- 11

285 38 6
                                    

'Kemana saja asal bukan ke rumah sakit.'

Memang hanya Zeon sepertinya. Di tengah kesakitannya, pria ini menolak suruhan Nichole untuk ke rumah sakit, dan lebih memilih apart Nichole.

"Tenang saja. Ini tidak seburuk yang kau pikirkan. Aku sudah terbia—"

Nichole berkaca-kaca, berhasil menghentikan perkataan Zeon. Pria itu bahkan mematung sejenak. Memikirkan apa ada yang salah dengannya. Tapi, Nichole memang seperti anak kecil yang menangis karena telah berbuat salah.

"Benar kau tidak apa-apa?" gumam Nichole menekuk bibirnya.

Zeon terpaku dan bergerak kaku. "Benar."

"Ini semua kesalahanku, Zeon. Maafkan aku. Aku akan melakukan apapun yang kau suruh, aku berjanji."

Nichole berlutut di bawah sofa, berhasil membuat Zeon ketar-ketir. "Heyy, Nichole?! Kau ini terlalu dramatis."

"Aku tidak peduli dengan sebutanmu padaku. Aku akan minta maaf sampai kau—"

"Kau tidak salah."

"Tapi Sean melakukan ini karena—"

"Ssstt. Kau bilang akan mengikuti perkataanku, bukan?"

Walau beberapa detik diam, Nichole mengangguk pelan dengan mata yang masih berkaca-kaca.

'Ah sial, aku tidak kuat menahan hal ini.' Zeon memejamkan matanya erat.

"Duduklah di sampingku, jangan di bawah."

Seperti anjing yang menurut, Nichole duduk di sampingnya. Zeon meliriknya sekilas, lalu memalingkan wajahnya kembali. Dia menelan ludahnya gugup.

"Kau mau mengikuti perkataanku, bukan? Maka berhentilah merasa bersalah. Ini bukan kesalahanmu."

"Aku melakukan ini karena diriku sendiri, bukan karenamu. Lagipula sepenting itukah kau hingga aku rela mempertaruhkan nyawaku untukmu, hm?" omel Zeon menyentil pelan dahi Nichole.

Nichole mengusap dahinya. Dia sedikit memajukan bibirnya. "Tapikan siapa tau kau memang benar-benar mempertaruhkan itu untukku," gumamnya pelan.

Zeon menghentikan pergerakan tangannya. Dia sedikit menurunkan pandangannya, lalu tersenyum tipis. Kemudian berubah seketika, "Sudahlah aku mau tidur."

"Tidak tidak. Lukamu biar aku obati dulu, dan tidak ada penolakan!"

Nichole dengan telaten mengobati luka di wajah Zeon. Zeon sendiri menatap ke arah lain dan sedikit mencuri pandang ke arah Nichole.

"Kau tahu obat apa yang sangat ampuh mengobati lukaku?"

"Apa?"

Zeon tersenyum lebar, menunjuk pipinya sendiri. "Kiss."

"Lagipula semuanya sudah selesai, jadi aku tidak perlu melakukan itu."

"Siapa bilang? Ada yang belum."

Nichole mengernyit heran. "Kurasa sudah semua aku obati."

Dengan seringaian tipis. Zeon menunjuk ke arah bibirnya. "Ini belum."

Nichole susah payah menahan senyumnya. Hingga dia memberikan plester pada Zeon dan bergerak pergi setelahnya. "Obati sendiri!"

•••

"Apa kau benar-benar bisa memasak?" tanya Nichole semangat. Dia membantu memilah sayuran yang direncakan Zeon akan memasak sebuah sup untuk mereka.

"Apa tampangku seperti itu?"

Nichole mengangguk mantap. "Sangat seperti itu."

Last ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang