30. Suara Zayyan

1.1K 153 39
                                    

❝peran pembantu bisa saja menjadi peran utama atas semua masalah yang terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

peran pembantu bisa saja menjadi peran utama atas semua masalah yang terjadi. Kamu hanya perlu menebaknya, peran siapakah yang digunakan menjadi penjahat sesungguhnya di sini? Waspadalah dia sangat mahir memainkan perannya.❞EXSBLASS&ZAYYAN

*******

Seorang laki-laki sedang duduk di atas sofa, sembari sesekali melihat jam yang tertempel di pergelangan tangannya. Bukan karena ada kegiatan lain, dia hanya menunggu waktu kapan harus menyiapkan makanan untuk lelaki yang sekarang sedang berada di hadapanya, lelaki itu masih terbaring di ranjang rumah sakit.

"Ngga pulang?," suara serak khas bangun tidur itu terdengar saat Erlangga hendak membuka layar ponselnya. Zayyan, itu suara Zayyan. Sudah lama Erlangga tidak mendengarnya semenjak laki-laki itu dinyatakan koma. Sering kali Erlangga bolak-balik menjenguk Zayyan, tetapi selalu saja tidak bisa saling mengobrol, itu karena Zayyan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk tidur. Erlangga juga tidak sempat lama-lama menunggu Zayyan bangun. Toh, ada banyak sahabat Zayyan yang menemani kemarin. Dan sekarang baru sepi, mungkin mereka sibuk hari ini.

"Ngga dulu, nanti lo malah yang pulang duluan" jawab Erlangga dengan suara khasnya. Waktu di mana ia merasakan sakit akhirnya berakhir. Dia sangat sedih jika lima hari yang lalu Zayyan benar-benar akan pulang ke rumah yang abadi. Beruntung Zayyan masih ada di sini, walaupun kabarnya kemarin ia sempat ngedrop kembali dan kehilangan kesadaran. Namun, kondisi Zayyan sekarang jauh lebih baik dibanding hari-hari sebelumnya.

Erlangga kembali melanjutkan bermain ponsel. Membuka aplikasi berwarna hijau dan menemukan pesan masuk. Itu dari Mamahnya, sudah lama wanita itu tidak menghubunginya begitu pun sebaliknya. Komunikasi antara mereka terasa buruk.

"Gue mau nanya sesuatu sama lo, Er."

Sontak Erlangga menghentikkan kegiatannya, ia kemudian menatap Zayyan sebagai tanda bertanya. "Nanya apa?"

Zayyan merubah raut wajahnya sedih, mendramatis keadaan. Zayyan juga menatap Erlangga dengan sangat tidak wajar. Itu terlalu berlebihan. Jika boleh Erlangga ingin sekali mengumpat dan melampiaskan bogeman yang sedari tadi ia simpan. Akan tetapi jika ia melakukannya dia akan membuat Zayyan semakin sekarat, itu sungguh tidak pantas. Seharusnya Erlangga mendengarkan dengan serius. Baiklah lanjutkan pertanyaanmu itu, Zayyan.

"Er... lo kemaren sedih banget kan, pas gue hampir pergi?" Zayyan melirik Erlangga sesekali menggunakan ekor matanya, lalu kemudian menatap langit-langit kamar seolah mendongakan kepalanya agar air matanya tidak mengalir. "Udah lah, Er. Ngga usah sedih terus, gue tau kok dan gue paham. Wajar aja sih kalo lo kemaren nangis-nangis sampe guling-guling, secara gue kan salah satu manusia berharga di hidup lo, kan?"

Erlangga hanya terperangah mendengar penuturan itu, Zayyan membuatnya kebingungan atau pasrah? Entahlah, tapi yang pasti itu terdengar memalukan. Apa yang dibilang Zayyan itu sama sekali tidak benar, iya kan? "Geli gue, Zay! Belum juga pulih, udah sakit lagi."

EXSBLASS & ZAYYAN [BELUM DIREVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang