chapter 17 || Pagi yang suram

1.7K 106 1
                                    

Sebelumnya:

"dih sinting!" - Marko

____________________________

Happy Reading
.
.
.
.
.

Ini masih pagi, tapi entah kenapa rasanya sangat panas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ini masih pagi, tapi entah kenapa rasanya sangat panas

Ini masih pagi, tapi entah kenapa rasanya sangat panas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kukira panas cuaca, ternyata panas hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kukira panas cuaca, ternyata panas hati. Duh sakit men

'dia siapa sih?!'

Jean menggenggam erat ponselnya, wajahnya mengeras ketika melihat komentar dari postingan Naren pagi ini. Ia memukul meja hingga membuat Marko yang baru saja membuka pintu terkejut

"woilah, masih pagi ini Je. Lo kenapa sih?" Tanyanya lalu duduk di sofa

saat ini mereka berada di ruangan khusus ketua dan wakil ketua osis. Jean melirik Marko, "tumben dateng pagi" bukannya menjawab, ia justru balik bertanya

Marko menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa, "kayak lo gatau aja" ucapnya yang diangguki Jean, "lo sendiri kenapa tiba-tiba pukul meja, padahal itu meja ga salah apa-apa"

"gapapa cuma pengen aja"

"eleh bocah"

***

Pagi yang cerah untuk Harsa dan pagi yang suram untuk Naren. Renal dan Shaka yang melihat keduanya pun terheran-heran, yang satu tampak sangat senang, yang satu murung

kalau Renal mungkin agak paham dengan Naren, tapi Shaka? Ia tidak mengerti

"kak Naren kenapa?" Tanyanya dengan suara khasnya yang lembut

Naren melihat Shaka, ia lalu menggeleng dan semakin membuat Shaka bingung. Sedangkan Renal hanya menatap datar sambil meminum susu kotak yang tadi ia beli

"kalo Harsa yang murung mah gue wajar-wajar aja, kan hidup dia emang suram" ucap Renal dengan santainya

Harsa menatap nyalang Renal, "kaya sendirinya ga suram aja" balasnya dengan pedas

"pembahasannya gelap ya" ujar Shaka

Naren hanya diam, tak biasanya ia hanya diam. Shaka yakin pasti ini masalah serius, 'mungkin masalah keluarga' ucapnya membatin.

Harsa dan Renal masih berdebat, Shaka hanya menyimak. Naren terlihat sangat terganggu apalagi giginya yang sakit semakin sakit mendengar suara cempreng temannya

"brisik!! gigi gue lagi sakit, lo berdua mending pergi deh!!" Teriaknya

oh ternyata ini penyebabnya, pantas saja lelaki manis itu sedari tadi hanya diam. Sakit gigi ceunah

Harsa, Renal dan Shaka semakin mendekati Naren, "lo sakit gigi?" Tanya Harsa yang seharusnya tidak ia tanyakan

"iya!!"

"sakit gigi apa sakit hati?" Kali ini Renal yang bertanya, Naren terlihat sangat kesal. Sudah sakit gigi ditambah dengan pertanyaan yang menusuk hati, rasanya ia ingin mencabik-cabik orang didepannya ini

kecuali Shaka, diakan kesayangan Naren

wajahnya mendatar, "lo kalo nanya yang bener dikit kek, atau mau gue cincang?"

"ngeri-ngeri"

"Harsa anj-"

"heh yang di belakang itu anak kelas mana?!" Tanya guru yang baru saja datang, sepertinya bel masuk berbunyi saat mereka sedang asyik mengobrol. Karena itu mereka tidak tahu

Renal berdiri dari duduknya, begitu juga dengan Shaka, "eh ibu, kami cuma mampir, iya kan shak?" Shaka hanya mengangguk, lelaki manis berkulit putih itu tidak ingin terlalu lama di sini, "Kalo gitu kita berdua pergi dulu ya ibu" setelah Renal dan Shaka pergi secara sopan

Harsa menatap panik guru yang ada di depan kelas, "Na, lu udah ngerjain tugas mtk?" Tanyanya, namun di balas tatapan tajam Naren, apalagi pemuda manis itu memegang pipinya

"belum lah, lo kira ada waktu buat ngerjain tugas disaat gigi gue sakit?"

"mampus dah kita"

***

"Masih pagi loh Je, lo kenapa?" Tanya Jay pada Jean, pasalnya sedari tadi Jean terlihat lebih sering emosi

Jean menatap tajam Jay, "gua gapapa" ucapnya dengan nada dingin, eugh Jay benar-benar dibuat ngeri

"pstt bang, itu bang Jean kenapa? Kek orang ga dikasih jatah" tanya Andy pada Marko yang berada di sampingnya.

Marko memukul lengan kekar milik Andy, hingga sang empu meringis "ngawur lo" ucapnya, memang ya otak adik kelasnya ini sangat sangat absurd

Sementara itu Jean hanya diam, ia tak berkomentar apapun. Ia masih terus melihat postingan Naren tadi pagi, sungguh itu benar-benar mengganggunya


'ayo je, positif thinking aja. Mungkin itu cuma temen'






_____________________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


______________________
_______________________________

To be continued

zii🐝
_______________________________
______________________

Mantan || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang