chapter 16 || Orang tua

1.6K 111 0
                                    

Sebelumnya:

Mereka yang selalu bertengkar dan berdebat ternyata bisa akur juga walaupun mungkin hanya sesaat

__________________________

Happy Reading
.
.
.
.
.

"jadi lo keluar malem-malem gini, gara-gara bokap lo ada dirumah?" Marko mengangguk, ia lalu meminum jus semangka yang ia pesan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"jadi lo keluar malem-malem gini, gara-gara bokap lo ada dirumah?" Marko mengangguk, ia lalu meminum jus semangka yang ia pesan

Harsa menyandarkan punggungnya, ia menutup mulutnya tak percaya. Manusia macam apa Marko ini?

'ortu gue aja jarang dirumah, bahkan hampir ga pernah. Ini manusia satu bener-bener aneh'

Harsa menetralkan raut wajahnya, "aneh lo, ortu ada dirumah lo malah pergi" ucap Harsa

"eleh lo gatau aja itu duda ngeselinnya kek gimana. Udah mah suka nuntut ini itu, mana kalo gua ga bisa dia marah-marah. Dia kira gua apaan? Bidadara?" Balas Marko, tanpa ia sadari ia sedang menceritakan tentang masalahnya dengan sang ayah

Harsa tertawa mendengarnya, apalagi melihat mimik wajah Marko yang terkesan julid, ia tidak menyangka kalau Marko bisa berekspresi seperti itu. Sepertinya ini adalah sisi lain si ketua basket

Harsa mengaduk minumannya, "biarpun begitu seenggaknya bokap lo masih perhatian sama lo. Beda lagi sama ortu gue, udah mah jarang ketemu, ga pernah merhatiin pula" tatapannya begitu sendu, jujur Harsa ingin sekali merasakan kasih sayang dari kedua orangtuanya.

Ia ingin rasanya di perhatikan atau setidaknya dimarahi, ingin di omeli karena masalah yang ia buat. Harsa ingin, sangat ingin

Marko melihat perubahan raut wajah Harsa, sepertinya sekarang ia tau alasan kenapa lelaki manis itu berjalan sendirian di atas terotoar dengan tatapan kosong. Ia ingin menenangkan diri, sama seperti dirinya

"gua malah pengen kaya lo, hidup bebas tanpa harus di tuntut ini itu" ucap Marko

"gue emang ga dituntut tapi jadi gue tuh nguras mental"

"lo kira gue enggak?"

"emangnya hal apa yang sampe ngebuat mental lo terkuras?"

"banyak tuntutan"

"ceilah cuma tuntutan"

Marko hanya tersenyum meskipun kesal dengan perkataan orang yang ada dihadapannya ini, "kalo lo? Hal apa yang buat mental lo sampe down?" Tanyanya balik

"ga pernah diperhatiin" balasnya dengan datar

"aelah cuma kurang kasih sayang"

"monyet"

"too"

***

Malam semakin larut, terlihat lelaki tampan yang tengah berdiri di balkon apartemennya. Ia tampak menghisap rokok dengan pandangan lurus ke depan menatap jalanan kota yang masih saja ramai kendaraan berlalu lalang

lelaki itu adalah Jean, salah satu murid paling berprestasi di sekolahnya dan dikenal dengan kepintaran juga posisinya sebagai ketua osis. Tampan, Pintar, etika yang baik, populer, jabatan bagus juga memiliki banyak teman

jika didefinisikan oleh kata maka Jean adalah definisi dari kata sempurna

tapi mau bagaimana pun juga Jean tetaplah manusia biasa, tak selamanya ia terlihat sempurna. Lelaki itu mengacak rambutnya, hari ini adalah hari yang sangat melelahkan baginya

"bangsat" umatnya

"wey apenih bangsat bangsat" Jean terkejut, ia menoleh kebelakang guna melihat siapa yang baru saja bicara, tapi setelah melihat siapa yang berbicara tadi wajah Jean kembali seperti semula

ternyata itu Marko

"kok lo bisa masuk apart gua?"

"lo lupa? lo sendiri yang ngasih tau gua"

Jean mengangguk kecil, "kabar bubu gimana dek? Baik-baik aja kan?" Tanya Marko pada Jean sembari merebahkan tubuhnya di atas kasur, sepertinya ia kelelahan sehabis pergi bersama Harsa

"kabar bubu baik, cuma sekarang dia lagi sibuk sama butiknya. Kalo daddy gimana?" Tanya balik Jean pada sang kakak, iya kakak

Marko terkekeh kecil, "baik-baik aja, btw tadi dia nanyain lo. Katanya dia mau ketemu sama putra bungsunya" ucap Marko mengingat ucapan sang daddy

sekarang ia tau kenapa Marko ke apartemennya malam-malam begini, ternyata daddy-nya ada di rumah, "bang, daddy masih nuntut lo?" Jean melihat Marko, ia tau tentang apa yang terjadi pada sang kakak

Marko mengangguk, "Je, semenjak ortu kita pisah, daddy selalu nuntut banyak hal ke gua. Terutama di bidang akademik, giliran udah gua wujutin bokap malah ga apresiasi. Dia justru makin menjadi jadi" ucapnya, dulu sebelum orang tua mereka bercerai daddy nya adalah sosok yang baik dan penuh kasih sayang

ia tidak pernah menuntut apapun kepada mereka, bahkan daddy mereka selalu mendukung apapun yang mereka lakukan. Contohnya ketika Marko kecil ingin bisa bermain basket, daddy-nya lalu mengajari Marko hingga bisa

berbeda dengan sekarang, jika tidak menuntut ya membandingkannya dengan Jean ataupun teman-temannya. Jean tersenyum simpul, tangannya bersandar pada pembatas balkon dengan asap rokok yang keluar dari mulutnya

kepalanya mendongak, "daddy banyak berubah ya. Lo pasti ngalamin banyak hal, apalagi ortu pisah pas gua sama lo masih sd" Jean lalu menatap Marko yang masih berada di atas kasurnya

Marko memejamkan matanya, 'ga Je, daddy begitu semenjak kita balik lagi ke indo dan ketemu sama lo' ucapnya membatin

"ya begitulah, oh ya tumben lo ngudud ada apa gerangan dek"

"dak dek dak dek pala lo"

"yaudah sih sewot amat"

Jean mengacak kembali rambutnya sehingga rambutnya yang sudah berantakan semakin berantakan, "gua sama Naren berantem" ucapnya

Marko mengerutkan keningnya, "Naren mantan lo pas SD itu kan?" Jean mengangguk, "kenapa lo bisa berantem sama dia?" Tanyanya lagi

"gua sama Naren berantem gara-gara gua bilang gua suka sama dia"

"dih sinting!"

_____________________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____________________
________________________________

To be continued

zii🐝
________________________________
______________________

Mantan || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang