NonSense (06) - Lee Jeno

1.5K 44 42
                                    

Story by : Caffeine Addiction

Story by : Caffeine Addiction

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Happy Reading•

Jeno berjalan keluar dari kamar masih dengan piyama yang membalut tubuh kekarnya. Pandangannya mengedar berusaha menemukan sosok Bona yang sama sekali tak terlihat batang hidungnya.

"Sarapan pagi sudah siap, Tuan." Fokus Jeno berantakan saat ada salah satu pelayan yang mendekat ke arahnya. Ia hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Kedua kakinya bergerak menuju ke arah meja makan. Di sana sudah tersedia berbagai macam makanan yang menggugah selera. Namun sekali lagi ia menemukan kursi Bona kosong tak berpenghuni.

"Bi, di mana perempuan itu?" tanya Jeno setelah menyeruput secangkir americano favoritnya.

Pelayan itu membungkuk sopan. "Nona masih di dalam kamarnya. Nona bilang masih belum lapar, jadi tidak ingin sarapan," jawabnya sembari menundukkan kepala.

"Tidak tahu diri," gumam Jeno kemudian bangkit dan menghampiri Bona di dalam kamar. Tanpa mengetuknya terlebih dahulu, ia menerobos masuk begitu saja.

Jeno membatu dan segera membalikkan tubuh kala melihat Bona hanya mengenakan selembar handuk yang melilit dada sampai pahanya. Dan sepertinya Bona juga tidak menyadari kehadirannya.

"Lain kali cobalah untuk mengunci pintu." Suara berat Jeno berhasil membuat Bona menoleh. Ekspresi Bona menggambarkan dengan sangat jelas bagaimana ia tidak suka melihat Jeno berada di dalam kamarnya.

"Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah sangat tidak sopan menerobos masuk begitu saja? Apa kau tidak pernah diajari soal itu?" Jeno berbalik dengan rahang mengeras.

"Salah sendiri kenapa tidak mengunci pintunya. Kau pikir di rumah ini hanya ada dirimu?" Jeno tak mau kalah. Ia juga tidak mau disalahkan.

"Jangan mengatakan omong kosong, Jen. Kau memang tidak punya sopan santun sama sekali. Pendidikan tinggi tidak menjamin seseorang bisa bagus tingkah lakunya," cibir Bona.

"Sudah jangan banyak bicara." Jeno menelan ludahnya susah payah saat menelisik tubuh Bona dan membuatnya teringat akan kejadian hari itu. Sebisa mungkin ia mencari pengalihan agar Bona tak bisa membaca gelagat resahnya.

"Ada apa kau masuk ke kamarku?"

"Sarapan sudah disiapkan, kenapa kau tidak mau? Sudah aku bilang jangan banyak tingkah. Kau di sini hanya menumpang, jadi jangan berbuat sesukamu." Bona menyeringai.

"Aku tidak lapar." Jawaban Bona tak membuat Jeno puas. Dalam hati ia merutuki kedua matanya yang terus melirik ke arah belahan dada dan juga paha mulus Bona.

NC-T Dream's LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang