Extra Chapter - I

2.9K 137 16
                                    

Sesuai janji bakal ada extra chapter, Paling jumlahnya sekitar 3 chapter atau lebih.

Happy Reading

Leher Jaemin di cekik, dan dia hanya mampu menahan tangan Jaehyun yang semakin mengeratkan cekikan dengan wajah yang tak kalah merah dari wajahnya.

"Karena dirimu adikku mati," ucapnya penuh penekanan. "Jadi bagaimana rasanya di bodohi oleh orang yang kau bodohi, apa semenyenangkan itu?," lanjutnya, nafasnya memburu karena sangking emosinya.

Jaemin sudah menangis, dan dia menggeleng ribut setelah mendengar ucapan Jaehyun, itu tak seperti yang dia rasakan.

Saat nyawanya sudah sampai di ujung, Jaehyun melepas cekikannya, membiarkan Jaemin merosot ke bawah.

"Uhukk uhukk," Jaemin terbatuk karena tersedak ludahnya sendiri, ia menarik oksigen banyak banyak sambil memegang lehernya yang memerah.

"A-ku tidak membunuh Jeno hhh, aku mencintai nya, lebih dari hidup ku sendiri." Ungkap Jaemin.

Dagunya di cengkram, "Lalu kenapa bukan kau saja yang mati? Kenapa harus adikku!!!," murkanya.

Jaemin menangis lagi, "Jeno yang memutuskan, aku sudah melarangnya Jae, tapi dia tetap datang." Ungkapnya, dengan isakan yang tak tertahan.

Jaemin memejamkan matanya,"Apa kau tak mengerti, aku membenci diriku sendiri setelahnya."

Cengkraman tangan Jaehyun mengendur, "Omong kosong." Desisnya.

•~•

Tubuh Jaemin tergeletak tak berdaya di lantai, tubuhnya terasa remuk, Jaehyun memukuli nya dengan tongkat hingga nampak banyak rona kebiruan di sekujur tubuhnya.

Dan pria itu meninggalkan nya begitu saja setelah merasa puas dengan apa yang dia lakukan.

Jaemin menyentuh kepalanya, dan noda merah bertekstur kental dia dapat dari sana.

Atensi Jaemin beralih pada pintu besi yang di buka, di sana beberapa orang membawa seorang lain yang kepalanya di tutupi dengan tudung hitam.

Dan Jaemin tidak bisa untuk tidak terkejut setelah tudung itu di buka.

"Kakak!," serunya, ia lantas segera bangkit, melupakan semua rasa sakitnya, menyeret kedua kakinya untuk bersimpuh di depan kakaknya.

Wajah penuh luka itu, menatap Jaemin khawatir, dia pikir adiknya selamat, tapi kenapa dia bisa berada disini dengan kondisi yang sama buruk nya.

Jaemin menangis, dengan susah payah memeluk tubuh kakak nya yang sudah penuh goresan benda tajam.

"Kakak maafkan aku."

Yoon Soo mendorong tubuh sang adik, lalu mencengkeram kedua lengan adiknya. "Katakan bagaimana bisa kau sampai disini? Bukankah sudah ku bilang akan menjemputmu jam 3, seharusnya kau sudah terbang sekarang." Tanyanya, dan pernyataan itu membuat Jaemin sedikit terkejut.

"Bukankah kakak bilang itu di batalkan?,"

"Aku tidak bilang!."

"Tapi seseorang seperti bawahan kakak memberitahu itu di batalkan." Ungkapnya, dan Yoon Soo berteriak frustasi sekarang.

"Ini sudah di rencanakan."

"Ap-" Ucapan Jaemin terhenti saat pintu besi itu kembali di buka, dia bisa melihat Jaehyun berjalan dengan angkuh bersama beberapa anak buahnya, dan salah satu dari mereka adalah orang yang menemui nya di loby apartemen.

"Sialan." Makinya.

Tubuh Jaemin di seret paksa kebelakang, mereka membuat jarak antara saudara kandung itu.

"Lepaskan aku sialan!" Pekik nya dan tubuhnya di hempas begitu saja, membuat beberapa bagian tubuhnya ngilu.

Dan kakaknya yang di paksa berlutut, dengan kedua tangannya yang di ikat.

Jaemin melebarkan matanya saat ujung pistol menempel pada kepala kakaknya, tiba tiba bayangan yang sama muncul di kepalanya, dimana itu terlihat sama seperti yang kakaknya lakukan pada Jeno dulu.

"Tidak, tidak, kakak." Racau Jaemin, ia ingin menghampiri kakaknya, namun di tahan oleh anak buah Jaehyun.

"Jadi apa ada pesan terakhir?," intrupsi Jaehyun, lantas Jaemin terpaku memandang kakaknya yang kini tersenyum sedang menatapnya juga.

"Aku harap Jaehyun menjagamu seperti Jeno melakukannya." Ucapnya, dan saat itu juga emosi Jaehyun semakin banyak.

"Say goodbye."

Kakaknya tersenyum lebih lebar.

Dor!

Dan setelah itu tubuh kakaknya jatuh, dengan lubang di kepala yang mengeluarkan banyak darah segar.

Jaemin terdiam, bahkan hanya sekedar menangis ia sudah tidak bisa, rasanya teramat sakit hingga menangis pun dia tak mampu.

Jaemin bangkit, tak ada yang menahannya sekarang, ia dengan susah payah menyeret kakinya, lalu berlutut di samping mayat sang kakak.

Ia bawa tubuh tak bernyawa itu dalam dekapannya, tak peduli dengan darah yang mengotori pakaiannya, dan setelahnya dia tidak bisa untuk tidak menangis.

Bagaimana manusia dengan senyuman yang selalu dia sukai sudah tidak bisa menampakkan senyumnya lagi, bagaimana manusia yang selalu menyayangi nya tak bisa memberikan sayang lebih banyak padanya, bagaimana manusia yang menjanjikan hidup yang baik sudah tidak bisa menepati janjinya.

"Apa ini?"

"Kakak meninggalkan ku?"

"Kakak meninggalkan ku sendirian?"

"Apakah aku melakukan sesuatu yang buruk?"

"Apa aku menyakiti kakak?"

"Kenapa? Kenapa kakak tidak bicara apapun?"

Tangis nya semakin pecah.

"Kumohon, kumohon jangan pergi, adek nggak mau sendirian."

Nyatanya sendirian itu adalah hukuman paling berat untuk orang yang selalu bergantung dengan orang lain, dan kini Jaemin merasakannya.

_______

Gimana?
Sampai jumpa di ekstra chapter berikutnya.
Maaf kalau masih banyak kekurangan aku dalam menulis cerita dan terima kasih atas dukungan dari kalian.

Oh! Mr. Jung | JaeJae | 2jae [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang