Apartment '6006' [05] - Lee Haechan

1.6K 51 14
                                    

Story by : Caffeine Addiction
🌻Happy Reading🌻

----

Hari berikutnya, Haechan kembali datang. Hana yang saat itu sedang menyiram halaman rumah sontak menghentikan pekerjaannya.

"Kau datang pagi sekali. Kau menginginkanku lagi?" Haechan tersenyum sembari menundukkan kepala. Ia menyerahkan sebuah bingkisan pada Hana.

"Apa ini?" tanya Hana bingung.

"Itu makanan untuk paman. Ada beberapa camilan untukmu juga." Haechan menatap paras cantik Hana yang begitu memukau meski tanpa polesan make up.

"Terima kasih. Tapi kau tidak perlu repot-repot seperti ini. Biar aku ganti saja." Haechan menggeleng cepat.

"Kenapa kau mau menggantinya? Aku sengaja membawakan itu untuk ayah dari kekasihku." Sesaat Hana terdiam. Ia hanya mampu mengerjap beberapa kali dengan sorot yang tak lepas dari sosok Haechan.

"Ada apa? Bukankah ayahmu mengira kita sepasang kekasih? Jadi yang aku katakan tidak ada salahnya, kan?" Hana mengabaikan Haechan dan berjalan masuk ke dalam rumah.

"Kau yakin datang kemari hanya untuk ini? Kau tidak menginginkanku?" Haechan menghentikan gerak langkahnya. Ia menahan lengan Hana agar gadis cantik itu menatap ke arahnya.

"Go Hana, dengarkan aku baik-baik. Dibalik perjanjian kita, aku menemuimu bukan hanya untuk itu. Aku benar-benar ingin melihat keadaan paman. Apa kau keberatan?" Hana tak langsung menjawab.

"Tapi kalau kau menginginkanku, aku siap." Hana dengan cepat menggelengkan kepalanya beberapa kali saat kedua tangan Haechan bergerak membuka kancing kemeja yang lelaki tampan itu kenakan.

"Temui saja papa. Aku harus mandi." Haechan tersenyum simpul. Ia mengacak rambut Hana yang memang sedikit berantakan sebelum akhirnya berjalan masuk ke dalam kamar ayah Hana.

"Paman, selamat pagi." Pria tua itu mengalihkan pandangan ke arah Haechan. Mata yang berbinar menggambarkan dengan sangat jelas betapa bahagianya ia ketika melihat kehadiran Haechan.

"Kau datang lagi, Nak?" Haechan merasa ada yang aneh dalam dirinya. Selama ini ia belum pernah mendapatkan pertanyaan atau panggilan seperti itu. Bahkan dari ayah kandungnya sendiri.

"Iya, Paman. Apa Paman sudah makan? Biar aku siapkan sarapan untuk Paman." Ayah Hana menahan pergelangan tangan Haechan.

"Tadi Paman sudah makan bubur buatan Hana. Kau sudah bertemu dengan Hana?" Haechan tersenyum manis dan mengangguk sopan.

"Hana masih mandi, Paman. Apa Paman membutuhkan sesuatu?" tanya Haechan dengan suara lembut.

"Tidak ada. Kau sudah makan? Mintalah Hana untuk menyiapkan makanan untukmu." Ayah Hana menepuk-nepuk lengan Haechan.

"Namamu Haechan, kan? Bisakah Paman minta tolong padamu?" Kening Haechan mengerut. Menyadari perubahan ekspresi di wajah ayah Hana.

"Ada apa, Paman?"

"Apa pun yang terjadi, tolong jangan pernah tinggalkan Hana. Paman tidak tahu sampai kapan hidup ini akan berjalan. Yang pasti, Paman percayakan Hana padamu." Haechan bungkam.

"Hana gadis yang baik dan penurut. Selama ini dia sudah berusaha keras membiayai pengobatan Paman dengan bekerja di banyak tempat sekaligus." Ayah Hana meraih tangan Haechan.

"Paman berkata seperti ini bukan untuk memuji Hana. Tapi Paman ingin kau tahu yang sebenarnya. Hana dari kecil sudah mandiri seperti itu. Itulah mengapa Paman ingin kau bisa menjaga dan melindunginya sampai kapan pun." Haechan membalas genggaman tangan ayah Hana.

NC-T Dream's LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang