- 9

298 31 6
                                    

Mini dress di atas lutut yang terlihat pas di lekukan tubuhnya, wanita tersebut dengan anggun berjalan ke arah meja seorang pria di depan sana.

Wanita cantik itu tersenyum lebar sebagai sapaannya. "Ada apa kau mengajakku makan berdua seperti ini, Sean?"

Sean tersenyum tipis. Dia mempersilakan wanita tadi untuk duduk. "Duduklah, obrolan ini akan sangat serius."

"Benarkah? Aku jadi tertarik dengan apa yang ingin kau bicarakan."

Pertama-tama Sean memesan makanan keduanya. Bahkan pria itu menyuruh mereka untuk makan terlebih dahulu.

Sebenarnya sudah sangat lama Sean mencari waktu untuk berbicara dengan Elna. Semua itu bermula sejak Nichole tahu hubungannya dengan Elna. Hingga pikiran-pikiran aneh pun mulai menyergap hidupnya.

Sean menghentikan pergerakan tangannya. Hal tersebut berhasil mencuri atensi seseorang.

"Aku tidak bisa menahan diri lagi, Elna." Sean bergerak gelisah di tempat duduknya.

Elna yang ditatap serius menelan ludahnya gugup. "Kenapa? Ada sesuatu tentang diriku?"

"Bukan. Ini tentang Nichole."

Terlihat raut wajah Elna berubah suram. Dia menarik tubuhnya untuk menyandar ke kursi. "Kenapa? Apa hubungannya denganku."

"Aku tidak tahu dia mengetahuinya darimana, yang jelas dia mengetahui kita pernah berhubungan."

Alis Elna terangkat. "Lalu? Apa kau menyalahkanku karena Nichole mengetahuinya?"

Sean berdeham sebentar, mencoba memikirkan kembali perkataannya. "Aku tidak pernah menganggap hubungan ini ada. Aku bermalam denganmu hanya satu dua kali, bukan?"

Elna mengangguk karena malas menanggapi. Wanita ini kembali melanjutkan kegiatan makannya walaupun ditemani celotehan Sean yang membuatnya muak.

"Nichole tahu dan menuduhku selingkuh. Jelas aku membantah hal itu. Aku tidak pernah merasa menyelingkuhinya."

Diam-diam Elna memutar bola matanya. "Kau yang bodoh. Kau pikir kau ini adalah pria baik-baik? Kau bermalam denganku saja itu sudah disebut selingkuh, bodoh?!" jelas Elna dengan nada penuh sindiran.

"Tapi, aku melakukannya bukan karena cinta."

Elna membenarkan rambutnya, lantas kembali menjawab. "Tidak peduli itu karena cinta atau bukan, karena dari awal kau bertemu denganku itu sudah disebut selingkuh."

Sean merenungkan setiap kata Elna barusan. Pikirannya melanglang buana entah kemana. Hingga akhirnya Sean mengacak-acak rambutnya dan berdecak kesal. Pria itu menyenderkan punggungnya dan mendongakkan kepala.

"Aku tidak pernah berniat seperti itu padanya," lirihnya terdengar frustasi.

Pernyataan Sean barusan mengalihkan perhatian Elna. Wanita berparas cantik itu, menatap aneh pada Sean. "Kau ... ternyata bisa seserius ini menyukai perempuan."

Sean menghela napas panjang, menatap kembali Elna. "Bukan karena menyukai lagi. Lebih dari tahap itu."

"Karena ..., aku mencintainya," gumam Sean pelan dengan pandangan kosong karena memori tengang Nichole terus saja menghantui pikirannya.

Elna tersenyum meledek. "Aku selalu iri kepada Nichole. Dia memang sempurna untuk dijadikan sebagai kekasih."

"Dia punya segalanya," lanjut Elna memelan suaranya.

"Tapi, Sean, apakah kau sudah mendengar kabar ini?" Elna mendekatkan wajahnya. "Jika Nichole memiliki hubungan dengan Zeon?"

"Aku tahu." Sean meremas sendok di tangannya . "Maka dari itu aku akan melakukan apapun untuk menyingkirkannya. Termasuk dengan cara kasar sekalipun."

Last ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang