Ryden dengan setelan rapinya melangkah ke ruang meeting, sebelum di berhentikan oleh sekretarisnya. "Tuan, ada nomor tidak di kenal menghubungi nomor pribadi anda." Ryden menatapnya datar penuh intimidasi, tak urung segara mengambil ponsel dari tangan sekretarisnya tadi.Sialnya, ketika dia mencoba menghubungi kembali, nomornya malah tidak bisa lagi tersambung. Ryden menhela nafas kasar, menyerahkan kembali ponselnya dan masuk tanpa aba-aba. Dan untungnya dia punya Naera—sekretarisnya, yang jika telat sedetik saja menangkap benda pipih itu, sudah di pastikan menghantam lantai keramik dan itu akan jadi kesalahannya.
Meeting berjalan sepuluh menit ketika Lewis-asisten pribadinya itu masuk dan membisikkan, "Nona muda Edzzard ada di luar mencari anda, Tuan." Ryden balas menatapnya datar, memberi gestur keluar dengan tangannya setelah bergumam tidak ikhlas, "Suruh saja tunggu di ruanganku."
Setelah Lewis pergi, dia menyenderkan tubuh di kursi panjang paling ujung, tetap fokus mendengarkan diskusi panjang dari para petinggi perusahaan. Tidak ada hal penting dari kedatangan Earlene, biasanya ketika dia menyuruh tunggu di luar, gadis itu kekeh menerobos masuk dan duduk dengan tidak sopan di kursinya, jadi lebih baik iyakan saja untuk masuk sekarang ini.
"Ingin memberikan kecupan terimakasih?"
"Mungkin ... bercinta?"
"Jika aku memilih menikahimu, bagai—"
Ryden menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan kelakuannya sendiri. Bahkan jika Earlene menghajarnya tadi pagi, dia akan mendukungnya. Sejak awal mereka terikat pertunangan hanya karena ayah mereka berteman. Baik dia maupun Earlene berhak memutuskan pertunangan saat gadis itu legal dua puluh satu tahun.
Dua setengah jam setelah perdebatan panjang, dan presentasi untuk bertemu klien-nya besok benar-benar mengganggu Ryden, belum lagi revisi berkas. Jadi dia berjalan tegap dengan pikiran bercabang dan hembusan nafas kasar menuju pintu masuk setelah menerima salam selamat datang dari sang sekretaris. Di depan pintu Ryden menatap Naera minta penjelasan.
"Nona muda Edzzard, Tuan. Tuan Lewis bilang dia memberitahu anda." Ryden mendengus mengiyakan, dia lupa kalau dialah yang mengiyakan, kepalanya kini berdenyut hebat, dan beberapa file di meja menunggu untuk di revisi. Langkah kaki mendekat ke meja kerjanya, Earlene, yang kelihatan tenang tertidur di antara lipatan tangan dengan wajah tertoleh ke samping.
"Jauhi aku, Hetfard."
"Hanya sampai batas legalku. Aku punya rencana masa depan bersama Areez."
"Rasa percaya dirimu tinggi juga. Kau masih ingin dia setelah mencampakkanmu dan berpacaran dengan gadis yang lain."
"Tidak perlu mengomentarinya! Kamu tidak punya hak! Kita tidak sedekat itu."
Ryden menggelengkan kepalanya, sekilas memandang Earlene kembali. Gadis itu terlalu tenang dalam tidurnya, seperti gadis polos yang akan selalu tersenyum saat kau bertukar sapa dengannya. Tapi, mungkin butuh pistol hanya untuk sebuah maaf.
Sebelah tangan gadis itu masih memegang pena, dan kertas bertulisan mengalihkan atensi Ryden, dia meletakkan jas-nya pada kursi di seberang, mengambil kertas yang seperti penuh tulisan. Seperti 'tambahkan detail' juga 'lebih bagus jendelanya sedikit' atau 'pajaknya belum maksimal' dan lain.
Bagaimana mungkin?
Hal yang perlu Ryden tanyakan sekarang. Earlene Edzzard baginya adalah gadis angkuh sombong dengan glitter mencolok yang hanya tahu cara menggunakan uang dan kekuasaannya. Dia hanya pura-pura tak tahu kalau gadis yang tidur di mejanya ini sering joki tugas, atau mengancam orang lebih lemah untuk mengerjakan tugasnya. Kenapa sekarang berubah!
![](https://img.wattpad.com/cover/358643479-288-k115288.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Antagonist
Fantastik"Jangan percaya siapapun." Ingat itu sampai akhir. Base jumpingnya tidak berjalan lancar. Earlene masuk dalam novel 'Infinity Words, You' yang secara misterius muncul dalam ranselnya. Sialnya! Dia masuk dalam tokoh antagonis kedua yang hanya masuk...