NonSense (05) - Lee Jeno

1.5K 41 9
                                    

Story by : Caffeine Addiction

Story by : Caffeine Addiction

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Happy Reading •

Keheningan melanda. Bona duduk di sofa dengan pakaian baru yang telah dipesankan oleh Jeno. Begitu juga Jeno, ia duduk tepat di depan Bona dengan setelan jas dan juga kemeja yang telah berganti dari sebelumnya.

"Dari cara bicaramu, aku pikir kau sudah sering melakukannya," lirih Jeno mencoba untuk mencari topik pembicaraan. Ia menarik napas panjang dan memberanikan diri menatap ke arah Bona.

"Kau bahkan menghina milikku seukuran jari kelingking. Aku tidak menyangka jika semua perkataanmu hanya ..." Jeno tak sanggup melanjutkan apa yang ia katakan. Terlebih saat Bona enggan membalasnya.

"Maaf."

Bona mengangkat dagu dan meluruskan pandangannya tepat ke arah Jeno. "Apa seseorang yang berpendidikan tinggi sepertimu hanya bisa menilai seseorang dari cara bicaranya?" sengitnya.

"Bahkan seorang pelacur juga sanggup berbicara dengan penuh sopan santun. Lalu, apa kau akan menganggapnya wanita baik dan polos?" Jeno menunduk.

"Aku tahu kau bodoh, tapi aku tidak menyangka jika akan sebodoh ini. Apa kau puas sekarang? Kau sudah menghancurkan ambisiku!" sergah Bona dengan wajah memerah.

"Kita suami istri, jadi-"

"Cukup. Aku muak mendengarmu mengatakan itu berulang kali. Kita hanya menikah karena paksaan. Aku tidak menyukaimu dan begitu pula sebaliknya." Jeno mendesah ketika Bona memotong perkataannya.

"Ambisimu hanya soal uang, bukan?" Jeno yang jengah akhirnya langsung mengatakan poin utama yang dimaksud oleh Bona.

"Kau benar. Dan sekarang semuanya berantakan karenamu. Apa kau sadar itu? Kau menjijikkan, Lee Jeno!" Tangan Jeno mengepal. Berusaha sekuat mungkin untuk tidak tersulur emosi.

"Katakan saja, berapa yang harus aku bayar untuk semuanya tadi?" Bona menaikkan sebelah alis matanya. Jeno benar-benar pria bedebah, menurutnya.

"Berikan separuh warisanmu padaku dan setelah itu kita bercerai."

"Apa?!"

Waktu berlalu cukup cepat. Jeno masih terlihat mondar-mandir di perusahaan tempat Bona bekerja. Ia merasa ada yang janggal pada dirinya tadi pagi. Secara spontan ia begitu bergairah bahkan sampai susah untuk dikendalikan.

"Bagaimana? Ada rekamannya?" tanya Jeno pada seorang petugas yang mengawasi keamanan perusahaan melalui banyak CCTV. Petugas itu mengangguk takut dan memberikan flashdisk berisi rekaman yang Jeno minta.

NC-T Dream's LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang