Ke delapan (8)

32 14 4
                                    

Jangan lupa komen dan vote.

Hazel masih memandang wajah Angkasa tanpa berkedip dan itu membuat Angkasa sedikit salting.

"Gue tau, gue ganteng."Ucap Angkasa membuyarkan lamunan Hazel.

Hazel yang sadar langsung salah tingkah, dan menerutuki dirinya yang seperti orang gila.

"Apasi? pede banget mas nya."Ucap Hazel malas.

Angkasa hanya diam.

"Mas, itu tangan nya luka."Ucap Hazel menunjuk lengan kiri Angkasa.

"Kecil doang."Jawab Angkasa.

"Kecil doang?! Itu berdarah lho, mas. Nanti bisa infeksi kalo nggak langsung di obatin."Protes Hazel mengomel.

"Lebay."Cibir Angkasa.

Hazel yang mendengar tidak habis fikir dengan Mas-mas yang ada di hadapannya ini.

"Saya obatin, ya. Tapi rumah saya agak jauh dari sini, Mas."Ucap Hazel menengok kesana kemari.

Angkasa diam-diam tersenyum, merasa lucu ketika perempuan ini terus saja berceloteh.

"Mas, kita kesana aja, ya!"Ucap Hazel menunjuk penjual laksa yang tadi ia ingin membelinya.

"Ngapain?"Tanya nya.

"Ya obatin luka mas lah."Jawab Hazel sewot.

"Dia jualan laksa, bukan apotik."Sanggah Angkasa.

"Saya tau itu, mas. Tapi saya juga tau tukang laksa itu pernah bawa kotak P3k."Ucap Hazel memberi tahu.

"Tap-"Baru juga Angkasa mau ngomong tapi suara Hazel menyela.

"Nggak ada tapi-tapian. Kita obatin luka nya, Mas."Ucap kekeh Hazel.

Hazel membantu Angkasa berdiri walaupun Angkasa sebenarnya bisa, cuma Hazel nya yang terlalu khawatir.

"Motor nya gimana, mas?"Tanya Hazel.

Angkasa langsung membangun kan motornya yang masih terjatuh itu dan mendorongnya.

"Nggak sakit, Mas?"Tanya Hazel lagi.

Tidak ada jawaban dari sang empuh nya membuat Hazel menggerutu.

"Mang Uki, punya kotak P3K, nggak?"Tanya Hazel kepada penjual laksa ketika mereka berdua sudah sampai di tempat mang uki.

"Ada ni, neng."Jawab mang Uki dan memberikan kotak P3K kepada Hazel.

"Buat siapa, neng?"Tanya Mang uki.

"Tuh."Jawab Hazel sambil menunjuk Angkasa yang sedang menyender di motornya.

"Pacar nya, neng?"Tanya mang Uki lagi.

"Haha. Bukan, mang."Jawab Hazel tertawa renyah.

Mang Uki memang dekat dengan Hazel, karna Hazel pelanggan setia nya yang selalu membeli laksa di tempatnya.

"Mas, sini ngapin si situ aja."Ucap Hazel kepada Angkasa yang sedari tadi masih berdiri di dekat motornya.

Angkasa berjalan kearah Hazel dan duduk di sebelahnya, Cantik.

"Ini tuh harus di obatin, kalo di biarin nantinya infeksi."Ucap Hazel sambil mengambil kapas dan menaruh alkohol ke kapas itu, setelah nya dia mengoleskan ke lengan Angkasa.

Angkasa hanya diam sesekali melihat Hazel yang fokus mengobati lukanya.

"Dah, selesai."Ucap Hazel.

"Hm, makasih."Ucap Angkasa berterima kasih.

"Iya, sama-sama."Jawab Hazel dia membereskan kotak P3K nya dan membalikan nya ke mang Uki.

"Mang, ni. Makasih ya, mang."Ucap Hazel.

Iya neng, sama-sama."Jawab Mang Uki.

Angkasa melihat interaksi Hazel dan Mang Uki, ternyata Hazel orang nya sangat ramah, dan sopan.

"Pesen, neng?"Tanya mang Uki.

"Pesen dong, mang. Dua, ya."Jawab Hazel semangat.

"Siap neng Hazel."Ucap Mang Uki memberikan ibu jari nya.

"Hazel? Nama nya bagus."Ucap seseorang membatin.

"Mas, jangan pulang dulu, ya."Ucap Hazel kepada Angkasa.

"Jangan panggil gue, Mas."Ucap Angkasa malas.

"Oh? Abis apa? Bang, om, pak, cu? Apa kokoh?"Tanya Hazel bertubi-tubi.

Angkasa mengendus. Apa apaan itu?

"Nama gue Angkasara."Ucap Angkasa sekaligus memperkenalkan diri.

"Oh, Mas Angkasara."Ucap Hazel menganggukan kepalanya dua kali.

"Kan tadi gue bilang jangan panggil gue, Mas."Protes Angkasa.

"Hehe. Iya, lupa."Jawab Hazel mengengir.

"Pasti di panggil nya Sara, ya?"Tanya Hazel di balas tatapan sinis dari Angkasa.

"Kasa."Koreksi Angkasa.

"Padahal bagusan di panggil Sara."Ucap Hazel.

Angkasa yang mendengar Hazel mengatakan nama Sara mendelik, geli dengan nama nya sendiri.

"Nggak."Tolak Angkasa.

Hazel tertawa melihat muka Angkasa yang sepertinya terkena tekanan batin.

"Kenalin, nama saya Hazel."Ucap Hazel mengulurkan tangan nya untuk berjabat tangan dengan Angkasa.

"Oke, Aze."Jawab nya membalas jabatan tangan Hazel.

Hazel mengenyeritkan dahi nya bingung. Apa katanya tadi, Aze?

"Nama saya Hazel, Sara."Koreksi Hazel.

"Gue tau."Ucap Angkasa.

"Terus kenapa panggil Aze?Tanya Hazel.

"Pengen aja."Jawab Angkasa santai.

"Aneh banget."Gumam Hazel pelan. Angkasa yang berada di sebelah nya tentu saja mendengar, setelahnya dia tersenyum kecil.

"Ini neng, dua laksanya."Ujar Mang Uki memberikan dua porsi laksa kepada Hazel dan Angkasa.

Mata Hazel seketika berbinar saat melihat makanan kesukaan nya, laksa.

"Wah, makasih, mang."Ucap Hazel senang.

Mang Uki terkekeh sudah biasa mendengar nada senang dari Hazel ketika laksa sudah berada di depan matanya.

Angkasa yang melihat itu ikut terkekeh, bener-bener lucu nan gemesin.

TBC
_____

Sara and Aze [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang