Story by : Caffeine Addiction
• Happy Reading •
Jeno menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Menatap tajam seorang wanita yang baru saja menerobos masuk ke dalam rumah. Dengan ekspresi datar, Jeno membawa kedua kakinya semakin mendekat.
"Dari mana saja? Apa kau tidak melihat jam? Ini sudah lewat tengah malam dan kau baru pulang?" sembur Jeno tak sedikit pun memberi celah untuk Bona sekedar menghela napas.
"Apa kau baik-baik saja, Lee Jeno? Kenapa kau berada di rumah sekarang? Bukankah kau tadi mengatakan kalau tidak akan pulang malam ini?" Alih-alih merasa takut, Bona justru memberondong Jeno dengan banyak pertanyaan.
"Itu bukan urusanmu!" hardik Jeno dengan mata menyorot.
"Kalau begitu jangan ikut campur urusanku juga. Adil?" Bona mendorong tubuh Jeno. Mencari jalan agar ia bisa segera masuk ke dalam kamar.
"Ini rumahku, Shin Bona. Seharusnya kau tidak bisa berbuat sesuka hati seperti ini. Kau hanya beruntung bisa tinggal di sini. Katakan dari mana saja kau dengan pria itu?"
Kening Bona mengernyit. Ia heran bagaimana Jeno bisa tahu soal kepergiannya bersama Mark. "Kenapa? Aku mau pergi ke mana dan dengan siapa, itu bukan urusanmu."
Jeno menyeringai. Ia menarik tubuh Bona dan mendorongnya ke dinding. Amarahnya mulai mendidih. Ia tak suka jika Bona terus saja membalas perkataannya.
"Apa kau tidak merasa malu? Kau pergi dengan pria lain, tapi menggunakan uang pemberianku. Kau benar-benar menggelikan, Shin Bona," desis Jeno tepat di depan wajah Bona.
"Malu? Untuk apa? Kau saja tidak pernah merasa malu melayani wanita peliharaanmu itu. Apa peliharaanmu itu merasa puas denganmu? Haha, aku rasa tidak." Sekali lagi Bona berhasil membuat amarah Jeno mendidih.
"Apa maksudmu?"
"Kau sudah tahu apa maksudku itu, Lee Jeno." Bona kembali mendorong tubuh Jeno. Ia berjalan santai melewati lelaki yang telah menjadi suaminya itu dan berlalu masuk ke dalam kamar miliknya.
"Minggir!" kesal Bona saat Jeno menahan pintu dengan kakinya. Satu dorongan berhasil membuat Jeno masuk sepenuhnya ke dalam kamar bernuansa biru langit tersebut.
"Berhenti meremehkanku," ujar Jeno tak menggubris apa yang Bona katakan.
"Aku tidak peduli," sengit Bona.
"Kau harus menarik kembali kata-katamu saat di telefon. Itu membuatku tersinggung." Bona terdiam bukan karena takut. Ia hanya sedang mengingat kata-kata seperti apa yang dimaksud oleh Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
NC-T Dream's Library
FanfictionWARNING‼️ ADULTS ONLY‼️ MATURE AREA‼️ NC FANFICTION‼️ RUDE WORDS‼️ "Bijaklah dalam membaca dan memilih bacaan." * FOLLOW, VOTE DAN SPAM KOMEN * TAMBAHKAN KE PERPUSTAKAAN * TIDAK ADA FEEDBACK * INI HANYA FANFICTION‼️ JANGAN MEMPENGARUHI DUNIA NYATA ...