Nyali kaya menciut. Pagi-pagi sekali kamarnya digedor oleh senior. Mereka mengatakan kapten levi memanggilnya untuk segera datang ke ruangannya.
Dengan buru-buru kaya langsung memakai seragam dan berlari. Dia berhenti sejenak di depan pintu ruangan levi.
Detak jantung memenuhi dada sampai terdengar ketelinganya. Telapak tangannya dingin. Dia usap peluh didahi dengan sapu tangan.
Sembari menarik nafas kaya membuka pintu.
"Permisi. Saya Kaya Braus. Saya datang karena kapten... "
"Masuklah." Levi memotong kalimatnya.
Seketika kaya menyesal dan ingin pulang.
Dia melangkah pelan-pelan memasuki ruangan. Suasana tegang ini membuat tubuhnya merinding.
Levi masih sibuk dengan urusannya sendiri. Kertas dokumen bertumpuk ada disisi kanan dan kirinya. Seragam pasukan pengintai teronggok dipinggir meja dan masih terbungkus plastik.
Kaya duduk dikursi yang telah disediakan. Jemari langsung meremas kain celananya. Ketika mata sehitam arang itu menatapnya langsung. Seakan mata sang kapten bisa menembus kepalanya.
Wajah lelah itu menjadi indikasi frustasi yang sangat tinggi.
"Berapa lama (y/n) tidak ada dikamar? "
"Empat hari kapten. "
"Bagaimana dengan barang-barannya?"
"Dia pergi sekaligus membawa semua barang-barang pribadinya. Lemari dan kasur sudah bersih. "
"Kau tahu dimana dia sekarang? "
Kaya menggeleng kaku. "Tidak tahu, kapten. "
Levi menghela nafas panjang. Dia duduk bersender di senderan kursi.
Kaya akhirnya bisa menarik nafas ketika levi memejamkan matanya sejenak. Dia bahkan tidak sadar telah menahan nafas.
"Kau boleh pergi sekarang. "
Kaya hampir tersandung kaki kursi saking gugupnya. Dia membukuk beberapa kali. Sebelum akhirnya pergi.
Ketika dia sudah keluar dari ruangan levi. Kaya cepat-cepat menghirup nafas dalam-dalam.
"Aku pikir akan mati. "
Sungguh, dia lega karena bisa menjawab pertanyaan kapten levi dengan tegas. Tanpa terbata-bata.
"Sepertinya, kapten levi juga menanyaimu tentangnya. "
Kaya langsung menoleh kebelakang.
"Floch? Kenapa kau ada disini? "
"Memangnya untuk apa lagi? Aku juga ditanyai oleh kapten levi. Itu karena kau dan temanmu. "
Floch melangkah maju.
"Temui aku dibelakang gedung setelah makan siang. Jangan mencoba lari atau kau akan tamat. Karena luka ini,"
Floch menyentuh perban dilehernya.
"Aku jadi tidak bisa ikut latihan. Efek obat pereda nyerinya membuatku mengantuk. Pergilah, jangan sampai lupa dengan apa yang tadi aku katakan. "
Akhirnya, kaya pergi sambil berlari sekencang mungkin.
Kaya, bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Seandainya, Sasha berada diposisi ini. Apa yang akan dia lakukan?
"Aku akan memukul wajahnya."kata Sasha.
"Eh? "
"Meladeni orang seperti itu hanya akan buang-buang waktu saja. "
Sasha kebetulan menjadi pendamping untuk latihan memanah. Kaya tidak menceritakan kejadian yang di alaminya dengan menyebut namanya sendiri. Dia menceritakan seolah-olah hal itu terjadi pada temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haleine (AOT X READER)
FanfictionSetelah (y/n) keluar dari penjara, Hanji mengangkatnya sebagai kadet pasukan pengintai. Dia dipilih tanpa ujian seleksi yang membuatnya mendapatkan intimidasi dari teman-teman sejawatnya. Karena terus-menerus diejek, (y/n) hilang kendali dengan em...