Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•••
"Bilang pada ayahmu jika dia masih ingin melihat putri kesayangannya ini, datanglah menemuiku!"
Nichole menatap kesal saat dagunya dicengkram oleh seorang pria berwajah seram. Dapat ia katakan jika orang tersebut adalah dalang dibalik penculiknya ini.
"Ayahku tidak akan sebodoh itu, Pak tua bajingan!"
Tamparan keras mengenai sisi wajah Nichole dengan cepat. Perempuan itu meringis mendapati perih luar biasa di pipinya, bahkan sudut bibirnya sudah tergores dan mengeluarkan darah.
"Wanita brengsek ini benar-benar membuatku kesal! Jika ayahnya tidak datang juga, bunuh saja dia."
Pak tua itu segera keluar dari ruang sekapan Nichole.
Nichole sendiri hanya menundukkan kepalanya dengan rambut yang terurai berantakan. Dia hanya berdoa jika orang-orang terdekatnya baik-baik saja.
Jika memang mereka tidak datang, itu bagus. Nichole rela jika nyawanya terenggut untuk mencegah terjadinya pertumpahan darah yang lebih besar.
•••
Zeon menatap layar komputer besar di hadapannya dengan serius, beberapa orang ahli komputer tersebut tengah melacak keberadaan Nichole saat ini.
Tangan Zeon mengepal. "Cepat cari, sialan!" seru kesal Zeon yang tidak tenang hanya menunggu diam.
"Dapat, Tuan."
Zeon berjalan cepat ke arah sisi lain. Dia langsung melihat tajam layar monitor disana. Dan setelah mendapat lokasi tersebut, tanpa berpikir panjang Zeon menyuruh mereka untuk sesegera mungkin ke tempat tujuan.
"Tunggu aku, Nichole. Bertahanlah untukku," gumam Zeon pelan, segera dia memakai jaket kulitnya dan berjalan keluar dengan beberapa pria bertubuh besar di belakangnya.
Sebelum pergi, Zeon mengirim pesan pada seseorang.
Dia menyeringai lebar, "Ayo, aku tidak sabar untuk menghajar seseorang."
