09. Pertikaian

51 44 5
                                    

Pria itu panik. Ia bergegas segera mengambil helm di nakas. Tak lupa pula, kunci kendaraan bermotor. Pria itu berkendara dengan kecepatan kencang. Tidak peduli keselamatannya sekarang. Yang penting sahabatnya selamat.


Zafeer sangat kenal watak gadis ini. Sebab, sudah berteman sedari lama. Sahabat sejati adalah sahabat yang tidak pernah meninggalkan saat kesusahan.

Tak perlu berlama-lama, dirinya sampai di tempat. Hanya memerlukan waktu 3 menit.

Zafeer memarkirkan kendaraannya sembarang. Bergegas menghampiri Aruni.

Spontan pria itu terkejut. Kedua netranya membesar. "Astaghfirullah, Ar," ucap pria berambut ikal tersebut membungkuk sembari memegang kaki kanan Aruni.

"Ini harus kita bawa ke dokter," ujar Zafeer.

Aruni mengeleng pelan. Menatap Zafeer yang sedari tadi panik memikirkan nasib dirinya.

"Nggak usah, Feer."

"Loh? Nggak bisa. Ini nanti iritasi, makin parah." Tampaknya Zafeer telihat khawatir.

Namun Aruni bersikeras tidak mau dibawa ke dokter. Jujur, ia sangat takut saat orang tuanya tahu soal ini. Ia sudah menutupinya dengan rapat-rapat. Tak menyerah juga Zafeer membujuk Aruni untuk dibawa ke dokter.


"Please, Ar. Lo nggak boleh egois sama diri lo sendiri," tutur pria itu.

"Lo nggak kasian sama diri lo? Gue tau, lo cewek yang kuat. Gak cengeng dan lemah. Apalagi nangis-nangis dihadapan cowo. Tapi, pernahkah lo menyadarinya? Kalo lo itu terlalu keras sama diri sendiri? Jangan paksakan diri lo, Ar. Gue tau, ini pasti sakit banget, gue nggak bisa ngebayangin rasa sakitnya," ucap Zafeer yang juga merasakan rasa sakitnya. Pria berambut ikal itu mengembuskan napasnya. Menatap Aruni dengan rasa iba.


"Asal lo tau, Ar. Gue sayang banget sama lo. Tapi, kenapa lo berubah waktu kenal sama Pangeran?"

Stoor Me Niet! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang