"Aku bisa menggendongmu sampai depan kelas, kamu hanya perlu ... minta tolong."
Tahu begini Earlene lebih baik minta di antarkan Arven daripada menumpang lagi dengan pria tidak tahu sopan santun inisial Ryden Hetfard ini! Ingin sekali rasanya mencakar pria itu, tapi kuku pendek indah dengan warna softie pinknya, berharga!
Earlene tidak tahu mengapa tiba-tiba ia menjadi mudah kesal di dekat Ryden. Sejak awal tidak mudah menekan batas kesabaran, dan sekarang, terjebak sebagai tunangan! Entah apa yang membuat pria itu mau menerima Earlene, gadis manja yang berlindung di bawah keluarganya.
Apa karena toko bunga? Toko bunga itu ramai dan sukses, Jeffran, Harka, atau Galert sendiri pasti memberikan investasi atas imbalan menerima perjodohan ini.
"Ingin memberikan kecupan terimakasih?"
"Dalam mimpimu!" Dia meraup kesal makalah dan tugasnya dari jok belakang, mendorong pintu. Bukannya terbuka, pintu itu masih setia pada tempatnya. Terkunci, Earlene menoleh tidak santai pada Ryden.
"Aku tidak bercanda dengan ... kecupan."
Earlene memicingkan matanya berang. Sepersekian detik setelahnya, dia mulai memajukan wajah. Ryden tidak sesantai itu untuk menunggu, jadi dia ikut memajukan wajahnya, memandang lurus-lurus pada bibir merah muda lembab yang seksi. Dia terlalu fokus, tidak berkedip, dan baru sadar ketika Earlene memundurkan wajah.
Suara 'klik' membuatnya menoleh. Gadis itu tidak benar-benar ingin memberikan kecupan, tapi menekan tombol membuka pintu di sisi setir. Earlene menyempatkan tangannya menepuk bibir Ryden dengan senyuman sinis. Sebelum dia membuka pintu dan keluar, Ryden sigap menariknya dan mendaratkan ciuman singkat di pipi.
"KAU—"
"Tawaran murahan tidak penting masih berlaku. Kalau kamu berubah pikiran."
Earlene mendengus sebal, tangannya terangkat, tapi sebelum ada yang terjadi, dia memekik nyaring, "JEMPUT LAGI DAN AKU LEDAKKAN MOBILMU!"
Brakk!
Ryden terkekeh riang, senyumannya terbit bersamaan dengan sentuhan pada dada kirinya. Ada hal tidak normal disana dan menggelikan. Pria tampan dengan netra abu-abu cemerlang itu agak aneh dengan sikap dan penampilan gadis itu. Earlene yang sekarang kelihatan lebih dewasa, ucapannya berubah elegan. Dia ingat.
Terakhir kali mengantarkannya kuliah berbulan-bulan lalu, benar-benar berbeda.
Rambut pirang keemasan dan dress pink super ketat, sepatu hak tingginya sampai menggema dalam mobil, jenis hak sempit yang benar-benar tinggi. Belum lagi Make up berlapis-lapis. Tapi sekarang, seperti dua orang yang berbeda. Ryden senang mengakuinya, tapi Earlene yang sekarang cukup dewasa dengan perawakan sopan, rambut coklat gelap dan wajahnya natural.
Atau Ryden yang tidak mengenalnya?
Toh hubungan mereka hanya sekedar kilatan gelar. Tidak benar-benar atas dasar cinta dan cinta. Dia ingat ketika Earlene masuk mobil, sepanjang perjalanan gadis itu akan bermain dengan kuku-nya yang mencolok. Ryden tidak mau mengakuinya, tapi Earlene yang sekarang lebih baik!
Mungkin sudah saatnya, hubungan ini benar-benar berkembang, seperti yang seharusnya. Karena dia, mungkin tak bisa menahan diri lebih lama lagi setelah ini.
*****
Dia tidak sengaja menyenggol nampan pria tampan ketika berbalik. Kepingan ingatan tentang pembully-an menyeruak masuk tidak sopan. Earlene tersentak, segera pergi setelah menggumamkan kata maaf yang terkesan buru-buru, dan Glen berdebat dengan pria itu di depan. Halynn segera merecokinya, tentang keringat dan wajah yang menampilkan raut ketakutan.
"Elen! Tidak apa-apa?" Itu suara Halynn.
"Hanya masalah kecil." Dia berkata, segera menceritakan semua yang terjadi. Padahal Glen dan Halynn tahu, tapi kurang jika tidak mendengar langsung kronologinya dari Earlene sendiri. "Nah, siapa itu?" Dia menunjuk pada pria yang tidak sengaja di tabraknya, berambut coklat dan ... tampan.
Tidak ada yang jelek dalam Leigford!
"Nielson—OH! Lihat." Halynn memekik tiba-tiba sambil menunjuk-nunjuk pintu Kafetaria dengan tidak sabar. Itu pria yang sama, seseorang yang ingin dia cari tahu.
Sepasang kekasih—pria dengan wajah dinginnya dan gadis di sebelahnya dengan ekspresi lugu polos yang membuat dirinya sendiri merasakan itu terkesan pura-pura.
Glen berdecih malas. "Wajah lugunya membuatku muak." Dia melanjutkan merangkum catatan—salah satu kebiasaan Glen, kerja cerdas katanya. Sementara Halynn memandang Earlene penuh harap.
"Apa rencanamu kali ini?" tukasnya yakin, Earlene, yang merasa salah dengar hanya bergumam tak jelas. "Coba lihat ini." Dia mengeluarkan besi seukuran genggaman tangan dengan ujung mutiara bulat. "Jika menekan kepalanya, ini akan berubah jadi tongkat besi." Dia berkata bangga, tidak sampai disitu, dia memamerkan banyak hal lain-yang dia sebut mainan favorit.
Ada semprotan spray-bisa membuat buta jangka pendek yang langsung membuatnya meringis ngeri. Lalu minuman pilihan, efeknya tidak bisa mengeluarkan suara tiga hari. Yoyo gegar otak, sampai ada bom pingsan. Demi tuhan, entah apakah semua hal itu di dunia versi kedua ini normal!
"Itu semua ilegal, kau tahu 'kan?" Melihat ekspresi aneh Halynn saat mengatakannya membuat Earlene yakin, bahwa itu sama tak masuk akalnya. "Entah bagaimana-"
"Lelang." Halynn mendesis, sepertinya itu adalah rekor bicara ter-pelannya. Bukan rahasia umum dalam dunia bisnis, jika mendengar tentang Bar Zerox, orang pasti tahu, bar ternama itu hanya kedok, isinya adalah transaksi sampai lelang barang, mirip pasar gelap, tapi dengan izin tertulis.
Dan Bar itu, hanya satu dari sekian banyak cabang di beberapa Negara, dan itu semua milik pengusaha kaya-keluarga Vance.
"Pertanyaanku, Lynn. Siapa itu?" Glen yang sedang mengotak-atik makalahnya tertawa riang selagi Halynn menjadi patung dadakan. "Aku tak mengenalnya."
"HAHA! Halynn merencanakan membawa seluruh isi rumah lelangnya, melupakan fakta kalau Earlene sedang amnesia." Glen tidak bisa menghentikan tawanya bahkan jika dia mau, ekspedisi tersakiti Halynn membuatnya bahagia melebihi batasnya.
"Dengar." Halynn mengacuhkan cardigan berbulunya yang cantik. Earlene tidak tahu apa gunanya itu, karena sama sekali tidak menutup seperempat tubuh Halynn yang terbalut dress super ketat, tubuhnya seksi, sangat! Dan ideal! Tidak heran dia sangat percaya diri ketika memakainya. "Aku mengerti jika kamu tidak mengingatnya."
Halynn memutar tubuh, meletakkan tangan pada masing-masing tempat di bahunya, memandang pada Earlene yang menatap Glen dan dirinya bergantian. "Yeahh ... mungkin aku perlu sedikit penjelasan."
"Aku tidak mendengarnya, kok. Santai saja, kamu harus mengingat semuanya dan aku yakin kamu bahkan tidak bisa fokus karena pria itu," sambung Halynn lagi.
"Pertanyaanku, Halynn. Siapa pria itu?"
———
Vote and comment
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Antagonist
Fantasi"Jangan percaya siapapun." Ingat itu sampai akhir. Base jumpingnya tidak berjalan lancar. Earlene masuk dalam novel 'Infinity Words, You' yang secara misterius muncul dalam ranselnya. Sialnya! Dia masuk dalam tokoh antagonis kedua yang hanya masuk...