- 4

378 42 1
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Nichole memajukan sedikit bibirnya, dia bosan menatap lalu lalang kendaraan di kaca mobil saat ini. Terlebih lagi dia bosan saat berada bersama Sean.

Kekasihnya itu daritadi sibuk bergumam, menyanyi bersama musik radio di mobilnya.

"Apa ada sesuatu terjadi saat aku tidak ada?"

"Tentu saja tidak ada. Kau bersamaku selama hampir satu minggu, kau pikir saja sendiri," balas Nichole sedikit kesal. Pokoknya dia selalu kesal kapanpun Sean bertanya.

"Maksudku saat aku pergi waktu itu."

Nichole diam. Dia justru teringat dengan kejadian Zeon yang menolongnya. Sudah lumayan lama dia tidak bertemu Zeon. Semuanya gara-gara Sean.

"Tenang saja. Aku tidak selemah itu."

Sean terkekeh. "Baiklah baiklah, aku percaya."

"Sebenarnya kau ini mau kemana?"

Sean melirik Nichole sesaat dan kembali menyetir mobil setelahnya. Dia membawa tangan Nichole untuk digenggam. "Ke gym. Ah ... aku sudah lama sekali tidak ke sana."

"Kenapa harus mengajakku?"

"Biar kita nge-gym bersama," jawab Sean tersenyum pongah, mengecup singkat punggung tangan milik si kekasihnya.

Apa-apaan? Jangan terhasut bujuk rayu pria semacam Sean.

Setibanya di tempat tujuan, Sean tak pernah melepaskan tautan tangan mereka berdua. Nichole sendiri sebenarnya sudah muak, dia ingin pergi sendiri.

Tapi, Sean semakin hari semakin posesif padanya.

"Aku mau ke toilet."

"Perlu ku antar?"

Nichole menggeleng. "Tidak usah. Aku sebentar saja kok, oke?"

"Baiklah. Cepatlah kembali, aku tidak mau kau terluka."

Setelah berada jauh dari Sean, Nichole akhirnya bernapas lega. Dia menatap sekitar. Sebenarnya dia mungkin tersesat, Nichole tidak tahu harus berjalan ke arah mana untuk keluar.

"Apa kesini?" tanya Nichole pada dirinya sendiri. Dengan sedikit kepercayaan, dia berjalan masuk.

Dan sialnya dia masuk ke sebuah ruangan yang aneh.

Suara-suara pria mendadak mendekat. Bukan hanya satu tapi ada beberapa. Dimana Nichole baru sadar jika ini bukan jalan keluar melainkan sebuah ruangan ganti.

Nichole hampir menjerit keras jika saja si pelaku tidak menampakkan wajahnya. Seseorang membekapnya dan menggiringnya ke sudut ruangan dengan lemari sebagai halangan.

"Zeon?"

Zeon mengernyit. "Kau ini...?"

"Jika saja aku tidak menangkap tikus kecil nakal ini, dia akan habis dimangsa kucing disana."

Gerombolan pria datang tanpa atasan, mereka bercengkrama. Dan benar saja mereka berganti pakaian.

Oh, sial, Nichole jadi salah fokus melihat otot-otot tubuh para pria disana.

"Tikus nakal, aku bisa saja menerkammu jika kau tidak bisa diam." Zeon semakin mengurung tubuh Nichole dengan badannya.

Nichole mendongak, menatap Zeon dengan jarak sedekat ini membuatnya merasa merinding. Dan baru kali ini Nichole mengalihkan pandangannya, merasa gugup menyergap.

Apalagi suara hembusan napas pria jangkung itu terus mengenai wajahnya. Benar-benar berhasil membuat bulu kuduk berdiri.

Zeon menahan senyumnya melihat kegugupan Nichole yang sangat kentara. Tanpa persetujuan dari Nichole, Zeon menarik pinggang gadis itu agar lebih dekat.

Nichole dengan terpaksa menatapnya heran. Tangannya berada di depan dada Zeon, masih memberi jarak keduanya.

"Jangan memulainya, kau akan kewalahan nanti."

Mendengarnya Zeon terkekeh geli, "Coba saja."

Perkataan Zeon seperti tantangan bagi Nichole. Dan dia mulai aksinya meraba-raba tubuh Zeon. Nichole tersenyum menang.

Zeon mengembuskan napas berat. "Ah ... okeee. Jangan memegangnya."

"Aku tidak pegang!" bantah Nichole.

Pria dengan setelan hitam ini meraih kedua tangan Nichole. Setelah menggenggamnya, Zeon membawa kedua tangan Nichole di atas kepala gadis itu.

"Dasar," decak Zeon.

Nichole mendengus geli. Dia memalingkan wajahnya. "Kau merindukanku, bukan?"

"Tidak."

"Buktinya kau mengikuti sampai sini." Nichole kembali menatap Zeon sembari menaik-turunkan kedua alisnya.

Zeon berdecak. "Itu karena gym ini memang tempat langgananku. Jangan membuat pikiran aneh."

"Ah baiklah."

Hening sesaat. Hanya suara dari beberapa pria yang masih belum keluar. Terdengar detakan halus dari dada keduanya.

"Kau kesini karena apa?"

Nichole menggeleng. "Tidak akan ku beritahu. Kau bisa cemburu karenanya."

"Perkataan bodoh apalagi ini?" gumam Zeon. Pria ini tidak habis pikir tentang Nichole gadis aneh yang hidup di dunia ini.

"Ayo keluar, mereka sudah tidak ada."

Namun, Zeon tidak membiarkan tubuh Nichole bergerak. Pria itu tetap menahan posisi sekarang. Dia kembali menatap Nichole dalam.

Zeon menurunkan wajahnya, dia memiringkan kepalanya. Bibir lembut dan manis itu berhasil Zeon ambil kembali. Rasanya memang memabukkan. Zeon merasakan hal berbeda ketika bersama Nichole.

Kembali memiringkan kepalanya ke arah lain, Zeon semakin memperdalam ciuman mereka. Dia bahkan beberapa kali menggigit bibir bawah milik Nichole.

Dan, Zeon bersumpah, dia tidak ingin melepaskannya.

Namun pada akhirnya kedua sejoli ini melepaskan tautan bibir mereka. Nichole menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Sedangkan Zeon terus menatap bibir ranum itu, menginginkannya lagi.

Tapi, Nichole bergeleng. "Jangan sekarang. Aku tidak suka tempat sempit seperti ini."

Zeon bahkan belum membalas perkataannya, gadis itu sudah lebih dulu menghindar darinya.

Melihat Nichole pergi keluar, Zeon mengikutinya dari belakang. Laki-laki ini bahkan sampai tidak sadar jika Nichole ternyata berjalan ke arah seseorang di depan sana.

"Kau kemana saja? Apa tersesat?" gerutu Sean, dia menilik Nichole dari atas Sampai bawah untuk memastikan keadaan Nichole.

"Sedikit." Nichole tersenyum canggung. Dia melirik ke arah Zeon yang ternyata sudah melamun dari tadi, posisinya lumayan jauh dari mereka.

Tapi, dari posisinya, Nichole tahu. Zeon sepertinya menyembunyikan sesuatu.

Sedangkan di sisi lain, Zeon mengepalkan erat tangannya. Dia akhirnya memilih untuk berjalan pergi dengan segudang pikiran di kepalanya.

"Kenapa harus pria itu?" desis Zeon.

Langkah Zeon terhenti tiba-tiba. Hingga sudut bibirnya terangkat, "Aku tidak akan membuatnya hidup bahagia."

•••

Last ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang