❝ Bahagia itu mudah,
Asalkan kita tau caranya!❞******
Pagi-pagi sekali Zayyan terbangun dari tidurnya, jantungnya terasa sakit. Bahkan Ini masih jam 01.12 WIB. Di luar sepertinya hujan deras, Zayyan bisa mendengar begitu jelas dari dalam kamarnya.
Laki-laki itu mencengkeram kuat bagian dada, tepat di bagian jantung. Ia mengerang kesakitan di sana, di antara suara derasnya hujan. Dia berjalan gontai dan oleng kesana kemari sembari mencengkeram dadanya untuk menuju tempat ia meletakan obatnya.
Obat itu terlihat mengerikan, namun jika Zayyan tidak mengonsumsinya, dia harus memilih bertahan atau menyerah. Dengan cepat Zayyan mendongakan kepalanya sembari menaruh obat-obat itu ke dalam mulutnya.
"Gila, mau istirahat aja susah" ucap Zayyan. Sudah 30 menit lamanya Zayyan menahan rasa sakit di dadanya, rasa yang amat membuat dirinya tersiksa itu sangatlah tidak mengenal waktu. Kurangnya darah ke organ-organ dan otot utama menyebabkan penderita merasa capek dan lemah.
"Gini aja lo lemah." Zayyan bermonolog sendiri, kepalanya menunduk sebentar dan ia mengangkatnya kembali. Matanya menatap iba ke arah cermin yang menampakan dirinya di sana. Tersenyum palsu dengan keadaan yang sudah berbeda.
"Harus gimana lagi biar bisa ketemu sama mamah?... Gue aja ngga tau mamah tinggal dimana sekarang."
Alih-alih tertidur kembali, justru Zayyan teringat memori masa lalu bersama keluarganya. Tak pernah terpikirkan di benaknya jika ternyata waktu itu adalah sebuah perpisahan untuknya. Sudah bertahun-tahun lamanya dia tidak merasakan kehangatan keluarga yang sesungguhnya. Mengetahui sosok ibunya yang ternyata masih hidup membuatnya merasa semangat menjalani hidupnya lagi. Tetapi kenapa? Kenapa harus pertemuan macam ini yang diberikan?
Zayyan ingin kembali ke masa itu...
"Jayyan sayang, kamu beneran ngga mau ikut sama kita?," tanya Vira-Wanita yang merupakan ibu dari Zayyan‐itu menanyakan hal yang sama ke dua kalinya.
Vira dan Ferdi—Pria yang merupakan suami dari Vira bersama Zayra—Adik kecil Zayyan yang masih berusia kurang lebih tiga tahun itu akan pergi ke rumah teman Vira, karena satu hari sebelumnya ibu dari teman Vira dinyatakan meninggal dunia.
Satu koper yang berisi pakaian sudah tertata rapih di dalamnya. Mereka pikir satu koper sudah sangat cukup, karena mereka hanya beberapa hari di sana.
Bocah berusia enam tahun itu menganggukan kepalanya pelan "Beneran mah, Zayyan mau di sini aja" walaupun masih kecil, Zayyan juga tahu kondisi ekonomi keluarganya tidak selancar air terjun. Dia juga tahu untuk pergi ke sana membutuhkan biaya lebih banyak jika dia ikut. Jadi lebih baik Zayyan kecil memutuskan tidak ikut pergi.
Namun sebenarnya orang tuanya sama sekali tidak memikirkan biaya. Meninggalkan anaknya untuk beberapa hari saja, rasanya sangat sulit. Namun, mau bagaimana lagi, Zayyan juga sudah memutuskan hal itu. Sungguh Zayyan adalah anak yang baik.
"Emangnya Jayyan berani dan bisa jaga rumah?" Vira mencoba menggoda anaknya itu. Vira tersenyum melihat putra kecilnya, dia sangat menggemaskan
"Berani dong, kan Zayyan mau jadi pilot. Masa jaga rumah sendiri ngga bisa, gimana mau jaga keselamatan penumpang besok"
KAMU SEDANG MEMBACA
EXSBLASS & ZAYYAN [BELUM DIREVISI]
Roman pour AdolescentsDari cerita ini aku belajar. Untuk mencari kebahagiaan yang nyata itu ternyata sulit, bukan kebahagiaan karena bersama pasangan tetapi ini kebahagiaan yang sangat sulit dijelaskan. Di sinilah kalian akan terjerat mengikuti takdir yang sulit untuk di...