Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•••
Awalnya Nichole tidak menyangka jika Zeon akan bersikap seperti ini padanya. Sialnya, sikap Zeon sekarang salah jika dihadapkan pada Nichole.
Jika seperti itu caranya Zeon bermain, maka Nichole akan mengikuti alurnya.
Rahangnya mengeras, Zeon menghentikan pergerakan tangan Nichole. Dia mengeratkan genggamannya. "Apa yang kau lakukan, sialan?" geram Zeon.
"Bukankah ini yang kau inginkan...?" bisik Nichole membalas.
Melihat ekspresi Nichole yang menyeringai kecil, Zeon hanya berdecak. Sepertinya dia salah menilai tentang gadis ini.
Jadi sebenarnya siapa Nichole? Mengapa dia baru melihatnya?
Zeon menjauhkan diri, dan kembali memakai jaket denim miliknya. "Jadi, apa tujuanmu?" tanya Zeon santai sembari mulai mematik rokoknya.
Ketegangan tadi akhirnya mereda, Nichole merapihkan pakaiannya, dan dia mulai menyender di tembok gang sempit tersebut. Nichole menyibakkan rambutnya, dia tersenyum tipis saat menangkap Zeon meliriknya.
"Kau menarik."
Zeon hanya ikut tersenyum tipis. "Tidak ada yang tidak jatuh dalam pesonaku."
"Jadi..., bagaimana jika kita bermalam bersama hari ini?" tanya Nichole menawarkan.
"Aku tidak tertarik."
Kepulan asap mulai mengelilingi keduanya. Nichole terkekeh mendengar jawaban Zeon barusan. Lantas mendekatkan wajahnya pada Zeon.
"Baiklah. Aku pergi dulu."
Melihat sosok Nichole yang melenggang pergi membuat Zeon kesal. Apakah gadis itu hanya main-main dengannya.
Dengan dongkol, Zeon membuang puntung rokoknya, menginjak penuh tenaga. Tiba-tiba Zeon merasa ingin memukul seseorang. Harga dirinya seperti telah jatuh di mata gadis tadi.
•••
Nichole menggeram pelan saat melihat kaca spion mobil. Tangannya terus menekan klakson mobil karena macet. Tapi, mobil di belakang kian mendekat.
