prolog

293 81 41
                                    

HAI SEMUANYA!!
MAAF JIKA BANYAK YANG TAYPO...
JANGAN LUPA VOTE YA

•ALSENJA•



"SENJA, KENAPA NILAI ULANGAN KAMU SEMBILAN PULUH!"

Suara menggelegar itu berhasil membuat Senjani, terbangun dari tidurnya. Suara itu sudah pasti suara Nela, Mama Senjani.

Tanpa Berlama-lama, Senjani langsung bangkit dari tidurnya, dan langsung mencari keberadaan Nela.

"Ada apa si, Ma?" tanya Senjani kepada Nela.

Plak

Nela,menampar wajah Senjani dengan kertas ulangannya. "Kenapa nilai ulangan kamu sembilan puluh, Senja" ucap Nela dengan nada sedikit tinggi.

"Sembilan puluh itu bagus, Ma" jawab Senjani.

"BAGUS?, Bagus itu seratus, Senja!"

"Maaf, Ma" ucap Senjani, tidak ingin berdebat dengan Nela, apa lagi sekarang masi pagi hari.

"Makanya belajar yang rajin, Senja, jangan main terus, Jangan buat Mama malu punya anak kaya kamu, sekali-sekali buat Mama bangga sama kamu" bentak Nela.

Senjani tersenyum miring. "Buat Mama bangga?, Mama aja nggak pernah puas sama nilai yang aku dapat" jawab Senjani.

"Nilai kamu aja jelek, Senja. Mama ga mau tau, kalau ada ulangan lagi kamu harus bisa dapetin nilai di atas sembilan puluh, kalau bisa seratus itu lebih bagus!" titah Nela dan langsung pergi dari hadapan Senjani.

Senjani membereskan kertas ulangan nya yang dilempar Nela tadi. "Mama memang pernah puas sama nilai yang aku dapat, Ma? ga pernah ma. Nilai yang aku dapat dari kerja keras aku, Ma, kenapa Mama nggak pernah hargai sedikit pun kerja keras Senja?" isak Senjani.

"Mama selalu nuntut Senja dapetin nilai bagus, Mama selalu kurang sama nilai yang Senja dapat. Senja capek, Ma! Senja berusaha buat dapetin nilai bagus, tapi hasil yang Senja dapetin selalu aja kurang di mata Mama. capek, Ma, capek!" ucap Senjani.

•ALSENJA•

"Senja, kenapa lagi ada masalah ya?" tanya Ares mencoba membuka obrolan dengan Senjani, karena sejak tadi mereka berdua hanya diam-diaman.

"Senja, mau cerita?" tanya Ares lagi.

"Ga ada hal menarik yang harus diceritain, ka" jawab Senjani.

"Walaupun ga menarik, tapi kalau lo ceritain itu lebih baik, daripada harus lo pendam."

"Masalah lo, lo ga mau ceritain? Kuat di pendam sendiri?"

"Masalah gue, yang tau cuma diri gue sendiri."

"Kenapa ga mau cerita?" tanya Ares.

"nggak penting," jawab Senjani.

"Eum Senja, kalau lo butuh seseorang untuk cerita, ada gue Ja, atau ada temen-temen lo yang lo percaya" ujar Ares sambil meletakkan kepala Senja pada pundaknya.

"Ja, kalo seandainya lo udah ga kuat pengen ngeluapin apa yang lo rasain, cerita ke gue, oke?" ujar Ares lagi.

"oke, ka"

"Senja, senyum dong!" titah Ares pada Senja sambil mengukir senyum di bibir gadis itu.

"Ih ka Ares, Bibir gue!" Rengek Senja dengan kekehan kecil. Ares bahagia bisa melihat Senjani tertawa lagi, ia harap tertawanya Senjanu tidak akan pernah hilang.

"Nah gitu dong, Ja, senyum," ucap Ares sambil tersenyum manis ke arah Senjani.

"Kan cantiknya jadi nambah," lanjut Ares.

"Ih apasi, ka, ga jelas!" ketus Senjani, membuang muka.

"Iya, kan yang jelas cuma cinta gue ke lo, Ja" ujar Ares.


"Gombal dasar!"  ucap Senjani.

"Lo lucu banget, Ja!" ucap Ares sambil mengacak-acak rambut Senjani.

"IH KAKAK, RAMBUT SENJA BERANTAKAN!" Kesal Senjani.

"Hahah, maaf"

"Ka, coba merem terus hitung sampai lima," titah Senja dengan muka menahan tawa nya.

Ares hanya menurut saja kepada Senja. "Oke, satu ..., dua ..., ti ...," Belum selesai menyelesaikan hitungannya, tiba-tiba Senjani berteriak.

Senjani berlari meninggalkan Ares seorang diri di sana.

"BYE KAKAK, SENJA DULUAN!" seru Senjani sambil lari meninggalkan Ares.

"Bisa-bisanya gue di kerjaan sama adek kelas. SENJA, JANGAN LARI!" Ares langsung berlari mengejar Senjani.


•ALSENJA•



30-Desember-2023
01.00

ALSENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang