
Jean menyadari remasan dibajunya semakin kuat. Dia memilih untuk terus berjalan.
Selama perjalanan dari pasar sampai ke rumah. (Y/n) tertidur digendongannya. Jean kemudian mengetuk pintu menggunakan sol depan sepatunya.
Tiga kali ketukan pelan dan dia menunggu ibunya datang membukakan pintu.
Tak lama kemudian, pintu berderit menampilkan seorang wanita sekitar umur 50-an. Dengan rambut coklat yang diikat rendah.
"Cepat sekali kau pulang, jean. "
"Sebenarnya... "
Nyonya Kirstein menengok sosok yang ada dibelakang punggung putranya.
"Oh. " dia terperanjat. "Siapa? "
"Setelah masuk rumah, akan aku kasih tahu. "
Nyonya Kirstein mengangguk. Dia kemudian membukakan pintu lebar-lebar untuk jean. Dia membantu jean meletakkan (y/n) diranjang kamar kosong.
Nyonya Kirstein melihat bercak darah kering yang meleber dari hidung sampai ke pipi (y/n). Matanya menatap nanar. Dia kemudian menoleh ketika jean menepuk bahunya.
"Jadi, siapa gadis itu, jean? "
Jean baru saja duduk dikursi dan ibunya langsung bertanya.
"Salah satu kadet baru di pasukan pengintai. "
"Lalu, darah itu... Apa dia terluka? "
"Sebenarnya, aku juga tidak tahu. Kami menolongnya dari distrik shiganshina saat ekspedisi terakhir. "
"Berarti dia tertinggal sendirian di distrik shiganshina? "
"Ya. "
"Astaga. Ya ampun. Gadis yang malang. Siapa namanya? "
"(Y/n), (y/n) Ackerman . "
"Mau minum? Kau pasti lelah menggendongnya dari pasar sampai ke rumah. "
"Terima kasih ibu. Tapi, aku tidak sempat membeli bahan makanan yang ibu titipkan tadi. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Haleine (AOT X READER)
Fiksi PenggemarSetelah (y/n) keluar dari penjara, Hanji mengangkatnya sebagai kadet pasukan pengintai. Dia dipilih tanpa ujian seleksi yang membuatnya mendapatkan intimidasi dari teman-teman sejawatnya. Karena terus-menerus diejek, (y/n) hilang kendali dengan em...