01. Badai Pasti Berlalu

240 85 24
                                    

Deras air hujan turun dari semalam. Seakan sudah muak akan hadirnya bagaskara. Tak bisa dipungkiri, kini nabastala terlihat gundah karena tertikam mega yang mendung. Mengapa dirinya kerap kali merundungku?

"Bang," panggil Aruni dengan nadanya yang khas.

Fantasi mendongak. Kedua netranya menatap Aruni. “Iya, Run?"

Aruni tidak kuat menahan emosi. Dadanya naik turun. Napasnya tidak beraturan. Meneguk salivanya dalam-dalam. Memberikan pelukan untuk pria yang berada di hadapannya.

Pria itu dengan raut wajah cemas itu membalas pelukan Aruni. Mengusap lembut kepala gadis itu. Memberikan afirmasi positif. Berusaha menenangkan. Memeluk dengan penuh kehangatan. Hingga gadis itu tertidur lelap dipangkuan Fantasi.

***

Aruni yang sedari tadi tertidur lelap. Akhirnya terbangun kala mendengar suara dari balik kamar. Sepertinya suara itu berasal dari ruang tamu.

Aruni mendongak. Kedua netranya tertuju pada jam dinding yang terpasang pada dinding kamar. Kamar dengan dekorasi serba biru.

‘Siapa yang muter lagu malam-malam gini sih?’ batin gadis itu.

Ia pun beranjak dari tempat tidur. Menguap, kemudian mengucek-ucek netra yang masih tampak kabur. Gadis itu berjalan menuju ruang tamu untuk memastikan asal suara. Suara musik yang tidak asing terdengar di telinga.
Kakinya terus melangkah.

Sesampainya di sana, bola matanya membulat sempurna. "Bun? Kok muter lagu dangdut malam-malam sih?”

"Memangnya nggak boleh?"

"Bukan gitu, Bun. Nggak pantes aja malam-malam muter lagu dangdut kayak gini!" desis Aruni dengan menunjukkan ekspresi kesal.

Bukannya sadar, justru bunda malah terkekeh. Aruni ini sedang bermimpi atau apa? Bukannya ini  masih jam 5 sore? Sorot mata bunda terlihat heran menatap Aruni.

"Kamu sedang bermimpi atau bagaimana, Run? Bukannya ini masih jam 5 sore?" tanya sang bunda.

Keheningan menghampiri beberapa detik. Aruni sedari tadi melamun. Kedua netranya tidak fokus. Bibirnya gemetar. Sama sekali tidak merespons pertanyaan sang bunda. Ia juga tidak menyadarinya.

“Run?" panggil bunda lagi.

"Apa tadi, Bun?” terbukti sudah, gadis itu tidak fokus dari tadi. Sang bunda menggeleng tanpa keluar kata dari mulutnya.

"By the way, karaoke lagu sempurna yuk, Bun," ajak Aruni dengan antusias.

Tak tahu saja, hari ini Aruni berusaha untuk melepas segala gundah gulananya. Bagi Aruni, healing terbaik adalah dengan mendengarkan musik.

"Kita duet, ya, Bun,” ujar Aruni dengan melukiskan senyum seperti bulan sabit. Jempol kanan bunda mendarat di depan kedua bola mata Aruni. Sebagai simbol kalau wanita itu siap beradu duet dengan sang putri.

Kau begitu sempurna ...

Dimataku kau begitu indah ...

Kau membuat diriku akan selalu memujamu ...

"Bunda lagi ya," sela gadis itu sembari menatap manis paras sang bunda. Menautkan senyuman manis. Memberikan mic.

Stoor Me Niet! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang