Extra Chapter - III

4.6K 143 12
                                    

Happy Reading 

Jaemin berdiri di balkon kamarnya, sekarang hubungannya dengan sang kekasih berangsur membaik, dan saat ini ia resmi menjadi Tuan di mansion ini.

Ia hanya diam menikmati hembusan angin yang menabrak tubuhnya, ada kelegaan disana, bahwa sekarang dia tidak akan sendirian lagi.

Kelopak mata itu terbuka saat merasakan pelukan hangat di punggungnya, dan juga kedua tangan yang telah melingkar dengan apik di pinggang ramping nya.

"Sedang memikirkan apa hmm?," ucap Jaehyun tepat di samping telinga Jaemin.

"Hanya—merindukan kak Yoon Soo," jawab Jaemin dengan jujur, dan dia bisa merasakan bagaimana pelukan itu semakin erat.

"Maafkan aku, aku sangat menyesal."

Setelah mendengar cerita dari Jaemin, dia menyesal telah bertindak semaunya, tapi ini adalah naluri seorang kakak yang kehilangan adiknya, saat itu dia sudah tenggelam dalam dendamnya.

"Tidak ada yang perlu di sesali, bukankah kita impas? Kau kehilangan Jeno dan aku kehilangan kak Yoon Soo." Jaemin menyentuh tangan yang bertengger di pinggangnya, sedikit mengusapnya.

"Jika itu tak terjadi, kita tidak akan bersama seperti sekarang— dengan kata lain ini adalah takdir."

Jaemin berbalik, berdiri menghadap sang kekasih, membelai rahang tegas itu dengan senyum lebar.

"Aku beruntung bertemu dengan mu, aku tidak pernah menyesal di pertemukan dengan pria baik seperti mu." Jaemin memeluk tubuh sang kekasih, menyandarkan kepalanya pada dada bidang itu, "Jangan tinggalkan aku, kau tau kan aku tidak suka kesendirian?."

"Hmm, jika itu bukan kematian, aku tidak akan meninggalkan mu sendirian Na."

Malam itu keduanya sama sama saling terbuka satu sama lain, sama sama saling bergantung satu sama lain.

Tak peduli bagaimana orang memandang mereka, selagi mereka bersama itu sudah cukup.

•~•

Jaemin tersenyum senang tak kala Jaehyun membawanya ke sebuah panti asuhan, pria itu tahu jika dia sangat menyukai anak anak, oleh sebab itu dia berdiri di sana sekarang.

Suara pekikan dan tawa terdengar, para anak anak berlarian ke sana kemari, ada juga yang sedang bermain dengan mainannya, bahkan saling menjahili teman temannya.

"Kau senang?," tanya Jaehyun, ia ikut tersenyum melihat binar di kedua mata kekasihnya.

"Sangat, terimakasih!," akunya, tangannya menggenggam tangan Jaehyun menyalurkan rasa bahagianya pada sang kekasih.

Bukk!

"Akhh,"

"Hey kau tak apa?," Jaemin berjongkok, membantu seorang anak laki-laki yang jatuh karena menubruknya, menepuk nepuk pantat kecil yang kotor.

"Tidak apa, aku kan kuat." Jaemin tersenyum setelah mendengar itu, mengusap usap rambut bocah berambut hitam itu karena gemas.

"Siapa namamu?,"

"Jisung, namaku Jisung paman." Jawabnya riang.

"Woahh nama yang bagus, berapa umurmu Jisung." Tanya Jaehyun yang kini ikut berjongkok di samping Jaemin.

"Umurku 7 tahun paman."

"Jisung ingin bercita cita menjadi apa saat besar nanti?," tanya Jaemin antusias.

"Jisung bercita cita memiliki keluarga," jawaban bocah itu dengan polos.

Jaemin tertegun lantas mengalihkan pandangannya ke arah lain, menyedihkan pikirnya. Ia menatap Jaehyun saat pria itu mengusap punggung tangannya, pria itu nampak tersenyum penuh arti.

Bukankah Jisung harus di beri kesempatan untuk memiliki keluarga?.

Tangan ketiganya saling bertaut, dan Jisung berada di tengah tengah mereka, berjalan dengan riang sambil menampakkan senyuman yang tak pernah luntur sedari tadi, ketiganya berjalan keluar dari area panti menuju istana mereka.

Menciptakan keluarga baru yang berbeda dari keluarga lainnya.

Aku tahu rasanya tak memiliki keluarga, maka sebab itu aku tak mau membiarkan anak kecil seperti nya merasakan hal yang sama.

E.C. - III End
________

Maaf jikalau nggk dapet feel nya, masih belom jago soalnya

Sekian, dan terimakasih karena kalian udah mendukung aku buat menyelesaikan book ini, aku terharu banget liat antusias kalian semua, terharu...

Oh! Mr. Jung | JaeJae | 2jae [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang