18. Tegang!

52 39 0
                                    

Kiran semakin mendekat. Ia mengerutkan kening kembali. Sedari tadi, perempuan itu menceritakan jika tadi ia mendengar suara tangis dari arah kamarnya, juga suara teriakan yang menyayat hati.

Meski begitu, tak ada yang bisa dilakukan Kiran, karena ia tidak ingin mengambil risiko jika sampai arwah dari seorang tanpa identitas itu kenapa-napa. Karena hal itu justru akan menghantuinya.

"Bu...tolongin Ririn. Ririn enggak mau kayak gını, Ririn nyesel, Bu. Harusnya Ririn masih hidup dan bisa ketawa- ketawa," lirih Ririn tiba-tiba, hingga mengalihkan fokus Kiran secara tiba- tiba.

"Maafin Ibu, Ririn, Ibu sudah gagal mendidik kamu," gumam sang ibu dengan suara yang cukup pelan.

Bertepatan dengan jawaban dari sang Ibu yang seperti itu, lampu kamar Kiran langsung padam begitu saja.

Sontak saja, hal itu membuat Kiran semakin merasa takut dan tidak bisa tenang, tetapi ia memilih untuk langsung menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut.

Dirinya berharap, jika arwah gentayangan mantan penghuni rumahnya tidak akan mengetahui di mana ia berada saat ini. Dan anehnya, di sekolah pun Kiran sering di hantui.

Tok! Tok! Tok!

"Ibu!!"

Ketukan di pintu kembali terdengar, kali Ini ketukannya terdengar seperti diiringi dengan amarah yang sangat besar Hingga suaranya terdengar sangat jelas.

Dan juga seolah-olah ingin merusak pintu kamar tersebut. Tubuh Kiran semakin gemetar, ia sudah tak lagi bisa menyembunyikan rasa takut yang sangat luar biasa tersebut. Meskipun ponsel yang masih berada di genggaman tangan terus saja mengeluarkan bunyi notifikasi, tetapi tidak bisa dibuka sama sekali oleh Kiran.

"Ibu ..., ada di mana? Karena Ibu yang enggak mau buat nemuin Ririn, maka dari itu biarin Ririn aja ya yang nemuin
Ibu. Ibu ada di mana? Ririn nyesal Ibu ...," suara Ririn menggema di dalam kamar Kiran.

Hal itu tentu saja membuat Kiran semakin ketakutan, bahkan ia langsung menangis saat itu juga, tetapi Kiran tidak ingin jika tangisannya akan terdengar. Sehingga ia memanfaatkan kedua tangannya untuk menutup mulutnya sendiri.

Hal yang sangat tidak diinginkan, justru
Terjadi. Selimut yang digunakan oleh Kiran untuk menutupi seluruh tubuhnya, perlahan ditarik sendiri. Disertai dengan. Tawa yang sangat melengking di dalam kamar milik Kiran.

***

Berita dari tetangga yang melaporkan dan juga kehadiran pihak kepolisian membuat semuanya sanngat terkejut dan merasa takut. Baik warga sekitar sekolah tersebut, atau bahkan penghuni rumah di situ.

"Nak Kiran, bolehkah kamu ceritakan, kronologinya seperti apa? Kami
Membutuhkan itu dan tolong ceritakan dengan sangat jelas juga, ya," pinta salah satu polisi yang hadir di tempat tersebut.

Stoor Me Niet! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang