chapter 20 || Serius?

1.6K 101 1
                                    

Sebelumnya:

"tapi bukannya Naren lagi deket sama jihoon?" - Ferdi

__________________________

Happy Reading
.
.
.
.
.

Jean menatap Naren yang sedang berbicara dengan seseorang yang sangat ia kenali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jean menatap Naren yang sedang berbicara dengan seseorang yang sangat ia kenali. Park Jihoon namanya, pria blasteran Korea-indonesia yang menjadi salah satu saingannya di bidang akademik. Mereka terlihat begitu akrab bahkan sesekali keduanya tertawa, entah apa yang mereka bicarakan

Jujur saja Jean cemburu melihatnya, apalagi saat Jihoon menepuk pundak Naren dengan senyumannya, aahhh pemandangan macam apa ini?!

"sejak kapan mereka deket?" Gumamnya dengan mata yang terus menatap tajam Jihoon, Marko dan Ferdi saling tatap. Mereka sedang berada di perpustakaan karena diseret oleh si ketua osis, saat mereka sampai mereka justru melihat Naren yang sedang bercengkrama dengan si oppa oppa korea.

Ferdi melihat apa yang Jean lihat, "mereka kaya orang pacaran aja" celetuknya dan langsung mendapat pukulan sayang dari Marko di lengannya serta tatapan tajam dari Jean

"ada pepatah mengatakan mendung belum tentu hujan, dekat belum tentu jadian. Siapa tau gue sama dia langsung jadian" Jean kembali melihat Naren dengan tersenyum tipis

Ferdi menatap Jean dengan tatapan julidnya, "serius ini Jean?"

Sementara itu diwaktu yang sama, Naren yang sedang bertanya tentang beberapa tugas yang tidak ia mengerti. Niatnya sih hanya ingin meminjam buku, tapi tanpa sengaja ia bertemu dengan Jihoon orang yang beberapa hari ini lumayan dekat dengannya

jadi daripada Naren bingung sendiri, lebih baik ia bertanya pada Jihoon yang notabenenya adalah salah satu anak paling rajin di sekolah. Kenapa tidak minta bantuan Jean saja? Ada dua kata yang menjadi alasannya

Malu dan gengsi

"oh jadi gitu kak, terus kenapa A nya jadi empat?"

"oh itu karena A ini suku pertama jadinya A sama dengan empat"

Naren mengangguk kecil, "makasih ya kak dah bantuin Naren. Berkat lo gue jadi lebih paham" ucapnya tak lupa dengan senyuman di wajahnya yang manis

Jihoon membalas senyuman Naren, ah senyumannya terlihat sangat menenangkan, "sama-sama, kalo ada tugas yang ga lo ngerti bilang aja. Ntar sebisa mungkin gua bantu" balasnya dengan suara lembutnya yang khas dengan sedikit menepuk pundak Naren

Naren mengangguk, baginya Jihoon orang yang sangat baik, ia bahkan sudah menganggap Jihoon seperti kakak sendiri

"kalo gitu gue pergi dulu ya kak, takutnya si Harsa nyariin. Dadah!!" Naren pergi dengan melambaikan tangannya pada Jihoon dan dibalas lambaian tangan juga oleh Jihoon.

Saat sedang asyik menatap kepergian Naren, Jihoon merasa ada yang mengawasinya. Ia melirik ke samping, ternyata ada Marko, Ferdi dan Jean. Tapi berbeda dengan Marko dan Ferdi, Jean justru menatapnya dengan tajam. Jihoon tersenyum tipis

'gua salah apa ya'

***

"Serius Jean ngomong gitu?" Tanya Harsa dengan raut wajah tidak percaya, Naren mengangguk guna menjawab pertanyaan dari Harsa. Ini benar-benar fakta yang sangat mengejutkan

Naren sudah menceritakan kejadian tempo hari di rumahnya, dimana Jean yang meminta kesempatan untuk mendekatinya

"seorang Jean bilang begitu?! Emang boleh juga itu kanebo kering" ucap Renal dengan wajah julidnya, ia tidak menyangka bahwa itu Jean

Sementara itu Shaka yang tidak tahu apa-apa hanya tersenyum, "mungkin kak Jean pengen bener-bener serius sama kakak. Kan kalian dulu pernah pacaran, yaa walaupun masih kecil" ucap Shaka membuat Naren tersenyum tipis

Naren menunduk, "tapi gue belum yakin" lirihnya yang masih bisa didengar oleh ketiganya, mereka saling tatap

Harsa yang duduk di sebelahnya merangkul pundak Naren, "yaelah ga usah gitu kali, percaya aja sama Jean. Lagipula kalian masih pdkt kan? Coba gunain waktu pdkt itu buat ngeliat dia orangnya gimana" ucap Harsa dengan penuh semangat, mencoba meyakinkan Naren

"betul tuh apa kata si embul, lo ga tau kan gimana dia waktu lo gaada disini?" Naren mengangguk, ia tersenyum

"thanks ya"

"kaya sama siapa aja"

"btw kak Jean udah nembak kak Naren belum?" Celetuk Shaka, membuat Naren, Harsa dan Renal melihat kearahnya. Benar juga apa kata adik kelas mereka ini

Kalau memang Jean serius seharusnya ia menembak Naren. Eh tapikan mereka sedang masa pendekatan. Naren melihat ke pintu kantin, sedari tadi ia tidak melihat batang hidung pemuda tampan itu. Mereka sedari pagi belum bertemu, lalu bagaimana mereka bisa pdkt?

Sebenarnya Jean serius atau tidak?



Park Jihoon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Park Jihoon

"gimana? Sudah mengerti?"



____________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________
____________________________

To be continued

zii 🐝
_____________________________
_______________

Mantan || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang