chapter 21

284 30 7
                                        

Hanji datang mengetuk pintu ruangan rapat dengan kakinya. Daun pintu berdentum keras. Mata petinggi marley langsung menatapnya tidak suka.

"ah, permisi."

Dia berjalan serampangan. Sengaja menyenggol pundak para penjaga dengan alasan matanya tidak bisa melihat dengan baik karena kacamatanya pecah (marley yang merusaknya). Hanji duduk memangku dagu.

"jadi, senjatanya sudah selesai dibuat?" hanji bertanya.

Salah satu petinggi menghela nafas panjang. Dia menoleh ke zeke yang berdiri dibelakangnya. Matanya seakan tidak yakin bahwa wanita gila yang duduk disebrang mejanya adalah orang yang membuat senjata mematikan ini.

"anda tenang saja. Dia berpengalaman."

Kacamata zeke berkilat dibawah sinar lampu. Dia tersenyum menyakinkan. Hanji membenci ekspresinya itu. jemari tangannya mengetuk-ngetuk meja mendengar petinggi marley yang ingin segera memakai senjata tmbak petir dalam peperangan di Tanah Tak Bertuan.

"kau sinting?" kata hanji. "alat itu butuh pelatihan khusus untuk memakainya dan butuh waktu minimal sebulan untuk lancar menggunakannya. Jika salah memakai seluruh pasukan alteri bisa mati bunuh diri ."

Bisik-bisik mulai terdengar. Hanji menunggu tanggapan, sesuai yang dia bayangkan kalimat itu terucap dari lidah petinggi marley,

"kau cuman eldia. Soal Tanah Tak Bertuan kami, Marley, jauh lebih tahu daripada kalian."

Rapat selesai. Hanji duduk dengan geram. Mereka dengan seenaknya memaksanya untuk membocorkan desain senjata tombak petir dan sekarang seenaknya memakainya. Hanji sama sekali tidak di apresiasi hanya karena dirinya orang eldia.

Zeke mencegahnya saat ingin keluar dari ruang rapat. Pria itu duduk tepat disebrang mejanya.

"Tunggu,ada yang ingin aku bicarakan."

"apa?"

"aku mendengar (y/n) tidur diruang kesehatan."

"lalu?" hanji berbicara dengan gigi mengatup.

"lalu, hm, bisakah kau bawa dia kepadaku?"

Kursi sudah melayang setelah zeke menyelesaikan kalimatnya.

"itu jawaban pertamaku,"

Sekejap kegelapan menutup pandangan zeke. Hanji menamparnya begitu keras hingga ujung bibirnya robek, mengeluarkan darah.

"dan ini jawaban kedua. Jauhi murid kesayanganku, dasar bajingan!"

Zeke meludah darah. tangannya mengambil sapu tangan dari saku mantel, mengusap sisa darah di ujung bibirnya yang terluka . asap tipis muncul samar dibekas lukanya. Luka tamparan itu hilang dalam sekejap tanpa bekas.

***

Falco duduk disamping teman-temannya. Mereka telah menyelesakan latihan hari ini dan sedang beristirahat. Satu tangannya menudungi mata dari sang surya tengah hari sementara dia menunduk melihat orang eldia didalam kamp konsentrasi yang juga menatapnya. Wajah muram mereka dan baju kumal.

"sebaiknya kau jangan melihat mereka, Falco." Ucap Gabi. "mereka akan menaruh sihir pada matamu dan kau bisa mati."

Falco tampak bingung.

Dengan matanya falco melihat orang-orang eldia sama seperti manusia biasa. Mereka makan, tidur, berkeluarga, dan memiliki pekerjaan. Perihal titan, bukankah marley juga bisa menjadi titan? falco mengingat kakaknya yang mewarisi kekuatan jaw titan. bukankah sama saja.

"aku haus. Ada yang mau ikut?"

Zofia bangkit dari rebahan disusul udo. Mereka sedang berada di menara pengintai yang sudah lama tidak dipakai. Gabi beralih memiringkan tubuhnya. Dia tidak ikut.

Haleine (AOT X READER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang