“Bun, mau tanya boleh?”
“Boleh banget, Sayang," jawab Hanin antusias. Biasanya, Aruni berbicara dengan nada seperti ini karena ada suatu penting. Hanin sudah tidak sabar mendengar setiap pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari mulut sang putri.
Kedua ibu dan anak itu sedang duduk santai di sofa ruang tamu sembari menonton televisi di waktu luang.
Gadis itu mendekat dan memeluk erat sang bunda. Layaknya anak terakhir yang manja dengan orang tua.
Hanin membalas pelukan dari Aruni. Mengecup kening Aruni dengan penuh kelembutan.
“Apa boleh berinteraksi dengan lawan jenis dalam Islam?” Aruni bertanya saat memeluk sang bunda.
“Berinteraksi antar lawan jenis boleh dilakukan, namun harus melaksanakan adab-adab yang wajib diterapkan oleh wanita muslimah, diantaranya nggak melembutkan suara, nggak bercumbu dalam berbicara, mengucapkan perkataan yang bermanfaat, menjulurkan kain kerudung yang nggak tipis untuk menutupi seluruh anggota tubuhnya,” ujar Hanin panjang lebar. Ia menampilkan senyum pada sela pembicaraan.
“Terus, apa hukumnya chattingan sama lawan jenis?” tanya gadis yang berkaus biru dongker.
"Selagi chattingan itu nggak menimbulkan rasa nafsu dan syahwat, nggak apa-apa. Tetapi, tetap aja dengan catatan, buat apa chattingan kalo tidak ada kepentingan?"
"Berarti boleh-boleh aja. Tetapi tetap dalam batasan wajar?"
"Iya, Sayang."
Hanin menghela napas, kemudian kembali mengembuskannya.
Aruni melepaskan pelukannya dari sang Bunda. Mengingat kembali pertanyaan apa saja yang ingin ia lontarkan tadi.
Ia terdiam sebentar. Mematung dan melamun. Sebenarnya pertanyaannya sudah ada, tetapi lupa-lupa ingat. Namanya juga manusia.
"Eh, Bun?" celetuk Aruni yang tiba-tiba keluar dari mulutnya.
"Apa, Sayang?"
"Kalo ngomong ke lawan jenis, boleh nggak?" Aruni bertanya mulai serius. Netranya tertuju pada sang bunda.
"Menurut Bunda. Kita diperbolehkan berbicara dengan lawan jenis, namun harus tetap berlandaskan pada akhlak islam yang berarti tidak ada sikap yang menunjukkan tindak asusila, saling bersentuhan, dan semacamnya. Selain itu, hendaknya seseorang juga tetap dalam batasan yang wajar ketika mengobrol dengan lawan jenis.”
Merasa belum puas dengan jawaban dari Hanin. Aruni menanyakan satu hal lagi yang berhubungan dengan mahram. “Boleh nggak bercanda dengan lawan jenis yang bukan mahram?” tanya gadis itu.
"Bukan nggak boleh, tapi mubah, Sayang."
“Hmm ...,”
Aruni menguap mendengar penjelasan panjang dari sang Bunda. Berharap semua ini cepat selesai.
“Ada lagi, Sayang?” tanya wanita itu dengan nada lemah lembut. Ia menangkup kedua pipi anak gadisnya. Membenarkan rambut yang terurai kemana-mana karena kipas angin yang berdiri di depan.
“Udah cukup Bunda, terima kasih buat penjelasan panjang lebarnya,” ungkap Aruni dengan diikuti senyuman manis.
Meski cuaca sedang panas di luar. Namun Aruni merasa adem karena telah sudah mendapatkan siraman rohani dari sang bunda. Terlebih lagi bunda menjelaskannya dengan nada lembut.
“Ada satu lagi nih, by the way, Bunda pernah patah hati nggak? Sebelum sama Ayah?” ucap gadis cantik dengan rambut lurus terurai.
"Coba tebak. Kira-kira Bunda pernah patah hati nggak?"
"Mana aku tau, Bun. Bunda aja nggak pernah cerita. Gimana mau tau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stoor Me Niet! [TERBIT]
Horror‼️Dilarang Keras Plagiat. Yang Plagiat Hidupnya Tidak Berkah‼️ Tentang seorang gadis SMA dengan sejuta misteri, doyan mengambil kata-kata kehidupan. Memiliki harapan hidup tenang seperti sediakala tanpa ada gangguan. Derasnya air hujan turun dari se...